Banjarmasin
bendera 7 Dec 2010
-KRONOLOGI-
-1387 Kerajaan
Banjarmasin di tubuhkan
-1520 Kesultanan Banjar ditubuhkan
-1905
kolonial Belanda
-2010 Kesultanan Banjar diwujudkan semula
Imej kraton / Istana kenegaraan Kesultanan Banjar di Martapura di tahun 1843.
Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16]
(Bab Berdiri 1520, masuk Islam 24 September 1526, dihapuskan Belanda 11
Jun 1860, Pemerintahan darurat / pelarian berakhir 24 Januari 1905)
adalah sebuah Kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan , Indonesia . Kesultanan ini beribukota semula di
Banjarmasin kemudian dipindahkan ke
Martapura dan sekitarnya (
kabupaten Banjar ). Masjid beribukota di Martapura disebut juga
Kerajaan Kayu Tangi .
Masjid ibukotanya masih di
Banjarmasin , maka Kesultanan ini disebut
Kesultanan Banjarmasin . Kesultanan Banjar merupakan penerus dari
Kerajaan Negara Daha yaitu Kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara, sekarang merupakan ibukota Kecamatan
Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan .
Bendera Negara Banjar berwarna kuning di atas hitam dalam mengufuk bicolour. (John McMeekin, 15 Januari 2011). *
Bendera Banjar
Sejarah
Menurut mitologi
suku dikhaskan Maanyan (suku dikhaskan tertua di Kalimantan Selatan), Kerajaan pertama adalah
Kerajaan Nan Sarunai yang diperkirakan wilayah kekuasaannya terbentang luas mulai dari daerah
Tabalong hingga ke daerah
Pasir . Keberadaan
mitologi Maanyan yang menceritakan tentang masa-masa keemasan Kerajaan
Nan Sarunai sebuah Kerajaan Purba yang dulunya mempersatukan Etnik
Maanyan di daerah ini dan telah melakukan Perhubungan dengan berhala
Madagascar. Kerajaan ini mendapat serangan dari Jawa (Majapahit)
[17] sehingga sebagian rakyatnya menyingkir ke pedalaman (wilayah
suku dikhaskan Lawangan ). Salah satu peninggalan arkeologis yang berasal dari zaman ini adalah
Candi Agung yang terletak di kota
Amuntai . Pada tahun
1996
, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap MARA Endang Candi Agung yang
Menghasilkan angka tahun dengan Julat 242-226 SM (Kusmartono dan
Widianto, 1998:19-20).
Menilik dari angka tahun dimaksudkan maka Kerajaan Nan Sarunai /
Kerajaan Tabalong / Kerajaan Tanjungpuri usianya lebih tua 600 tahun di
Indonesia hampir terjadi tiap tiga hari dengan
Kerajaan Kutai Martapura di Kalimantan Timur.
Menurut
Hikayat Sang Bima , Wangsa yang menurunkan raja-raja Banjar adalah
Sang Dewa Grimm dengan Wangsa yang menurunkan raja-raja
Bima (
Sang Bima ), raja-raja Bali (
Sang Kuala ), raja-raja
Kampong (
BHD ), raja-raja
Gowa (
Sang Rajuna ) yang merupakan lima Grimm putera-putera dari
Maharaja Pandu Dewata .
[18] [19]
Sesuai Tutur Candi (Hikayat Banjar versi II), di Kalimantan Selatan
telah Bab Berdiri suatu Pemerintahan dari dinasti Kerajaan (keraton)
yang terus menerus berlanjut hingga daerah ini digabungkan ke dalam
Hindia Belanda Kehormat di Royal
11 Jun 1860 , yaitu:
- Keraton awal disebut Kerajaan Jelutong
- Keraton I disebut Kerajaan Negara Dipa
- Keraton II disebut Kerajaan Negara Daha
- Keraton III disebut Kesultanan Banjar
- Keraton IV disebut Kerajaan Martapura / Kayu Tangi
- Keraton V disebut Pagustian
Maharaja Sukarama, Raja Negara Daha telah berwasiat agar penggantinya
adalah cucunya Raden Samudera, anak dari putrinya Puteri Galuh Intan
Sari. Ayah dari Raden Samudera adalah Raden Manteri Jaya, putra dari Raden Begawan, saudara Sukarama. Wasiat
tersebut menyebabkan Raden Samudera keselamatannya terancam karena para
Pangeran juga berambisi sebagai GANTIAN Sukarama yaitu Pangeran
Bagalung, Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung. Sepeninggal
Sukarama, Pangeran Mangkubumi putra Sukarama menjadi Raja Negara Daha,
lebih lagi digantikan Pangeran Tumenggung yang juga putra Sukarama. Raden
Samudera sebagai kandidat raja dalam wasiat Sukarama keselamatannya
terancam, tetapi Berkat pertolongan Arya Taranggana, Mangkubumi Kerajaan
Daha, ia berhasil lolos ke Hilir Sungai Barito, kemudian ia dijemput
oleh Patih Masih (Kepala Kampung Banjarmasih) dan dijadikan raja
Banjarmasih sebagai upaya melepaskan diri dari Kerajaan Negara Daha
dengan hendak membina Bandar Perdagangan sendiri dan tidak mau lagi
membayar upeti. Pangeran Tumenggung, raja terakhir
Kerajaan Negara Daha
akhirnya menyerahkan pakaian Kerajaan kepada keponakannya Pangeran Samudera, Raja dari Banjarmasih. Setelah
mengalami masa peperangan dimana Banjar memiliki empat laksa (40,000)
prajurit setelah mendapat Latest pasukan dari daerah-daerah pesisir
Kalimantan dan Kesultanan Demak. Pada masa kejayaannya Kesultanan Demak memiliki 1000 jung yang masing-masing memuatkan 400 prajurit.
[20]
) Keputusan akhirnya kekuasaan Kerajaan beralih kepada Pangeran
Samudera yang menjadi Sultan Banjar yang pertama, Sementara Pangeran
Tumenggung mundur ke
daerah Alay di pedalaman dengan seribu penduduk.
Tomé Pires
melaporkan bahwa Tanjompure (Tanjungpura / SUKADANA) dan Loué (Lawai)
Masing-masing Kerajaan tersebut dipimpin Seorang Patee (Patih). Patih-Patih ini tunduk kepada
Patee Unus ,
Demak penguasa .
[21] . Kemungkinan besar penguasa
Sambas
dan Banjarmasin juga telah ditaklukan pada masa Pemerintahan Sultan
Demak Pati Unus / Pangeran Sabrang Lor (1518-1521) sebelum penyerbuan ke
Malaka.
Masa Setiabudi
Kesultanan Banjar mulai mengalami masa Setiabudi pada dekade pertama Abad Ke-17 dengan
LADA
sebagai Komoditi dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur
berhala Kalimantan membayar upeti pada Kerajaan Banjarmasin. Sebelumnya
Kesultanan Banjar membayar upeti kepada Kesultanan Demak, tetapi pada
masa Kesultanan Terbit penerus Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak
lagi menghantar upeti ke Jawa.
Supremasi Jawa terhadap Banjarmasin, dilakukan lagi oleh Tanjong pada tahun
1615
untuk menaklukkan Banjarmasin dengan Bantuan Madura (Arosbaya) dan
Surabaya , tetapi gagal karena mendapat perlawanan yang sengit.
[22]
Sultan Agung dari Mataram (1613-1646), mengembangkan kekuasaannya atas
pulau dan Jawa dengan mengalahkan Pelabuhan-Pelabuhan Côte utara Jawa
seperti Jepara dan Gresik (1610), Tanjong (1619), Madura ( 1924) dan
Surabaya (1625). Pada tahun
1622
Mataram kembali merencanakan program penjajahannya terhadap Kerajaan
sebelah selatan, barat daya dan tenggara pulau dan Kalimantan, dan
Sultan Agung menegaskan kekuasaannya atas Kerajaan SUKADANA tahun
1622 .
[23]
Seiring dengan hal itu, karena merasa telah memiliki kekuatan yang cukup
dari Aspek Ketenteraan dan Ekonomi untuk Menghadapi serbuan dari
Kerajaan lain, Sultan Banjar mengklaim Sambas, Lawai, SUKADANA,
Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, KAHAYAN Ck dan KAHAYAN Hulu,
Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam Asam, Kintap dan Swarangan sebagai
vazal dari Kerajaan Banjarmasin, hal ini terjadi pada tahun
1636 .
[24] [25] [26] [27]
Sejak tahun
1631 Banjarmasin bersiap-siap Menghadapi Serangan
Kesultanan Mataram , tetapi karena kekurangan
Logistik , maka rancangan serangan dari Kesultanan Mataram sudah tidak ada lagi. Sesudah tahun
1637 terjadi
Penghijrahan
dari berhala Jawa secara besar-Saiz sebagai akibat dari korban agresi Politik Sultan Agung. Kedatangan
imigran dari Jawa mempunyai Pengaruh yang sangat besar sehingga
Pelabuhan-Pelabuhan di pulau dan Kalimantan menjadi Pusat difusi
kebudayaan Jawa.
Disamping Menghadapi rancangan serbuan-serbuan dari Mataram, Kesultanan Banjarmasin juga harus Menghadapi kekuatan Belanda. Pada tahun 1637 Banjarmasin dan Mataram mengadakan Perdamaian setelah Perhubungan yang tegang selama bertahun-tahun.
[22]
Perang Makassar (1.660-1669) menyebabkan banyak pedagang Pindah dari
Wikipedia Bungah, Pelabuhan Kesultanan Gowa ke Banjarmasin.
[28] Mata wang yang Beredar di Kesultanan
receh Banjar disebut .
[29]
sebelum dibagi menjadi beberapa daerah (Kerajaan kecil), asal wilayah Kesultanan Banjar meliputi provinsi
Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah , sebelah barat berbatasan dengan
Kerajaan Tanjungpura pada lokasi Tanjung Sambar (Ketapang) dan sebelah timur berbatasan dengan
Kesultanan Pasir
pada lokasi Tanjung Aru. Pada daerah-daerah pecahannya, rajanya bergelar Pangeran, hanya di Kesultanan Banjar yang berhak Memakai gelar Sultan. Kesultanan-Kesultanan lainnya menghantar upeti kepada Kesultanan Banjar, termasuk Kesultanan Pasir yang ditaklukan tahun
1636 dengan Bantuan Belanda.
Kesultanan Banjarmasin merupakan Kerajaan terkuat di pulau dan Kalimantan.
[30] Sultan Banjar menggunakan BarTool Kerajaan yang bulet Hindu.
[31]
Wilayah Kesultanan Banjar
Wilayah Kesultanan Banjar Raya adalah negeri-negeri yang menjadi wilayah Pengaruh
Mandala Kesultanan Banjar khususnya sampai pertengahan Abad ke-17 dan Abad sebelumnya.
[32] [33] [34] [35] [36]
Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Hindu di Kalimantan
Selatan dengan wilayah inti meliputi 5 Dist besar di Kalimantan Selatan
yaitu Jelutong (Amuntai), Daha (Nagara-Margasari), Gagelang (Peliharaan
Alabio), PUDAK Sategal (Kalua) dan Pandan Arum (Tanjung).
[37] Sejak awal Abad ke-16 berdirilah Kesultanan Banjar yang bertindak sebagai wakil
Kesultanan Demak di Kalimantan, sedangkan Demak adalah penerus Majapahit. Menurut
Hikayat Banjar
Kehormat di Royal zaman Pemerintahan Kerajaan Hindu, wilayah yang
termasuk Mandala Kerajaan Banjar meliputi daerah taklukan paling barat
adalah negeri Sambas (
Kerajaan Sambas kuno ) sedangkan wilayah taklukan paling timur adalah negeri Karasikan (Banjar Kulan / Buranun). Dahulu
kala batas-batas negeri / Kerajaan adalah antara satu Tanjung dengan
Tanjung lainnya sedangkan penduduk daerah pedalaman dianggap takluk
kepada Kerajaan Bandar yang ada di Hilir Misalnya terdapat 3 suku
dikhaskan besar Dayak yaitu Dayak Biaju, Dayak Dusun dan Dayak Pari (Ot
Danum) yang merupakan bahagian dari rakyat Kerajaan Banjar. Kesultanan
Brunei Kesultanan merupakan yang pertama di pulau dan Kalimantan, dan
kemudian disusul berdirinya Kesultanan Banjar tahun 1526. Kedua Kesultanan merupakan saingan. Kesultanan Brunei menjadi penguasa tunggal di wilayah utara Kalimantan. Pada masa kejayaannya Kesultanan Banjar mampu menyaingi HARTA Kesultanan Brunei dan menarik upeti kepada raja-raja lokal. Suku
/ bangsa Banjar merupakan kelompok Masyarakat Melayu yang Terbanyak di
Kalimantan, Sebaliknya Jika di Indonesia hampir terjadi tiap tiga hari
dengan suku dikhaskan Brunei. Kesultanan Banjar mengalami
masa Setiabudi pada Abad ke-16 dan ke-17, yang pada masa itu belum
banyak suku dikhaskan pendatang yang mendominasi seperti saat ini
seperti suku dikhaskan Jawa, Bugis, Mandar, Arab dan Cina.
Teritorial Kerajaan Banjar pada Abad Ke 15-17 dalam tiga wilayah
meskipun terminologi ini tidak dipergunakan dalam sistem POLITIK DAN
TADBIR dalam Kerajaan, yaitu:
- Negara Agung
- Abroad
- Daerah pesisir (daerah Tebing / daerah terluar)
Pada mulanya ibukota Kesultanan Banjar adalah Banjarmasin kemudian Pindah ke Martapura.
[38]
Pada masa kejayaannya, wilayah yang pernah diklaim sebagai wilayah
Pengaruh Mandala Kesultanan Banjar meliputi Takat Pusat yaitu Istana
raja di
Martapura dan berakhir pada Takat luar dari negeri
Sambas di barat laut sampai ke negeri
Karasikan
(Banjar Kulan / Buranun) di timur laut yang letaknya jauh dari Pusat Kesultanan Banjar. Negeri Sambas dan Karasikan (Banjar Kulan / Buranun) pernah menghantar upeti kepada raja Banjar. Selain itu dalam Hikayat Banjar juga disebutkan negeri-negeri di
Batang Lawai , SUKADANA,
Bunyut (Kutai Hulu) dan Sewa Agung /
Sawakung ).
[24]
Negeri-negeri bekas milik Tanjungpura yaitu Sambas, Batang Lawai, dan SUKADANA terletak di sebelah barat Tanjung Sambar. Pulau Kalimantan kuno terbagi menjadi 3 wilayah Kerajaan besar: Brunei (Borneo), Tanjungpura (SUKADANA) dan Banjarmasin. Tanjung
Sambar merupakan sempadan kuno antara wilayah Mandala SUKADANA /
Tanjungpura dengan wilayah Mandala Banjarmasin (daerah Kotawaringin). Menurut
sumber Inggeris, Tanjung Kanukungan (sekarang Tanjung Mangkalihat)
adalah sempadan wilayah Mandala Banjarmasin dengan wilayah Mandala
Brunei, tetapi Hikayat Banjar mengklaim daerah-daerah di sebelah utara
dari Tanjung Kanukungan / Mangkalihat yaitu Kerajaan Berau kuno juga
pernah menghantar upeti kepada Kerajaan Banjar Hindu, dan Sejarah
membuktikan daerah-daerah tersebut dimasukkan dalam wilayah Hindia
Belanda.
[39] [40] sempadan di pedalaman, daerah Aliran Sungai Pinoh (sebagian
Kabupaten Melawi ) termasuk dalam wilayah
Kerajaan Kotawaringin (bawahan Banjarmasin) yang dinamakan daerah Lawai
[41]
Sanggau dan Ndoro juga dimasukan dalam wilayah Pengaruh Mandala Kesultanan Banjar. Dari
bahagian timur Kalimantan sampai ke Tanjung Sambar terdapat beberapa
Dist / Kerajaan kecil yang berada di bawah Pengaruh Mandala kekuasaan
Sultan Banjar yaitu Berau, Kutai, Paser, Tanah Bumbu, Tanah Laut,
Tatas
, Dusun Hulu, Dusun Ilir, Bakumpai, Dayak Besar (KAHAYAN ), Dayak Kecil
(Kapuas murung), Mendawai, Sampit, Pembuang, dan Kotawaringin. Inilah yang disebut "negara Kerajaan Banjar". Daerah-daerah kekuasaan
Sultan Banjar yang paling whole di Paser, Tanah Bumbu,
Tanah Laut , dan
Dusun Bakumpai .
[42] Terminologi wilayah
Tanah Seberang
, tidak ada dalam wilayah Kesultanan Banjar, karena tidak memiliki
Jajahan di luar kepulauan Kalimantan, walaupun orang Banjar juga
merantau sampai Keluar berhala Kalimantan.
[43]
Kerajaan Banjar menaungi hingga ke wilayah Sungai Sambas adalah dari
awal Abad ke-15 M hingga pertengahan Abad ke-16 M yaitu pada masa
Kerajaan Melayu hindu Sambas yang menguasai wilayah Sungai Sambas. Kerajaan
Melayu Sambas hindu ini kemudian runtuh pada pertengahan Abad ke-16 M
dan dilanjutkan dengan Panembahan Sambas hindu yang merupakan keturunan
Bangsawan Majapahit dari Wikramawadhana. Pada jam
memerintah Panembahan Sambas hindu ini bernaung dibawah Dipati /
Panembahan SUKADANA (bawahan Sultan Banjar) sampai awal Abad ke-17 M
yang kemudian beralih bernaung dibawah Kesultanan Johor. Panembahan Sambas hindu ini kemudian runtuh pada akhir Abad ke-17 M dan digantikan dengan
Kesultanan Sambas yang didirikan oleh keturunan Sultan Brunei melalui Sultan Tengah pada tahun 1675 M. Sejak berdirinya
Kesultanan Sambas hingga Sesudah
Kesultanan Sambas
adalah berdaulat Penuh yaitu tidak pernah bernaung atau membayar upeti
kepada pihak manapun kecuali pada tahun 1855 yaitu dikuasai /
dikendalikan pemerintahannya oleh Hindia Belanda (seperti juga
Kerajaan-Kerajaan lainnya diseluruh Nusantara terutama di Pulau Jawa
yang saat itu seluruhnya yang berada dibawah Pemerintah Hindia Belanda
di Batavia) yaitu pada masa Sultan Sambas ke-12 ( Sultan Umar
Kamaluddin).
Dalam perjalanan Sejarah Ketetapan wilayah Kesultanan Banjar tersebut
tidak dapat dilihat dengan jelas dengan batas yang tetap karena
dipengaruhi oleh saja dilakukan asal maksud yang tidak stabil dan batas
wilayah yang fleksibel disebabkan oleh berkembangnya atau Hepi kekuasaan
Sultan Banjar .
- Sejak ibukota dipindahkan ke Daerah Martapura [44] maka kota Martapura sebagai Kota Raja merupakan wilayah / cincin pertama dan Pusat pemeritahan Sultan Banjar.
- Wilayah teritorial / cincin kedua, Negara Agung terdiri daripada:
- Tanah Laut atau Laut Darat terdiri daripada:
- Satui
- Tabunio . Diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Ogos 1787.
- Maluka , daerah yang dikuasai Inggeris pada 1815 - tahun 1816 yaitu Maluka , Liang Anggang , Kurau dan Pulau Lamai.
- Daerah Banjar Lama / Kuin (Banjarmasin bahagian Utara) dan Pulau Tatas (Banjarmasin bahagian Barat). Tahun 1709 [45] [46]
atau Tahun 1747 Belanda hendak membina Benteng di Pulau Tatas
(Banjarmasin bahagian barat) merupakan daerah yang Mula-Mula dimiliki
VOC_Belanda. [47]
Pulau Tatas termasuk daerah yang diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13
Ogos 1787, lebih lagi Mantuil sampai Sungai Mesa diserahkan kepada
Hindia Belanda pada 4 Mei 1826, sedangkan Banjar Lama (Kuin) sampai
sempadan daerah Margasari masih tetap sebagai wilayah Kesultanan sampai
1860.
- Margasari . Wilayah Kerajaan sampai 1860.
- Eo besekutuannya Artinya besekutuannya nang empat yaitu besekutuannya Padang , besekutuannya Halat , notorious besekutuannya Parigi dan besekutuannya . Wilayah Kesultanan sampai 1860.
- Amandit . Wilayah Kerajaan sampai 1860.
- Labuan AMAS . Wilayah Kerajaan sampai 1860.
- Alay . Wilayah Kerajaan sampai 1860.
- Besekutuannya Lima Artinya lalawangan nang lima yaitu Negara , Peliharaan Alabio , Sungai Banar , Amuntai dan Kalua . Wilayah Kerajaan sampai 1860.
- Pulau Bakumpai yaitu Tebing barat Sungai Barito dari kuala Anzaman ke Ck sampai kuala Lupak. Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 4 Mei 1826 Bersama daerah Pulau Burung .
- Tanah Dusun yaitu dari kuala Marabahan sampai Hulu Sungai Barito . Pada 13 Ogos 1787 , Dusun Atas diserahkan kepada VOC-Belanda tetapi daerah Mengkatip (Dusun Hilir) dan Tamiang Layang (Dusun Timur) dan sekitarnya tetap termasuk daalam wilayah inti Kesultanan Banjar hingga dihapuskan oleh Belanda tahun 1860.
- Teritorial / cincin bagi ketiga, yaitu Abroad , dengan kedua Latest daerah ini merupakan wilayah asal Kesultanan Banjar sebelum pemekaran yang terdiri daripada:
- Wilayah Barat yaitu wilayah Tanah Kotawaringin dan Tanah Dayak (Biaju) yaitu meliputi daerah Kerajaan Kotawaringin (dengan Dist-distriknya: Jelai dan Kumai ), Pembuang , Sampit , Mendawai serta daerah milik Kotawaringin di susuk yang Dimasuki Dayak Ot Danum yaitu Lawai atau Pinoh (sebagian Kabupaten Melawi ) yang letaknya bersebelahan dengan rantau udik Sungai Polls / Mendawai dan berbatasan dengan Kerajaan Ndoro. Sempadan Kerajaan Kotawaringin dengan Kerajaan SUKADANA / Matan terletak di Tanjung Sambar. Juga turut diklaim wilayah Tanah Dayak ( Grand Prix Ot Danum ), yang ber Pusat Mandala
di udik Sungai KAHAYAN (tumbang Anoi) yaitu daerah-daerah suku
dikhaskan Dayak Biaju dan Dayak Pari (Ot Danum) beserta semua daratan
yang takluk kepadanya. Dist-Dist Semua di wilayah Tanah Kotawaringin dan Tanah Dayak
diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Ogos 1787. Secara rasmi daerah-daerah Dayak pedalaman tersebut diduduki Belanda Kehormat di Royal Perjanjian tumbang Anoi pada Tahun 1894.
- Wilayah Timur (Kalimantan Tenggara):. Yaitu Paser Tanah dan Tanah Bumbu Kerajaan Paser
didirikan oleh Seorang Panglima Kerajaan Banjar atau Jelutong-Daha,
sehingga Kehormat di Royal semula takluk kepada Kesultanan Banjar, namun
belakangan berada di bawah Pengaruh La Madukelleng. Tahun 1703 Tanah Paser Ditukar dari Pemerintahan Panembahan
menjadi Kesultanan, daerah ini diserahkan kepada Hindia Belanda pada 13
Ogos 1787 dan dimulakan pada masa Sultan Paser Sultan Mahmud Han
menjalin kontrak POLITIK dengan Hindia Belanda. Kerajaan Tanah Bumbu didirikan Pangeran Dipati Tuha bin Sultan Saidullah, yang pada mulanya mencakup rantau mulai Tanjung Aru Tanjung sampai Silat
, belakangan wilayah terutama intinya terdiri daripada atas 7 Divisi:
Cengal (Pamukan), Manunggul, Sampanahan, Bangkalaan (Kelumpang),
Cantung, Buntar- Laut dan Batulicin. Pada bulan Jun 1825, Raja Aji Jawi, penguasa Tanah Bumbu yang memiliki 6 daerah
(Cengal, Manunggul, Sampanahan, Bangkalaan, Cantung, Buntar-Laut)
membuat kontrak dengan POLITIK Hindia-Belanda yang menjadikan Tanah
Bumbu sebagai swapraja. Tahun 1841, Sampanahan negeri di
bawah Pangeran Mangku Bumi (TIKI Ali) menjadi swapraja terpisah dari
wilayah Tanah Bumbu lainnya. Tahun 1846 Buntar-Laut
dianeksasi / diintegrasikan oleh penguasa Cantung yang kelak menjadi
swapraja tersendiri terpisah dari wilayah Tanah Bumbu di bawah Raja Aji
Mandura sebagai Raja Cantung dan Buntar-Laut. Negeri
Batulicin di bawah Pangeran Aji Musa, kemudian digantikan puteranya
Pangeran Abdul Kadir yang kelak mendapatkan negeri Kusan dan Pulau Laut . Kerajaan Kusan
pada mulanya didirikan Sultan Amir bin Sultan Muhammadillah saingan
Sunan Nata Alam dalam memperebutkan takhta Kesultanan Banjar. Sultan
Banjar melantik Hasan La Pangewa sebagai Kapten suku dikhaskan Bugis
bergelar Kapitan Laut dhéwé sebagai penguasa Pagatan setelah ia berhasil
mengusir Sultan Amir dari Kerajaan Kusan. Di masa Arung Botto, Raja Pagatan menjalin kontrak sebagai swapraja di bawah Hindia Belanda. Belakangan wilayah Kusan digabung dengan Tanah Pagatan dan kemudian Hindia Belanda membentuk pula swapraja Sabamban . Wilayah Kalimantan Tenggara ini diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Ogos 1787, ditegaskan lagi pada tahun 1826. Pada akhir Abad ke-19 Hindia Belanda menjadikannya Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dengan 11 swapraja yang meliputi Kesultanan Paser dan wilayah Tanah Bumbu ( Sabamban , Kusan , Pagatan , Batu Licin , Pulau Laut dengan Pulau Sebuku , Bangkalaan , Cantung dengan Buntar-Laut , Sampanahan , Manunggul , Cengal ). Semua Kerajaan ini termasuk ke dalam Borneo Timur di bawah Pembantu Residen yang berkedudukan di Raub Kehormat di Royal tahun 1846.
- Teritorial / cincin keempat, adalah pesisir yaitu daerah terluar, maka dengan kedua Latest wilayah ini teritorial Kerajaan semakin bertambah luas lebih kurang sama dengan Provinsi Borneo pada masa kolonial Hindia Belanda. Perjanjian Sultan Tamjidullah I dengan VOC pada 20 Oktober 1756
yang merancang untuk untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang
melepaskan diri yaitu Sanggau, Ndoro, Lawai, Paser, Kutai dan Berau. Daerah pesisir terdiri daripada:
- Pesisir Timur disebut tanah yang di atas angin meliputi rantau timur Kalimantan dan Jika digabung dengan rantau selatan Kalimantan menjadi Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo pada masa kolonial Hindia Belanda. [48] Kerajaan-Kerajaan di Alak tergolang sebagai negara dependen di dalam Kesultanan Banjar. [ 49]
- Wilayah Tanah Kutai . Tahun 1735 Kerajaan Kutai Kartanegara Ditukar dari Pemerintahan Pangeran Adipati menjadi Kesultanan. Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 13 Ogos 1787 dan 4 Mei 1826. Tahun 1844 Sultan Kutai mengakui Kedaulatan Hindia Belanda.
- Wilayah Tanah Berau / Kuran (Kehormat di Royal 1810 terbagi menjadi Gunung tabur dan Tanjung ) beserta daerah Berau yang melepaskan diri pada Abad Ke-18 dan bawah Pengaruh Kesultanan Sulu (& Brunei) yaitu Tanah Bulungan dan Tanah Tidung . Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 13 Ogos 1787 dan 4 Mei 1826.
- Wilayah terluar di timur yang telah lama melepaskan diri dan kemudian di bawah Pengaruh Brunei yaitu Karasikan atau Buranun / Banjar Kulan (Banjar Kecil). [50] [51] [52] [40] [5] [53] [54]
-
- Pesisir Barat disebut tanah yang di bawah angin meliputi rantau barat Kalimantan yang kemudian menjadi Karesidenan Borneo Barat pada masa kolonial Hindia Belanda.
- Wilayah Batang Lawai atau Sungai Kapuas (Tanah Sanggau, Tanah Ndoro dan Tanah Lawai ). [55]
Wilayah Batang Lawai menghantar upeti melalui anak-anak Sungai Melawi
dilanjutkan dengan jalan Darat menuju Sungai Polls yang bermuara ke laut
Jawa dilanjutkan perjalanan laut dekat Sungai Barito di Banjarmasin. Kerajaan
Ndoro mulai diperintah Dinasti Majapahit semenjak pernikahan Patih
Logender dari Majapahit dengan Dara Juanti (Raja Ndoro ke-9). Tahun 1600 Raja Ndoro menghantar Utusan ke Banjarmasin untuk menyalin Kitab Suci Al-Quran. Kerajaan Ndoro dan Mlawai ( Kabupaten Melawi ) dan Jelai termasuk daerah yang diserahkan oleh Sultan Adam kepada Hindia Belanda pada 4 Mei 1826 . Mlawai sebelumnya termasuk daerah-daerah yang diserahkan oleh Sunan Nata Alam kepada VOC-Belanda pada 13 Ogos 1787 . Belakangan Tanah Sanggau ditaklukan dan berada di bawah supremasi Pemerintahan Sultan Pontianak (protektorat VOC Belanda).
- Wilayah Tanah SUKADANA (sebahagian besar susuk) [56]
Kerajaan SUKADANA / Tanjungpura diperintah oleh Dinasti Majapahit. Kerajaan SUKADANA menjadi vazal Kehormat di Royal era Kerajaan Banjar-Hindu. Sejak
pernikahan Raden Saradewa / Giri Mustaka dengan Putri Gilang (Dayang
Gilang) Cucu Sultan Mustainbillah maka sebagai Hadiah Perkahwinan
SUKADANA / Matan dibebaskan dari membayar upeti. [24]
Saat itu Raja SUKADANA memiliki perniagaan dan tinggal di Banjarmasin dan termasuk anggota Dewan Mahkota. Pada tahun 1622, Kerajaan SUKADANA Ditukar dari Pemerintahan Panembahan menjadi Kesultanan , lebih lagi Panembahan Giri Mustaka bergelar Sultan Muhammad Safi ad-Din. Pada tahun 1661
SUKADANA / Matan terakhir kalinya SUKADANA menghantar upeti kepada Kesultanan Banjar. Di bawah Pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin kembali menghantar upeti sebagai daerah Perlindungan Kesultanan Banjar. Kemudian SUKADANA dianggap sebagai vazal Kesultanan Banten
setelah mengalami kekalahan dalam bebek SUKADANA-Landak pada tahun 1700
(dimana Landak dibantu Banten & VOC), kemudian Banten menyerahkan
Landak (vazal Banten) dan Tanah SUKADANA / Tanjungpura (sebahagian besar
susuk) kepada VOC-Belanda pada 26 Mac 1778
, kemudian diserahkan oleh VOC di bawah supremasi Pemerintahan Sultan
Pontianak, karena itu gelar Sultan untuk penguasa SUKADANA / Matan
diubah menjadi Panembahan [57]
- Wilayah terluar di barat adalah Tanah Sambas . Menurut
Hikayat Banjar, Kehormat di Royal era Pemerintahan Kerajaan
Banjar-Hindu, wilayah Sambas kuno menjadi taklukannya dan terakhir
kalinya Dipati Sambas (Panembahan Sambas) mengantar upeti dua biji intan
yang besar yaitu si Misim dan si dinampak kepada Sultan Banjar IV Sultan Panembahan ( 1595 - 1642 ) . [58] [59] [24] Pada 1 Oktober 1609, negeri Sambas menjadi daerah protektorat VOC Belanda dan lepaskan dari Pengaruh Kesultanan Banjar. Si Intan Misim kemudian dipersembahkan oleh Sultan Banjar kepada Sultan Agung , raja Mataram pada bulan Oktober tahun 1641 yang merupakan Interior (bukan upeti) terakhir yang dikirim kepada Pemerintahan di Jawa ( Kesultanan Mataram ). [60] [61] [62] Semula Kerajaan Sambas diperintah oleh Dinasti Majapahit yang bergelar Pangeran Adipati / Panembahan Sambas, lebih lagi mulai tahun 1675 Tanah Sambas diperintah oleh Dinasti Brunei dan Ditukar menjadi Kesultanan bernama Kesultanan Sambas . Tahun 1855
Sambas digabungkan ke dalam Hindia Belanda sebagai ibukota dari
Karesidenan Sambas, yang membawahi Kerajaan-Kerajaan di Kalimantan
Barat. [63]
Pada Abad ke-18 Pangeran
Tamjidullah I berhasil memindahkan kekuasaan Pemerintahan kepada dinastinya dan menetapkan
Pangeran Nata Dilaga sebagai Sultan yang pertama sebagai
Panembahan Kaharudin Khalilullah . Pangeran Nata Dilaga yang menjadi raja pertama dinasti Tamjidullah I dalam masa Setiabudi kekuasaannya, menyebutkan Dirinya
Susuhunan Nata Alam pada tahun
1772 . Putera dari
Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah
yang bernama Pangeran Amir atau Cucu Sultan Hamidullah melarikan diri
ke negeri Pasir, dan meminta Bantuan pada pamannya yang bernama Arung
Tarawe (dan Ratu Dewi). Pangeran Amir kemudian kembali dan menyerang dengan Kesultanan Banjar dengan pasukan orang Bugis yang besar pada tahun
1757 , dan berusaha merebut kembali tahtanya dari Susuhunan Nata Alam. Karena
saya takut kehilangan takhta dan kekuatiran jatuhnya Kerajaan di bawah
kekuasaan orang Bugis, Susuhunan Nata Alam meminta Bantuan Kepada VOC. VOC menerima permintaan tersebut dan menghantarkan
Kapten Hoffman
dengan pasukannya dan berhasil mengalahkan pasukan Bugis itu. Sedangkan Pangeran Amir terpaksa melarikan diri kembali ke negeri Pasir. Beberapa
waktu kemudian Pangeran Amir pula mencoba untuk meminta Bantuan Kepada
para bangsawan Banjar di daerah Barito yang tidak Senang kepada Belanda,
karena di daerah Bakumpai / Barito diserahkan Pangeran Nata kepada VOC.
Dalam pertempuran yang kedua ini Pangeran Amir tertangkap dan dibuang ke ke
Sri langka pada tahun
1787 . Sesudah
itu diadakan perjanjian antara Kesultanan Banjar dengan VOC, dimana
raja-raja Banjar memerintah Kerajaan sebagai peminjam tanah VOC. Dalam tahun
1826 diadakan perjanjian kembali antara Pemerintah Hindia Belanda dengan
Sultan Adam
, berdasarkan perjanjian dengan VOC yang terdahulu, berdasarkan
perjanjian ini, maka Belanda dapat mencampuri permasalahan Tetapan
mengenai pengangkatan
Putra Mahkota dan
Mangkubumi , yang mengakibatkan rusaknya adat Kerajaan dalam bidang ini, yang kemudian menjadikan Procon penyebab pecahnya
Perang Banjar .
Perjanjian itu terdiri daripada atas
28 pasal dan ditandatangani dalam Genting Belanda di Banjarmasin pada tanggal
4 Mei 1826 atau 26 Ramadhan 1241 H. Selain Sultan Adam al Watsiq Billah, perjanjian itu juga ditandatangani oleh Paduka
Pangeran Ratu (Putra Mahkota) ,
Pangeran Mangkubumi , Pangeran Dipati, Pangeran Ahmad dan disaksikan oleh para Pangeran lainnya. Perjanjian
Inilah yang menjadi dasar Perhubungan Politik dan Ekonomi antara
Kesultanan Banjar dengan pemerintah Hindia Belanda di
Batavia . Dalam perjanjian tersebut Kesultanan Banjar mengakui
suzerinitas atau pertuanan Pemerintah Hindia Belanda dan menjadi sebuah
Leenstaat , atau negeri pinzaman. Mengikut
perjanjian ini maka Kedaulatan Kerajaan Keluar negeri hilang sama
sekali, sedangkan kekuasaan ke dalam tetap berkuasa dengan beberapa
pembatasan dan Residen berperan sebagai agen Politik pemerintah kolonial
Hindia Belanda. Isi perjanjian
1826 itu antara lain adalah:
[64]
- Kerajaan Banjar tidak Boleh mengadakan Perhubungan dengan lain kecuali hanya dengan Belanda.
- Wilayah Kerajaan Banjar menjadi lebih kecil, karena
beberapa wilayah menjadi bahagian dibawah Pemerintahan langsung Hindia
Belanda. Wilayah-wilayah milik Hindia Belanda seperti tersebut dalam Perkara 4:
- Pulau Tatas dan Kuwin sampai di seberang kiri Antasan Kecil.
- Pulau Burung Kuala mulai Banjar seberang Kanan sampai di Mantuil,
- Mantuil seberang Pulau Tatas sampai ke Timur pada Rantau
Keliling dengan Sungai-sungainya Kelayan Kecil, Kelayan Besar dan
kampung di seberang Pulau Tatas.
- Sungai Mesa di Hulu kampung Cina sampai ke Darat Sungai Baru sampai Sungai Lumbah.
- Pulau Bakumpai mulai dari Kuala Banjar seberang kiri Mudik sampai di Kuala Anjaman di kiri ke Ck sampai Kuala Lupak.
- Segala Tanah Dusun semuanya kiri desa-desa Kanan Mudik ke Hulu mulai Mangkatip sampai terus negeri Siang dan Ck sampai di Kuala Marabahan.
- Tanah Dayak Besar - Kecil dengan semua desa-desanya kiri Kanan mulai dari Kuala Dayak Mudik ke Hulu sampai terus di daratan yang takluk padanya.
- Tanah Mandawai .
- Sampit
- Kecamatan Pambuang semuanya desa-desa dengan segala tanah yang takluk padanya
- Tanah Kotawaringin , Ndoro , Lawai , Jelai dengan desa-desanya.
- Desa Tabanio dan segala Tanah Laut sampai di Tanjung Selatan
dan ke Timur sampai batas dengan Pagatan, ke utara sampai ke Kuala
Maluku, Mudik Sungai Maluku, Selingsing, Liang Anggang, Banyu Irang
sampai ke timur Gunung Pamaton sampai sempadan dengan Tanah Pagatan .
- Negeri-negeri di pesisir timur: Pagatan , Pulau Laut , Batu Licin , Pasir , Kutai , Berau semuanya dengan yang takluk padanya.
- Penggantian Pangeran Mangkubumi harus mendapat Perjanjian pemerintah Belanda.
- Belanda menolong Sultan terhadap musuh dari luar Kerajaan, dan terhadap musuh dari dalam negeri.
- Beberapa daerah padang perburuan Sultan yang sudah menjadi Tradisi, diserahkan pada Belanda. Semua padang perburuan itu pengawet Keajaiban dari kersik bagi penduduk sekitarnya untuk berburu Menjangan. Padang perburuan itu, meliputi:
- Padang Lampi berhala sampai ke Batang Banyu Maluka
- Padang Bajingah
- Padang Penggantihan
- Padang Munggu BASUNG
- Padang Taluk Batangang
- Padang Atirak
- Padang Pacakan
- Padang Simupuran
- Padang Ujung Karangan
- Belanda juga memperoleh pajak penjualan intan sepersepuluh dari harga intan dan sepersepuluhnya untuk Sultan. Kalau dijumpai intan yang lebih dari 4 karat mesti dijual pada Sultan. Harga pembelian intan itu, sepersepuluhnya diserahkan pada Belanda.
Melintang umum Abad Ke-19 bagi Kesultanan Banjar, bahwa Perhubungan
Kerajaan Keluar SEBAGAIMANA yang pernah dijalankan sebelumnya, terputus
khususnya dalam masalah Perhubungan Perdagangan antarabangsa. Tetapi kekuasaan Sultan ke dalam tetap utuh, tetap berdautat menjalani kekuasaan sebagai Seorang Sultan. Pada
tahun 1860, Kesultanan Banjar dihapuskan dan digantikan Pemerintahan
pemangku yang berkedudukan Masing-masing di Martapura (Pangeran Jaya
Pemenang) dan di Amuntai (Raden Adipati Danu Raja). Adat Resam sembah menyembah tetap berlembutlah hingga meninggalnya
Pangeran Suria Winata , Regent Martapura saat itu. Jawatan pemangku raja di daerah ini akhirnya dihapuskan pada tahun 1884.
Sistem Pemerintahan
- Raja : bergelar Sultan / Panambahan / Ratu / Susuhunan
- Putra Mahkota : bergelar Ratu Anum / Pangeran Ratu / Sultan Muda
- Perdana Menteri : Perdana disebut mantri / Mangkubumi / Wazir
, dibawah Mangkubumi: mantri Panganan, mantri Pangiwa, mantri Bumi dan
40 orang mantri Sikap, setiap mantri Sikap memiliki 40 orang pengawal.
- Lalawangan : kepala Dist, kedudukannya sama seperti pada masa Hindia Belanda .
- Sarawasa, Sarabumi dan Sarabraja: Kepala Urusan keraton
- Mandung dan Raksayuda: Kepala Balai Longsari dan bangsal dan Benteng
- Mamagarsari: Pengapit raja duduk sentiasa di Situluhur
- Parimala: Kepala Urusan dagang dan pekan (pasar). Dibantu Singataka dan Singapati.
- Sarageni dan Saradipa: kuasa dalam Urusan Senjata (Taman
Negara Bukit Tigapuluh, ganjur), duhung, tameng, Badik, parang, badil,
Meriam dll.
- Puspawana: kuasa dalam Urusan tanaman, hutan, perikanan, ternak, dan berburu
- Pamarakan dan Rasajiwa: Sysop umum tentang keperluan pedalaman / Istana
- Kadang Aji: Ketua Balai Petani dan Perumahan. Nanang sebagai Penasihat
- Wargasari: Sysop besar tentang Penawaran bahan Samy Vellu dan kepuk padi, Kesejahteraan
- Anggarmarta: Bandar Juru, Kepala Urusan Pelabuhan
- Astaprana: Juru tabuh-tabuhan, kesenian dan Kesasteraan.
- Kaum Mangkumbara: Kepala Urusan Upacara
- Wiramartas: mantri Dagang, berkuasa mengadakan Perhubungan dagang dengan luar negeri, dengan Perjanjian Sultan.
- Bujangga: Kepala Urusan bangunan rumah, Agama dan rumah ibadah
- Singabana: Kepala ketenteraman umum.
Jawatan-jawatan pada masa Panembahan Kacil (Sultan Mustain Billah), terdiri daripada:
- Mangkubumi
- Mantri Pangiwa dan mantri Panganan
- Mantri Jaksa
- Tuan Panghulu
- Tuan Khalifah
- Khatib
- Perenggan Dipati
- Perenggan Pryai
- Masalah-masalah Agama Islam dibicarakan dalam Rapat /
musyawarah oleh Penghulu yang memimpin pembicaraan, dengan anggota
terdiri daripada: Mangkubumi, Dipati, Jaksa, Khalifah dan Penghulu.
- Masalah-masalah hukum sekuler dibicarakan oleh Jaksa
yang memimpin pembicaraan dengan anggota terdiri daripada Raja,
Mangkubumi, Dipati dan Jaksa.
- Masalah tata Urusan Kerajaan merupakan pembicaraan antara raja, Mangkubumi dan Dipati.
- Dalam hieraki Struktur negara, dibawah Mangkubumi adalah Panghulu, Jaksa kemudian. Urutan dalam suatu sidang negara adalah Raja, Mangkubumi, Panghulu, Jaksa kemudian. Urutan kalau Raja kewajibannya, diikuti Mangkubumi, Jaksa kemudian Panghulu dan lebih lagi. Kewenangan
Panghulu lebih tinggi dari Jaksa, karena Panghulu mengurusi masalah
Agama, sedangkan Jaksa mengurusi masalah keduniaan.
- Perenggan Dipati, terdiri daripada para saudara raja, menemani dan membantu raja, tetapi mereka adalah kedua setelah Mangkubumi.
Sistem Pemerintahan mengalami perubahan pada masa Pemerintahan Sultan Adam Al-Watsiq Billah. Perubahan itu meliputi jawatan:
- Mufti: hakim Tertinggi, Penyelia Pengadilan umum
- Qadi: kepala Urusan hukum Agama Islam
- Penghulu: hakim Pamah
- Lurah: langsung sebagai pembantu Lalawangan (Kepala
Dist) dan mengamati pekerjaan beberapa orang Pambakal (Kepala Kampung)
dibantu oleh Khalifah, Bilal dan Kaum.
- Pambakal: Kepala Kampung yang menguasai beberapa anak kampung.
- Mantri: pangkat Kehormat untuk orang-orang terkemuka dan
Berjasa, diantaranya ada yang menjadi kepala desa dalam wilayah yang
sama dengan Lalawangan.
- Tatuha Kampung: orang yang terkemuka di kampung.
- Panakawan: orang yang menjadi suruhan raja, dibebas dari segala maklumat pajak dan Wajib ke atas.
- Sebutan Kehormat
- Sultan , disebut: Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan
- Gubernur Jeneral VOC : Tuan Yang Maha Bangsawan Gubernur Jeneral .
- Jika Ratu Permaisuri disebut keturunan bangsawan atau Nyai Ratu Jika berasal dari kalangan biasa, sedangkan para selir disebut Nyai.
- Anak laki-laki raja bergelar TIKI (= Raden / Raden Aria
pada zaman Hindu & awal Islam), dan Jika anak Permaisuri akan
mendapat gelar Pangeran
dan Jika menjabat Dipati mendapat gelar berganda menjadi Pangeran Dipati. Perenggan
Pangeran keturunan Sultan yang memerintah menurunkan gelar "TIKI" ini
kepada keturunannya baik anak lelaki maupun Wanita. Perenggan
TIKI (lelaki) yang sudah jauh Garis keturunannya dengan Sultan yang
memerintah hanya menurunkan gelar TIKI hanya kepada anak lelaki.
- Anak perempuan raja bergelar TIKI (= Raden Galuh pada
zaman Hindu), Jika anak Permaisuri akan mendapat gelar Putri dan setelah
menikah mendapat gelar Ratu.
- Andin, menurut Tutur Candi gelar tersebut untuk keturunan Kerajaan Negara Daha yang telah dikalahkan oleh Sultan Riau dan tidak diperkenankan lagi Memakai gelar Pangeran.
- Antung, gelar untuk putera / puteri dari Wanita "TIKI" yang menikah dengan orang kalangan biasa. Antung SETARA dengan gelar Utin (Perempuan) Di Kotawaringin.
- Seorang lelaki dari kalangan biasa yang menikah dengan puteri Sultan, akan mendapat gelar Raden. Raden
juga merupakan gelar bagi pegawai birokrasi dari Golongan Nanang /
Anang Misalnya gelar Raden Tumenggung, yang lebih lagi dan Q menjadi
Raden Dipati. Menurut Hikayat Banjar, gelar Nanang
diberikan untuk kalangan Keluarga AMPU Jatmika yang disebut kadang Haji
(haji = raja), sedangkan Keluarga Isteri AMPU Jatmika tidak mendapat
gelar tersebut atau juga diberikan kepada lelaki dari kalangan biasa
yang menikah dengan puteri Sultan Misalnya Nanang Sarang (kandungannya
pada Abad ke-17).
- Seorang lelaki keturunan Arab yang menikah dengan puteri
Sultan akan mendapat gelar Pangeran Serip (Syarif), sedangkan puteri
Sultan tersebut laper Isteri Permaisuri disebut Ratu Serip (Ratu
Syarif). [65]
Sultan Banjar
Berikut adalah senarai figur ini = figur Pemimpin yang memerintah di
Kesultanan Banjar .
[66] [67] [68] [69]
No |
Masa |
Sultan |
K eterangan |
1
|
1520 - 1546 |
Sultan Suriansyah |
* Banjarmasih Raja. Nama lahirnya Raden Samudra , Raja Banjar pertama sebagai perampas kekuasaan yang memindahkan Pusat Pemerintahan di Kampung Banjarmasih yang menggantikan pamannya raja Pangeran Tumenggung (Raden Panjang), menurutnya dia Ahli Waris yang sah sesuai wasiat kakeknya Maharaja Sukarama (Raden Paksa) dari Kerajaan Negara Daha , padahal ia Garis keturunan perempuan (menurut Hikayat Banjar versi Resensi I). Baginda dibantu Mangkubumi Aria Taranggana. [24] Baginda memeluk Islam pada 24 September 1526 . Makamnya di Komplek Makam Sultan Suriansyah dengan gelar anumerta Sunan Batu Habang . Dalam Agama lama, beliau dianggap membegawan Hidup di alam gaib sebagai Sangiang digelari Perbata Batu Habang . |
2
|
1546 - 1570 |
Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah |
* Raja Banjarmasih. Pemerintahannya dibantu Mangkubumi Aria Taranggana . [24] Makamnya di Komplek Makam Sultan Suriansyah dengan gelar anumerta Panembahan Batu Putih . |
3 |
1570 - 1595 |
Sultan Sultan Hidayatullah I bin Rahmatullah |
* Raja Banjarmasih. Pemerintahannya dibantu Mangkubumi Kiai Anggadipa . [24] Makamnya di Makam Sultan Suriansyah dengan gelar anumerta Panembahan Batu Irang . Puteranya Raden Bagus dilantik sebagai raja muda dengan gelar Ratu Answer, belakangan Ratu Answer ditawan di Tanjong
oleh Sultan Mataram dan Baru dibebaskan pada masa Sultan Mustain Billah. Trah keturunan Sultan Hidayatullah I menjadi Datu-datu TALIWANG dan Sultan- sultan Sumbawa . Sultan
Muhammad Jalaluddin Syah II / TIKI Komplek Abdurrahman / Dewa Pangeran
(Sumbawa Sultan (1763 -. 1766) merupakan menantu Sultan Sumbawa Kemudian
dia dilantik sebagai Sultan Sumbawa Seterusnya> oleh Datu TALIWANG
(raja daerah TALIWANG yang juga keturunan Raja Banjar Sultan
Hidayatullah I) [ 70] |
4 |
1595 - 1641 |
Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah I |
* Raja Banjarmasih / Raja Martapura . Nama lahirnya Raden Senapati , diduga ia perampas kekuasaan, sebab ia anak meskipun baru dari Permaisuri meskipun ia anak tertua. Pemerintahannya dibantu Mangkubumi Kiai Jayanagara, dilanjutkan sepupunya Kiai Tumenggung Raksanagara . Gelar
yang lain: TIKI Kacil / Pangeran Senapati / Sultan / Raja Panembahan
Maruhum dan gelar yang dimasyhurkan Sultan Panembahan. Beliau memindahkan ibukota ke sebelah Hulu setelah mendapat serangan dari VOC Belanda dan memberi nama ibukota Baru Martapura. [24] Oleh Suku Dayak yang menghayati Kaharingan Baginda dianggap Hidup sebagai Sangiang
di Lewu Tambak Raja Dikenali sebagai Raja Helu Maruhum usang. Pada
bulan Oktober 1641 Baginda menghantar Utusan yang membawa Hadiah
Interior (bukan upeti) kepada Sultan Mataram sebagai Penanda
persahabatnan. Sekitar tahun 1635 Perhubungan Banjar dan Mataram mengalami ketegangan, namun mulai membaik Kehormat di Royal tahun 1637. Keturunannya menjadi Sultan-sultan Banjar dan Pangeran Ratu Kotawaringin. |
5 |
1641 - 1646 |
Sultan Inayatullah bin Sultan Mustain Billah |
* Raja Martapura. Gelarnya sebelum menjadi Sultan adalah Pangeran Dipati Tuha [ke-1]. Pemerintahannya dibantu adiknya Pangeran di Darat sebagai Mangkubumi. Gelar yang lain: Ratu Agung / Ratu Lama dimakamkan di Kampung Keraton , Martapura . Adiknya, Pangeran Dipati Anta-Kasuma diangkat menjadi raja muda di wilayah sebelah barat yang disebut Kerajaan Kotawaringin |
6 |
1646 - 1660 |
Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah |
* Raja Martapura. Nama lahirnya Raden Kasuma Alam . Pemerintahannya dibantu Mangkubumi pamannya Panembahan di Darat
, dilanjutkan pamannya Pangeran Dipati Anta-Kasuma, terakhir
dilanjutkan Paman tirinya Pangeran Dipati Mangkubumi (Raden Halit). Terdapat
masa kekosongan Sultan selama setahun sebelum dia ditabalkan, dan
menjalankan "kekuasaan" saat itu adalah Mangkubumi Pangeran di Darat. [24] gelar yang lain: Wahidullah / Ratu Anum / Ratu Anumdullah / Sultan Ratu. Sultan
Ratu memiliki dua putera yaitu Pangeran Suria Helang (Raden Answer /
Sultan Amrullah) dan Pangeran Suria Negara (Raden Basus / Pangeran
Dipati Tuha). [71] Keturunannya menjadi Raja-raja Banjar dan Tanah Bumbu. |
7 |
1660 - 1663 |
Sultan Ri'ayatullah bin Sultan Mustain Billah |
* Raja Martapura. Nama lahirnya Raden Halit . Ia sebagai sementara raja / Badal menjadi melakukan Tugas bagi Raden Bagus, Putra Mahkota yang belum dewasa. Sebagai Penjabat Sultan dengan gelar rasmi dalam khutbah Sultan Rakyatullah (Rakyat Allah). Pemerintahannya dibantu Mangkubumi keponakan tirinya Mas Pangeran Dipati bin Pangeran Dipati Antasari. Gelar yang lain: Pangeran Dipati Tapasena / Pangeran Mangkubumi / Panembahan Sepuh / Tahalidullah / Dipati Halit. Pada tahun 1663
ia dipaksa menyerahkan takhta kepada Cucu tirinya Pangeran Dipati Anom
II / Sultan Agung yang berpura-pura akan menyerahkan takhta kepada Putra
Mahkota Raden Bagus tetapi Ternyata untuk Dirinya sendiri yang hendak
menjadi Sultan. [24] |
8 |
1663 - 1679 |
Sultan Amrullah Answer Kasuma bin Sultan Saidullah |
* Nama lahirnya Raden Bagus . Masa pemerintahannya Sering Ditulis bergantung kepada keputusan tahun 1660-1700. Pada tahun 1660-1663 ia diwakilkan oleh Sultan Rakyatullah dalam menjalankan Pemerintahan karena ia belum dewasa. Pada
tahun 1663 Paman tirinya Pangeran Dipati Anom II / Sultan Agung
merampas takhta dari Sultan Rakyatullah, yang semestinya dirinyalah
sebagai Ahli Waris yang sah sebagai Sultan Banjar Seterusnya>.
[24]
Sementara itu ia telah dilantik oleh Pangeran Tapesana / Sultan Rakyatullah dengan gelar Sultan Amrullah Answer Kasuma. Tahun 1663-1679 ia sebagai raja pelarian yang memerintah dari pedalaman ( Alay ) |
|
9 |
1663 - 1679 |
Sultan Agung / Pangeran Suryanata II bin Sultan Inayatullah |
* Raja Banjarmasih. Nama lahirnya Raden Kasuma Lalana . Mengkudeta / mengambil hak kemenakannya Raden Bagus sebagai Sultan Banjar. Ia dengan Bantuan suku dikhaskan Biaju , memindahkan Pusat Pemerintahan ke Sungai Pangeran (Banjarmasin). Pemerintahannya dibantu Pangeran Mangkubumi Aria tempat tissu , putera Pangeran Ratu. Sebagai raja muda ditunjuk adik kandungnya, Pangeran Purbanagara. Ia
berbagi kekuasaan dengan saudara kakeknya Pangeran Ratu (Sultan
Rakyatullah) yang kembali memegang Pemerintahan Martapura sampai
mangkatnya pada 1666 . Gelar lain: Pangeran Dipati Anom II. [24] |
10 |
1679 - 1700 |
Sultan Amrullah Answer Kasuma / Suria Angsa / Saidillah bin Sultan Saidullah |
* Raja Kayu Tangi . Ia
sempat lari ke daerah Alay (1663-1679) kemudian Mengasaskan kekuatan
dan berhasil membinasakan pamannya tirinya Sultan Agung beserta anaknya
Pangeran Dipati, kemudian Naik takhta kedua kalinya. Saudara tirinya Raden Basus / Suria Negara / Pangeran Dipati Tuha diangkat sebagai Raja daerah Negara , yang kemudian membina Kerajaan Tanah Bumbu dengan wilayah dari Tanjung Aru sampai Tanjung Silat yang diperuntukan bagi anaknya yaitu Pangeran MANGU, anak lainnya Pangeran Citra menjadi Sultan Kelua . |
11 |
1700 - 1717 |
Sultan Tahmidullah I / Panembahan Kuning bin Sultan Amrullah |
* Raja Kayu Tangi. Tahmidullah saya
memiliki dua putera dewasa, yang tertua adalah Sultan Ilhamidullah /
Sultan Kuning / Sultan Badarul Alam dan yang kedua Sultan Sepuh /
Tamjidullah I. [72] [73] Sedangkan penguasa daerah Negara dijabat oleh Pangeran Mas Dipati [74] |
12 |
1717 - 1730 |
Panembahan Kasuma Dilaga / Tahlilullah |
* Raja Kayu Tangi. Ia adalah Mangkubumi dan adik sultan sebelumnya. Iparnya yang bernama Raden Jaya Negara dilantik sebagai penguasa daerah Negara |
13 |
1730 - 1734 |
Sultan il-Hamidullah / Sultan Kuning bin Sultan Tahmidullah I |
* Raja Kayu Tangi. Gelar yang lain: Sultan Kuning atau Pangeran Bata Kuning [75] Panglima bebek dari La Madukelleng menyerang Banjarmasin pada tahun 1733 |
14 |
1734 - 1759 |
Sultan Tamjidullah I bin Sultan Tahmidullah I |
* Raja Kayu Tangi. Gelar yang lain: Sultan Sepuh / Panembahan Badarulalam. [75]
Raja Kayu Tangi. Ia semula mangkubuminya Sultan Kuning,
kemudian setelah mangkatnya Sultan Kuning, ia bertindak sebagai wali
Putra Mahkota Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah gelar Ratu Anom
yang belum dewasa. Tamjidullah I yang bergelar Sultan Sepuh ini berusaha Sultan Banjar tetap dipegang pada dinasti Garis keturunannya. Adiknya Pangeran sela gunung (Penembahan Hirang) dilantik sebagai Mangkubumi. [76] Tamjidullah I mangkat 1767 . |
15 |
1759 - 1761 |
Sultan Muhammadillah / Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan Il-Hamidullah/Sultan Kuning |
* Raja Kayu Tangi. Ia menggantikan mertuanya Sultan Sepuh / Tamjidullah I sebagai Sultan Banjar. Setelah itu mantan Sultan Sepuh tidak lagi Memakai gelar Sultan tetapi hanya sebagai Panembahan . Sebagai Mangkubumi adalah Pangeran Nata dengan gelar Ratu Dipati , putera Sultan Sepuh. Gelar
yang lain: Aminullah Sultan Muhammadillah / Sultan / Muhammad Iya'uddin
Aminullah / Muhammad Iya'uddin Amir ulatie ketika mangkat anak-anaknya
masih belum dewasa, takhta Kerajaan kembali dibawah kekuasaan
Tamjidillah I tetapi dijalankan oleh anaknya Pangeran Nata Dilaga
sebagai wali Putra Mahkota. |
16 |
1761 - 1801 |
Sunan Nata Alam bin Sultan Tamjidullah I |
* Raja Kayu Tangi. Tahun 1771 ia memindah ibukota ke Martapura yang dinamakan Bumi Selamat. Semula sebagai wali Putra Mahkota dengan gelar Panembahan Kaharuddin Halilullah . Pamannya yang bernama Pangeran Mas menjadi Mangkubumi dengan gelar Ratu Anom Kasuma Yuda (Mangkubumi Sultan Tahmidullah II ). Ratu Anom Kasuma Yuda kemudian wafat dan digantikan Ratu Anom Ismail atau Ratu Anom Mangkudilaga. [76]
gelar yang lain: Sultan Tahmidullah II / Sunan Nata Alam (1772) /
Pangeran Nata Dilaga / Pangeran Wira Nata / Pangeran Nata Negara /
Akamuddin Saidullah ( 1762 ) / Amirul Mukminin Abdullah (1762) / Sunan Saidullah Sulaiman I (1787) / Panembahan Batu ( 1797 ) / Panembahan Anom. Mendapat
Bantuan VOC untuk menangkap Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin
Aminullah yang menuntut takhta dengan Bantuan Arung Trawe / Petta Untuk
Rawe pimpinan suku dikhaskan Bugis - Paser yang mengalami kegagalan, kemudian Pangeran Amir menjalin Perhubungan dengan suku dikhaskan Bakumpai dan akhirnya ditangkap Kompeni Belanda 14 Mei 1787 , kemudian diasingkan ke Srilangka . Sebagai Balas jasa kepada VOC maka Islam itu indah perjanjian 13 Ogos 1787 yang menyebabkan Kesultanan Banjar menjadi vazal VOC atau daerah protektorat, Sebaliknya pengangkatan Sultan Muda dan Mangkubumi
harus dengan Perjanjian VOC. Sultan Tahmidullah II mempunyai saudara perempuan bernama Ratu Laiya yang menikah dengan Sultan Muhammad dari Sumbawa. [77] |
17 |
1801 - 1825 |
Sultan Sulaiman al-Mutamidullah / Sultan Sulaiman Saidullah II bin Tahmidullah II |
* Ia Drs keraton di Karang Intan (bekas Kayu Tangi dahulu) Ia mendapat gelar Sultan Muda atau Pangeran Ratu Sultan Sulaiman Kehormat di Royal tahun 1767
ketika berusia 6 tahun. Dibantu oleh adiknya yaitu
Pangeran Mangku Dilaga / Pangeran Ismail dengan gelar Ratu Anom Mangku
Dilaga / Ratu Anom Ismail sebagai Mangkubumi (dihukum bunuh karena
merencanakan Rampasan kuasa), dilanjutkan puteranya sendiri Pangeran
Husin dengan gelar Pangeran Mangku Bumi Nata (adik Sultan Adam). [78] Sultan Sulaiman digantikan anaknya Sultan Adam. Keturunannya menjadi Sultan Banjar dan raja-raja Kusan , Batulicin dan Pulau Laut . Hindia Belanda jatuh ke tangan Inggeris, tetapi Inggeris melepaskan kekuasaannya di Banjarmasin. Kemudian Hindia Belanda datang kembali ke Banjarmasin untuk menegaskan kekuasaannya. |
|
18 |
1825 - tahun 1857 |
Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah |
* Baginda mendapat gelar Sultan Muda Kehormat di Royal tahun 1782 . Pemerintahannya dibantu adiknya Pangeran Noh dengan gelar Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana sebagai Mangkubumi yang dilantik Belanda pada 1842 [79] , dan Pangeran Abdur Rahman sebagai Sultan Muda. Masjid
mangkatnya terjadi krisis suksesi dengan tiga kandidat penggantinya
yaitu Pangeran Prabu Anom, Pangeran Tamjidullah II dan Pangeran
Hidayatullah II, Belanda sebelumnya sudah mengangkat Tamjidullah II sebagai Sultan Muda Kehormat di Royal 8 Ogos 1852
juga merangkap jawatan Mangkubumi dan kemudian menetapkannya sebagai
sultan Banjar, Sehari kemudian Tamjidullah II memeterai surat
pengasingan kandidat sultan lainnya pamannya sendiri Pangeran Prabu Anom yang diasingkan ke Bandung pada 23 Februari 1858 . Tahun 1853 Sultan Adam sudah mengutus surat ke Batavia agar pengangkatan Tamjidullah II dibatalkan. Tahun 1855 Sultan Adam melantik puteranya Pangeran Prabu Anom sebagai Raja Muda . Sultan Adam sempat membuat surat wasiat yang menunjuk cucunya Hidayatullah II sebagai Sultan Banjar penggantinya, Inilah yang menjadi asas perlawanan segenap bangsawan terhadap Hindia Belanda [80] |
19 |
Tahun 1857 - tahun 1859 |
Sultan Tamjidullah II bin al-Watsiq Billah Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam |
* Sejak 1851 ia dilantik Belanda sebagai Mangkubumi (sewaktu Sultan Muda Abdurrahaman masih Hidup) untuk menggantikan Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana
(adik Sultan Muda Abdurrahaman) yang meninggal Dunia, tidak hanya itu
kemudian pada tahun 1852 ia dilantik Belanda menjadi Sultan Muda
(merangkap Mangkubumi) menggantikan Ayahnya Pangeran Abdurrahman yang
mangkat pada 5 Mac 1852, walaupun pelantikannya sebagai Sultan Muda ini
tidak diluluskan kakeknya Sultan Adam. Pada 3 November 1857
Tamjidullah II diangkat Belanda menjadi Sultan Banjar, padahal ia anak
selir meskipun ia sebagai anak tertua dan kemudian Belanda mengangkat
Hidayatullah II sebagai Mangkubumi. Jalur suksesi menurut
Tradisi Kesultanan Banjar, untuk promosi jawatan putera-putera dari
Seorang Sultan yang bertahta, maka putera Permaisuri yang sulung
dilantik sebagai Sultan Muda dan Seorang putera yang lainnya akan
dilantik sebagai Mangkubumi (jawatan bergengsi kedua setelah Sultan). Pelantikan Tamjidullah II ini sengaja Islam itu indah nikki oleh Belanda. Tamjidullah II memiliki tanah lungguh di Kota Banjarmasin karena itu sebagian rakyat dan ulama Banjarmasin mendukungnya. Banjarmasin menurut Tradisi berada di bawah otoritas putera tertua Sultan. Pengangkatan
Tamjidullah II ditentang segenap bangsawan karena menurut wasiat
semestinya Hidayatullah II sebagai Sultan karena ia anak Permaisuri. Pada 25 Jun 1859 , Hindia Belanda memakzulkan Tamjidullah II sebagai Sultan Banjar kemudian mengirimnya ke Bogor . Sultan
Seman, mertua Tamjidullah II ditangkap dan dihukum gantung dengan empat
orang pengikutnya dengan tuduhan melakukan pemberontakan. Sebagai
GANTIAN jawatan Sultan Banjar yang kosong, Belanda melantik Komisen
Pemerintahan Kerajaan yang terdiri daripada atas Pangeran Surya Mataram
dan Pangeran Muhammad Tambak anyar. Sementara Sultan Muda menghindari Penankapan Belanda melarikan diri ke pulau dan Sumatera. |
20 |
Tahun 1859 - tahun 1862 |
Sultan Hidayatullah Halilillah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam |
* Nama lahirnya adalah TIKI Andarun , kemudian sebagai Mangkubumi ia Memakai gelar Pangeran Hidayatullah. Ia Dikenali sebagai Sultan tanpa mahkota . Sesuai wasiat Sultan Adam ia sebagai Sultan Banjar penggantinya. Pada
9 Oktober 1856 ia dilantik Belanda sebagai Mangkubumi tetapi diajari
diajari ia menjadi oposisi Tamjidullah II, Misalnya dengan mengangkat
Kiai Adipati Anom Dinding Raja (Jalil) sebagai tandingan Adipati besekutuannya Lima
Kiai Adipati Danu Raja yang berada di pihak Belanda / Sultan Tamjidullah II. Pangeran Hidayatullah II memiliki tanah lungguh meliputi Alai, Paramasan, Amandit, Karang Intan, Margasari dan BASUNG. Perjuangan Sultan Hidayatullah II dibantu oleh tangan kanannya Demang Lehman yang memegang pusaka Kerajaan Keris Singkir dan Taman Negara Bukit Tigapuluh Kalibelah. [81] Masjid berada di besekutuannya Lima
pada bulan September 1859, ia dilantik di Amuntai oleh rakyat
besekutuannya Lima sebagai Sultan Banjar, dan Pangeran Wira Kasuma
sebagai Mangkubumi. Pelantikan ini untuk memenuhi
angan-angan rakyat besekutuannya Lima walaupun bersifat marjinal karena
pada dasarnya seluruh wilayah berada dalam kekuasaan Belanda. Penobatanya ini pada Umumnya diluluskan pula oleh rakyat yang berada di besekutuannya Lima maupun di luar besekutuannya Lima. Pada tarikh
11 Jun 1860 , Residen I.N. Nieuwen Huyzen
mengumumkan Penghapusan Kesultanan Banjar yang digantikan Komisen
Kerajaan dibawah Pangeran Suria Mataram (anak Sultan Adam) dan Pangeran
Mohammad Tambak anyar (anak Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana ). Sultan Hidayatullah II pada 2 Mac 1862 dibawa dari Martapura dan diasingkan ke SK |
21 |
1862 |
Pangeran Antasari bin Pangeran Mashud bin Amir Sultan [82] bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah |
* Raja Bakumpai . Pada 14 Mac 1862 , yaitu setelah 11 hari Pangeran Hidayatullah II diasingkan ke SK, rakyat Tanah Dusun
, Siang dan murung memproklamasikan pengangkatan Pangeran Antasari
sebagai pimpinan Tertinggi dalam Kerajaan Banjar dengan gelar Panembahan
Amiruddin Khalifatul Mukminin. Khalifah ini dibantu Tumenggung Surapati sebagai Panglima Perang. Pusat termanis di Menawing, pedalaman Sungai Barito , murung Raya , TO. Dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional , wafat 11 Oktober 1862 di kampung Sampirang , Bayan Begak , karena penyakit Cacar. Dimakamkan kembali 11 November 1958 di Makam Pangeran Antasari , Banjarmasin. |
22 |
1862 - tahun 1905 |
Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin |
* Raja Pagustian / Kastapura [83] . Sebagai kepala Pemerintahan Pagustian meneruskan termanis Ayahnya, Pangeran Antasari melawan kolonial Belanda dengan dibantu kakaknya Panembahan Muda / TIKI Muhammad Said sebagai Mangkubumi dan Panglima Batur sebagai Panglima bebek. Ia melantik menantunya Pangeran Perbatasari bin Panembahan Muhammad Said sebagai Sultan Muda . Pangeran Perbatasari tertangkap di daerah Epsom, Kutai Barat dan dibuang ke ke Kampung Jawa Cini . Sultan Muhammad Seman sempat menghantar Panglima Bukhari ke Kandangan untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Muhammad Seman Pengguguran pada 24 Januari 1905 ditembak Belanda yang mengakhiri Perang Banjar
dan banyak para Pahlawan pejuang yang tertangkap, Pangeran Aminullah
(menantu Pangeran Prabu Anom) dibuang ke ke Surabaya, Ratu Zaleha
diasingkan ke Bogor, keturunan Tumenggung Surapati yang tertangkap
diasingkan ke Bengkulu, dan sebagai penerus Sultan Muhammad Seman adalah
TIKI Berakit. Negeri Banjar menjadi sepenuhnya di bawah Pemerintahan Residen Belanda dilanjutkan Gubernur Haga , Pimpinan Pemerintahan Awam , Pangeran Musa Ardi Kesuma (Ridzie Zaman Jepun), Pangeran Muhammad Noor (Gubernur Kalimantan I), sekarang menjadi Provinsi Kalimantan Selatan . |
23 |
2010 |
Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah bin TIKI Jumri bin TIKI Umar bin Pangeran Haji Abubakar bin Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah |
* Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah bin
Pangeran Jumri bin TIKI Umar bin Pangeran Abubakar bin Pangeran
Singasari bin Sultan Sulaiman. Setelah lama mengalami
kevakuman, para zuriat Kesultanan Banjar bertekad "Maangkat Batang
Tarandam" untuk menghidupkan kembali Kesultanan Banjar. Maka melalui musyawarah Tinggi Adat, para zuriat yang tergabung dalam Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB), pada 24 Juli 2010 rasmi menganugerahkan gelar Pangeran dan menobatkan TIKI Khairul Saleh (maju Kabupaten Banjar 2005-2015) sebagai Raja Muda Banjar dan Sesudah diangkat menjadi Sultan Banjar. |
|
Rujukan
- Paul Michel Munoz, Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia, Mitra Abadi, Mac 2009.
- Hikayat Banjar
- (Inggeris)
Han Knapen, Hutan nasib baik:? sejarah alam sekitar Tenggara Borneo,
1600-1880, Jilid 189 dari Verhandelingen van het Koninklijk Hexagon voor
Taal-, Land-en Volkenkunde, KITLV Press, 2001, ISBN 90-6718-158 -7 , 9789067181587
Pautan luar