Kronologi;
750M Kerajaan BIMA kuno di tubuhkan,sebuah kerajaan Hindu
1640 Kesultanan BIMA ditubuhkan SETELAH memeluk Islam
26 May 1792 Dutch protectorate.
Sultan
1) 1 Jul 1695 - 23 Jan 1731 Hasanuddin Muhammad Ali (b. 1689 - d1731)
2)23 Jan 1731 - 27 May 1748 Alauddin Muhammad (b. 1706 - d. 1748)
3)27 May 1748 - 28 Jun 1751 Kamalat (f) -Sultana (b. 1728 - d. 1753)
4)28 Jun 1751 - 31 Aug 1773 Abdul Karim Muhammad (b. 1735 - d. 1773)
5)31 Aug 1773 - 14 Jul 1817 Syafiuddin Abdul Hamid Muhamm (b. 1762 - d. 1817)
6)14 Jul 1817 - 29 May 1854 Ismail Muhammad (b. 1797 - d. 1854)
7)29 May 1854 - 10 Aug 1868 Abdullah Muhammad (b. 1844 - d. 1868)
8)29 May 1854 - 10 Aug 1868 Muhammad Yakub -Regent
9)10 Aug 1868 - 30 Jun 1881 Abdul Aziz (d. 1881)
10)30 Jun 1881 - 6 Dec 1915 Ibrahim (b. 1866 - d. 1915)
11)16 Dec 1915 - 11 Jul 1951 Muhammad Salehuddin (b. 1889 - d. 1951)
----------------11 Jul 1959 - 3 May 2001 Interregnum
12)17 jun 2001 Sultan ISKANDAR ZULKARNAIN SHAH (B.1964)
Sejarah Kesultanan Bima(1620-kini)
|
.Penduduk daerah ini dahulunya beragama Hindu/Syiva. Pada masa Pemerintahan Raja XXVII,yang bergelar “Ruma Ta Ma Bata Wadu”. Menurut BO (catatan lama Istana Bima), menikah dengan adik dari isteri Sultan Makassar Alauddin bernama Daeng Sikontu, puteri Karaeng Kassuarang. Ia menerima/memeluk agama Islam pada tahun 1050 H atau 1640 M, kemudian raja atau Sangaji Bima tersebut digelari dengan “Sultan” yaitu Sultan Bima I, beliau inilah dengan nama Islam-nya “Sultan Abdul Kahir”. Setelah Sultan Bima I mangkat dan digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Abdul Khair Sirajuddin sebagai Sultan II, maka sistem pemerintahannya berubah dengan berdasarkan “adat dan Hukum Islam”. Hal ini berlaku sampai dengan masa pemerintahan Sultan Bima XIII (Sultan Ibrahim). Sultan Abdul Khair Sirajuddin adalah putera dari Sultan Abdul Kahir. Dilahirkan bulan + April 1627 (Ramadan 1038 H), bergelar Ruma Mantau Uma Jati. Ia juga bernama La Mbila, orang Makassar menyebut “I Ambela”. Wafat tanggal + 22 Julai 1682 (17 Rajab 1099 H), dimakamkan di Tolo Bali. Menikah dengan saudara Sultan Hasanuddin, bernama Karaeng Bonto Je’ne, pada tanggal 13 September 1646 (22 Rajab 1066 H), di Makassar. Abdul Khair Sirajuddin dinobatkan menjadi Sultan Bima II, pada tahun 1640 (1050 H).
Sultan Nuruddin Abubakar Ali Syah adalah putera dari Sultan Abdul Khair Sirajuddin. Dilahirkan pada tanggal 5 Desember 1651 (29 Zulhijah 1061 H). Orang Makassar diberi gelar “Mappara bung Nuruddin Daeng Matali Karaeng Panaragang”. Naik tahta pada tahun 1682 (Zulhijah 1093 H). Menikah dengan Daeng Tamemang, saudara Karaeng Langkese puteri Raja Tallo pada tanggal 7 Mei 1684 (22 Jumadilawal 1095 H). Setelah meninggal, diberi gelar “Ruma Ma Wa’a Paju”, karena yang mula-mula memakai Payung jabatan yang berwarna kuning yang terkenal dengan “Paju Monca”.
Sultan Muhammad Salahuddin adalah Putera dari Sultan Ibrahim, dilahirkan pada tahun 1888 (jam 12.00, 15 Zulhijah 1306 H). Dilantik menjadi Sultan Bima XIII pada tahun 1917. Meninggal di Jakarta pada hari Khamis 11 Jun 1951, jam 22.00 (7 Syawal 1370 H) dalam usia 64 tahun. Setelah wafat diberi gelar “Ma Kakidi Agama”, kerana menjunjung tinggi agama serta memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang agama. Sejak berumur 9 tahun, memperoleh pendidikan dan pelajaran agama dari ulama terkenal, diantaranya: H. Hasan Batawi dan Syeikh Abdul Wahab (Imam Masjidil Haram Mekkah). Ia memiliki koleksi buku-buku agama karya ulama-ulama terkenal dari Mesir, Mekkah, Medinah, dan Pakistan. Juga karya oleh Imam Syafi’i. Ia mendalami Ilmu Fiqih dan Qira’ah. Pada era pemerintahannya, tidak mengherankan apabila perkembangan agama mengalami kemajuan pesat terutama di bidang pendidikannya. Wazir Ruma Bicara yang dipegang oleh Abdul Hamid (menggantikan Muhammad Qurais) pada era itu juga mempunyai peran dan menaruh perhatian yang amat besar dalam bidang yang sama.