Thursday, January 3, 2013

KERAJAAN NANGA BUNUT(1815-1909)

Sejarah kerajaan Bunut -petikan dari blog dengan bahasa indonesia


keris raja

tongkat raja

Seperti biasa Mahyudin sangat antusias dengan segala kegiatan penelitian kami, sore ini sudah menunggu di halaman depan rumah pak Wim. Seperti yang ia janjikan kami akan dibawa bertemu dengan salah seorang ahli waris kerajaan bunut, pak Raden Sudarso namanya. Beliau tinggal di kampung Hilir (desa Bunut Hilir). Sebelum berangkat kerumah pak Su (panggilan pak Sudarso) Fahri dan Kukuh sempat berdiskusi cukup panjang mengenai masalah yang sebenarnya cukup sederhana menurut saya. Hari ini kami semestinya bertarawih di masjid Kampung Hilir bersama pak Wim, tapi karena janji dengan pak Su rencana Tarawih pun di batalkan. Permasalahannya adalah bagaimana cara mengatakan dengan halus kepada pak Wim sang kepala desa bahwa kami hari ini tidak akan ikut bertarawih dengan beliau. Apakah kami akan membagi kelompok: satu orang menemani pak Wim sholat di Hilir dan sisanya wawancara dengan Pak su atau solusi lainnya. Setelah berdebat cukup panjang belakangan diketahui bahwa pak Wim sudah berangkat tarawih sendirian. Dan pak Su setelah ditelpon pun tidak bisa ditemui langsung pada saat itu karena beliau ternyata bertarawih di masjid Hulu, masjid yang sama tempat pak Wim sholat. Alhasil karena kemalasan dan demi efisiensi waktu kami berempat (saya, Fahri, Kukuh dan bang Mahyudin) memutuskan untuk bertarawih di Surau terdekat dari rumah, surau yang bilangan rakaatnya paling sedikit.
Selesai tarawih kami berjalan kearah barat Nanga Bunut menuju kampung Hilir (masyarkat setempat biasa menyebut desa Bunut Hilir dengan Kampung Hilir saja)jalan menuju rumah pak Su berada tepat dibelakang kantor kecamatan, satu jalan dengan kantor KUA, puskesmas dan kantor korem (cek lagi). Sebelumnya kami belum pernah melewati daerah ini. Suasana sepi karena sedang hujan gerimis, tampaknya tidak ada yang berminat keluar atau sekedar duduk-duduk diberanda rumah pada cuaca seperti ini. Selama perjalanan menuju rumah pak su seperti biasa bang Mahyudin terusmengoceh memberikan informasi-informasi yang menurutnya perlu kami ketahui dengan gayanya yang humoris. Termasuk informasi kalau untuk mencium tangan pak Su jika kami bertemu dengan beliau.
Diberanda rumah pak Su ada ibu Dayang (istri pak Su) dan Deni, dia masih kerabat jau dengan pak Su. Belakangan di ketahui bahwa walaupun Deni masih berkerabat dengan Pak Su tapi dia belum pernah sekalipun diizinkan untuk melihat pusaka kerajaan. Dan setelah mengetahui dari Mahyudin bahwa kami semua akan dipertontonkan pusaka kerajaan oleh pak Su maka diapun sudah stand by di rumah
Pak Su sebelum kedatangan kami. Pak Su belum berada di rumah, lalu kami terlibat percakapan basa basi dengan Deni sementara bu Dayang bergegas ke dalam untuk membuatkan sepoci the hangat untuk kami.
Deni yang sekarang sudah semakin kelihatan rasa tidak sabar dan penasarannya berinisiatif untuk menelpon pak Su, terjadi percakapan dalam bahasa Hulu antara Deni dan pak Su. Dalam bahasa Hulu Mahyudin menanyakan apa yang di katakan pak Su kepada Deni didalam tepon. Lalu dia (Mahyudin) menerangkan kepada kami bertiga dalam bahasa Indonesia kalau pak Su sedikit lebih lama di masjid karena urusan pesantren anak nya yang bersekolah di Tsanawiyah.
Sedangkan apabila seorang laki-laki berdarah bangsawan menikah dengan perempuan biasa maka istrinya juga tidak akan mendapat gelar bangswan tapi anak-anak mereka akan menjadi bagian dari istana. Semua anak mereka akan mendapat gelar kebangsawanan.
Kerajaan bunut didirikan oleh tiga bersaudara yang berasal dari tanah jawa (jogjakarta), masing masing mereka bertekat untuk mendirikan sebuah negri yang sejahtera. Maka mereka bertiga berembuk untuk membagi daerah mana yang akan menjadi daerah kekuasaan mereka. Maka didapatlah sebuah kesepakatan Raden Setia Abang Berita mendapat bagian memerintah di Bunut, dua orang saudara nya yang lain memerintah di embaloh dan daerah kapuas. Sang kakak yang memerintah di Kapuas kemudia pulang ke tanah Jawa karena takut tidak ada yang akan memerintah kerajaan yang disana, maka ia menyerahkan tanah kerajaan yang di Kapuas kepada Abang berita untuk dipimpin. Maka bertambah luaslah wilayah kerajaan bunut. Akan tetapi kemudian hari didapat berita bahwa sudah ada yang melanjutkan pemerintahan kerajaan di tanah Jawa, walaupun begitu sang kakak terlanjur malu untuk kembali ke Kalimantan untuk meminta kembali kerajaan kapuas yang telah diserahkan kepada sang adik Abang Berita. Kerajaan ini diresmikan pleh pemeritah kolonial Belanda pada tahun 1877 didalam Surat asisten residen Sintang nomor 91 tahun 1877 pada tanggal 19 januari 1877. Namun sebenarnya kerjaan ini sudah berdiri 62 tahun sebelum disahkan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Kampung pemukiman pertama di negri bunut adalah bernama kampung Palin, diawal pendudukan Abang Berita melakukan ekspansi dan pendudukan di tanah Kalimantan dia menaklukkan bangsa Dayak yang pada saat itu masih menganut animisme. Rakyat negri bunut pada awal kerajaan terbentuk sangat sedikit, tidak lebih dari 100 orang. Kebanyakan diantara mereka adalah Dayak, kemungkinan mereka kemudian masuk Islam dengan cara kawin dengan pasukan (tentara) tiga orang Raja yang datang dari tanah Jawa ini.
Pada saat sekarang mereka mereka mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Melayu Bunut, menarik bahwa sebagai sebuah kerajaan yang dibentuk dari hasil penaklukkan bangsa Jawa kebudayaan mereka sangat kental dengan unsur Melayu Sumatra. Hal ini terlihat sangat jelas dari bahasa yang mereka dunakan (bahasa Melayu Hulu atau sering disebut sebagai bahasa Hulu saja), banyak ragam kosakata yang sangat dekat bunyinya dengan kosakata bahasa melayu sumatra (Riau, Sumbar dan sekitarnya) seperti cara pemanggilan didalam keluarga (atok, inik, ayi, mamak, abang, kakak, mak ngah, angko dan lain sebagainya). Beberapa kesenian tradisional yang diaku sebagai milik mereka seperti tari zapin, alat-alat musik. Arsitektur bangunan yang sangat mirip dengan arsitektur melayu riau, lalu hal ini juga terlihat pada motif2 kerajinan kerajaan (pada payung raja, pada tenunan kain raja dan lain sebagainya). Tapi walaupun begitu pengaruh dayak dan jawa juga terlihat, beberapa kata dalam bahasa hulu memuliki bunyi dan dan makna yang sama dengan kata dalam bahasa dayak kantuk. Pengaruh jawa terlihat dari gelar2 gelar kerajaan seperti raden, gusti , ratu pangeran dan lain sebagainya. Satu peninggalan kerajaan yang sangat bercirikan jawa adalah keris Raja. Menurut pak raden Sudarso keris ini pernah diminta kembali oleh keraton Jogja karta tapi demi menjaga amanah leluhur beliau menolak untuk mengembalikan keris ini.
Pak Su menjawab pertanyaan-pertanyaan kami dengan dengan nada yang lembut, perlahan dengan artikulasi yang sangat jelas dia menekankan kata-kata yang dianggapnya penting, kata-kata yang keluar dari mulitnya tertata rapi secara umum saya menilai pak Su berusaha untuk tampil seformal mungkin didepan kami. Bahkan ketika Mahyudin memancingnya berkelakar dalam bahasa hulu dia terkesan tidak terlalu mengapresiasi kelakar Mahyudin. Hal ini juga terlihat dari bahasa tubuh pak Su, dia menunjukkan arah dengan menggunakan ibu jari kanan. Hal ini tidak bias di bagi orang bunut. Saya tidak bisa menilai apakah semua bangsawan kerajaan Bunut seperti ini atau tidak.
Walaupun pak Su tidak mengetahui dengan pasti sampai seberapa luas wilayah kekuasaan bunut, saya mengira cukup luas karena Jongkong dan embaloh juga masuk wilayah kerajaan. Dan yang pasti adalah menurut pak Su danau Siawan dan Pontu masuk kedalam wilayah kekuasaan kerajaan Bunut. Ada tradisi yang masa kerajaan yang masih dilakukan masyarakat samapi sekarang, pada masa kerajaan raja membuat peraturan agar tidak membuang kepala ikan biawan kedalam sungai tapi harus dibuang ke daratan. Karena dipercaya belatung dari kepala-kepala ikan yang membusuk ini akan menjadi lebah.
Beberapa benda pusaka kerajaan yang ada disimpan oleh pak Su adalah :
Tongkat kerajaan, tongkat ini terbuat dari kayu belian bagian ujung yang menjadi pegangan terbuat dari tulang. Menurut pak Su tongkat ini sudah dimiliki oleh keluarganya selama empat generasi. Ketika dipegang oleh kakeknya tongkat ini mengeluarkan bau harum. Ketika seseorang mengukur tongkat ini dengan jengkal maka ketika dia mengukur untuk yang kedua kalinya hasilnya tidak akan pernah sama. Jika jari kelingking seseorang berada tepat di ujung tongkat ketika jengkalan yang kedua dia diramalkan bisa menjadi seorang pemimpin, menurut pak Su selama tongkat ini dia pegang hanya ada tiga orang yang mengukur tongkat dengan pas yaitu bupati dan wakil bupati Kapuas Hulu sekarang dan mantan Bupati Kapuas Hulu dari periode sebelumnya.
Gentong keramat yang terbuat dari tanah liat, gentong keramat ini menurut pak Su bisa berpindah tempat. Karena gentong ini terus mengikutinya ketika terus mengikutinya ketika pindah rumah dia memukul mulut gentong dengan palu. Setelah itu gentong keramat tidak bisa lagi berpindah tempat secara gaib, tapi semenjak pemukulan mulut gentong oleh pak Su beliau arwah penghuni gentong marah dan menghatui pak Su. Setelah minta maaf baru makhluk halus penunggu gentong ini tenang dan tidak mengganggu lagi. Ada satu pantangan ketika melihat gentong, dilarang melihat bagian dalam gentong karena akan mengakibatkan orang yang melihat tersebut kerasukan yang tidak bisa disembuhkan.
Keris raja. Dilihat dari fisik keris ini tidak ada nuansa melayu sedikit pun sepengetahuan saya keris ini sangat mirip sekali dengan keris Jawa. Menurut pak su keris ini dibawa oleh raja dari tanah Jawa. Menurut pak Su keris ini bisa mendatangkan hujan, beliau mmbisikkan doa sambil menempelkan keris tersebut dikeningnya sebelum mencabut keris dari sarangnya. Dan 10 menit kemudian terjadi hujan lebat, dan ajaibnya beberapa saat setelah keris dimasukkan kembali kedalam sarungnya hujan kembali mereda digantikan oleh rintik-rintik kecil.
Selama kunjungan kerumah pak Su hanya tongkat dan keris yang dia tunjukkan kepada kami, menurut Mahyudin kami termasuk orang yang beruntung dapat melihat benda-benda kerajaan ini. Karena kami berkunjung pada malam hari jadi jadi agak kurang pantas untuk mengeluarkan semua benda-benda kerajaan.

KESULTANAN TAYAN(1450-KINI)


Sejarah Kesultanan Tayän Kalimantan Barat

Pendiri Kerajaan Tayän adalah putra brawijaya dari Kerajaan Majapahit yang bernama TIKI Likar / Lekar. Bersama dengan saudara-saudaranya, TIKI Likar meninggalkan Kerajaan Tanjungpura yang Sering terlibat peperangan. Pemerintahan Kerajaan Tayän kemudian dipegang oleh TIKI Ramal bergelar Pangeran Marta Jaya Yuda Kesuma, putra Pangeran Mancar pendiri Kerajaan Meliau yang adalah kemenakan TIKI Likar. Mula-Mula ibukota Kerajaan berlokasi di Teluk Kemilun. Setelah Pangeran Marta Jaya Yuda Kesuma wafat, putranya yang tertua, Suma Yuda, Naik takhta dengan gelar Panembahan Tua. Panembahan Seterusnya> adalah putra Panembahan Tua, bernama TIKI Mekah dengan gelar Panembahan Nata Kesuma yang disebut juga Panembahan Muda. Pada waktu Pemerintahan Nata Kesuma Kerana itulah Kerajaan Tayän Mula-Mula memeterai kontrak (Korte verklaring) dengan Pemerintahan Hindia Belanda pada 12 November 1822. pontianak.web.id Pangeran Nata Kesuma mangkat pada 1825 dengan tidak meninggalkan keturunan. Takhta Kerajaan kemudian diduduki oleh saudaranya yang bernama TIKI Repa dengan gelar Pangeran Ratu Kesuma. Beliau memerintah hanya selama 3 tahun hingga 1828 karena wafat. Penggantinya adalah saudara Panembahan Tua, Utin Belondo dengan gelar Ratu Utin Belondo yang juga digelar Ratu Tua. Pemerintahan dilaksanakan oleh suaminya, Hassan TIKI Pangeran Ratu Kesuma dengan gelar Panembahan Mangku Negara Surya Kesuma. Tahun 1855 Panembahan Mangku Negara Surya Kesuma digantikan oleh putranya yang bernama TIKI Inding dengan gelar sama dengan Ayahnya. Tahun 1858, Belanda mengganti gelar Mangku dengan Anum Paku, sehingga TIKI Inding kemudian bergelar Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma. Karena pontianak.web.id Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma tidak mampu memimpin Pemerintahan dan tidak berputra, Pemerintahan kemudian diserahkan kepada saudaranya, TIKI Kerma Pangeran Ratu Paku Negara dengan gelar Panembahan kasim II Kesuma Negara. Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma mangkat pada 23 November tahun 1873 di Batang Tarang. Panembahan kasim II Kesuma Negara memerintah sampai tahun 1880 dan digantikan oleh putra tertuanya, TIKI Mohamad Ali alias TIKI Inding dengan gelar Panembahan Paku Negara Surya Kesuma. Ibukota Kerajaan kemudian dipindahkan dari Rayang ke Tayän. Pada 26 Februari 1890, Kerajaan Meliau digabungkan ke dalam Kerajaan Tayän. pontianak.web.id Paku Negara Surya Kesuma, mangkat pada tahun 1905 dan dimakamkan di Tayän. Beliau diganti oleh TIKI Tamzid Pangeran Ratu bergelar Panembahan Anum Paku Negara. Pada masa Pemerintahan Panembahan Anum Paku Negara, Meliau kembali diserahkan kembali atas permintaan Belanda sendiri menjadi Gouvernement Gebied Mangkatnya Panembahan Anum Paku Negara, putra mahkota yang tertua, TIKI Jafar dinobatkan Naik takhta Kerajaan dengan gelar Panembahan Anum Adi Negara. Pada tahun 1944, TIKI Jafar dan TIKI Makhmud sebagai Ahli Waris Kerajaan jatuh menjadi korban Jepun. pontianak.web.id Setelah Jepun cangkem pada Perang Dunia II, TIKI Ismail dinobatkan menjadi Panembahan Kerajaan Tayän dengan gelar Panembahan Paku Negara. Tahun 1960, beliau masih memerintah dan Pemerintahan swaparja berakhir. TIKI Ismail kemudian menjabat Wedana di Tayän. Ibukota kewedanaan kemudian dipindahkan ke Sanggau, sedangkan bekas Kerajaan Tayän menjadi ibu kota Kecamatan Tayän Hilir Sumber: Arsip pontianak.web.id Ogos 2008  http://www.pontianak.web.id
 Kerajaan Tayän adalah sebuah Kerajaan yang dimulai awal Abad 15 atau sekitar tahun 1450. Pendiri Kerajaan Tayän adalah putra brawijaya dari Kerajaan Majapahit yang bernama TIKI Likar / Lekar. Bersama dengan saudara-saudaranya, TIKI Likar meninggalkan Kerajaan Tanjungpura yang Sering terlibat peperangan. Pemerintahan Kerajaan Tayän kemudian dipegang oleh TIKI Ramal bergelar Pangeran Marta Jaya Yuda Kesuma, putra Pangeran Mancar pendiri Kerajaan Meliau yang adalah kemenakan TIKI Likar. Mula-Mula ibukota Kerajaan berlokasi di Teluk Kemilun. Setelah Pangeran Marta Jaya Yuda Kesuma wafat, putranya yang tertua, Suma Yuda, Naik takhta dengan gelar Panembahan Tua. Panembahan Seterusnya> adalah putra Panembahan Tua, bernama TIKI Mekah dengan gelar Panembahan Nata Kesuma yang disebut juga Panembahan Muda. Pada waktu Pemerintahan Nata Kesuma Kerana itulah Kerajaan Tayän Mula-Mula memeterai kontrak (Korte verklaring) dengan Pemerintahan Hindia Belanda pada 12 November 1822. Pangeran Nata Kesuma mangkat pada 1825 dengan tidak meninggalkan keturunan. Takhta Kerajaan kemudian diduduki oleh saudaranya yang bernama TIKI Repa dengan gelar Pangeran Ratu Kesuma. Beliau memerintah hanya selama 3 tahun hingga 1828 karena wafat. Penggantinya adalah saudara Panembahan Tua, Utin Belondo dengan gelar Ratu Utin Belondo yang juga digelar Ratu Tua. Pemerintahan dilaksanakan oleh suaminya, Hassan TIKI Pangeran Ratu Kesuma dengan gelar Panembahan Mangku Negara Surya Kesuma. Tahun 1855 Panembahan Mangku Negara Surya Kesuma digantikan oleh putranya yang bernama TIKI Inding dengan gelar sama dengan Ayahnya. Tahun 1858, Belanda mengganti gelar Mangku dengan Anum Paku, sehingga TIKI Inding kemudian bergelar Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma. Karena Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma tidak mampu memimpin Pemerintahan dan tidak berputra, Pemerintahan kemudian diserahkan kepada saudaranya, TIKI Kerma Pangeran Ratu Paku Negara dengan gelar Panembahan kasim II Kesuma Negara. Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma mangkat pada 23 November tahun 1873 di Batang Tarang. Panembahan kasim II Kesuma Negara memerintah sampai tahun 1880 dan digantikan oleh putra tertuanya, TIKI Mohamad Ali alias TIKI Inding dengan gelar Panembahan Paku Negara Surya Kesuma. Ibukota Kerajaan kemudian dipindahkan dari Rayang ke Tayän. Pada 26 Februari 1890, Kerajaan Meliau digabungkan ke dalam Kerajaan Tayän. Paku Negara Surya Kesuma, mangkat pada tahun 1905 dan dimakamkan di Tayän. Beliau diganti oleh TIKI Tamzid Pangeran Ratu bergelar Panembahan Anum Paku Negara. Pada masa Pemerintahan Panembahan Anum Paku Negara, Meliau kembali diserahkan kembali atas permintaan Belanda sendiri menjadi Gouvernement Gebied Mangkatnya Panembahan Anum Paku Negara, putra mahkota yang tertua, TIKI Jafar dinobatkan Naik takhta Kerajaan dengan gelar Panembahan Anum Adi Negara. Pada tahun 1944, TIKI Jafar dan TIKI Makhmud sebagai Ahli Waris Kerajaan jatuh menjadi korban Jepun. Setelah Jepun cangkem pada Perang Dunia II, TIKI Ismail dinobatkan menjadi Panembahan Kerajaan Tayän dengan gelar Panembahan Paku Negara. Tahun 1960, beliau masih memerintah dan Pemerintahan swaparja berakhir. TIKI Ismail kemudian menjabat Wedana di Tayän. Ibukota kewedanaan kemudian dipindahkan ke Sanggau, sedangkan bekas Kerajaan Tayän menjadi ibu kota Kecamatan Tayän Hilir.  : http://id.wikipedia.org 15 Februari 2011 Kerajaan Tayän * Enam Abad jarak Sejarah Kerajaan Tayän Bermula dari Pengamanan Jalur Upeti pada Kerajaan Matan PILAR Kerajaan Tayän dimulai awal Abad 15 atau sekitar tahun 1450. TIKI Lekar, anak kedua Panembahan Dikiri, Raja Matan yang hendak membina Kerajaan Tayän. Awalnya Kedatangan TIKI Lekar ke wilayah Tayän untuk mengamankan jalur upeti rakyat pada Kerajaan Matan. Jalur penghantaran upeti sebelumnya selalu mendapat Gangguan dan merosot. Itu dilakukan oleh seseorang yang menyatakan diri sebagai raja di Kuala Labai. Perkara ini TIKI Lekar mengamankan upeti untuk Kerajaan Ayahnya dibantu Seorang suku dikhaskan Dayak bermana Kia Jaga dari Tebang. Tak berselang lama setelah berhasil mengusir penggangu jalur upeti dan hendak membina Kerajaan Tayän, TIKI Lekar menikahi Enci 'Periuk, anak tunggal Kia Jaga. Mereka dikarunia empat anak, masing-masing diberi nama, TIKI Gagok, TIKI Manggar, TIKI Togok, dan Perua TIKI. TIKI Lekar hendak membina Kerajaan Baru, Sementara anak pertama Penembahan Dikiri, Duli Maulana Sultan Muhammad Syarifuddin, meneruskan kedudukannya menjadi Raja Matan. Sultan Muhammad Syarifuddin menjadi raja pertama yang memeluk Agama Islam. Tuan Syech Syamsuddin lah yang memperkenalkan Agama Islam padanya. Selain memeluk Agama Islam, ia juga mendapat Hadiah Al-quran kecil dan Cincin bermata Jamrud merah dari Makkah. Sejarah Kerajaan Tayän Dihadapankan anak, Cucu, dan cicit TIKI Lekar, setelah ia wafat dan dimakamkan di bukit dekat Kota Meliau masih dalam wilayah Kerajaan Tayän. Terdapat tiga versi asal usul nama Tayän di Masyarakat. Ada yang menyatakan nama Tayän diambil dari kondisi tanah Ujung Tanjung, tempat Bab Berdiri Kota Tayän, sehingga Tayän diartikan tanah Tajam. Tapi ada yang mengartikan Tayän sebagai kota besar (tai: besar dan an: kota). Tempayan yang ditenggelamkan di muara Sungai Tayän sebagai Penanda mulai berdirinya Kota Tayän juga dijadikan sumber nama Tayän. Sejak mangkatnya TIKI Lekar, ibukota Kerajaan Tayän dipindahkan ke Rayang. Sampai sekarang di SANA masih terdapat peninggalan Makam Raja-raja dan Meriam. Konon Meriam itu tidak dapat dipindahkan ke tempat lain dan ada saat-saat tertentu posisinya Ditukar sendiri. ibukota Kerajaan Pindah kembali ketempat semula di muara Sungai Kemilun 700 m dari muara Sungai Tayän. Pemindahan dilakukan cicit TIKI Lekar, TIKI Kamarudin, setelah sakit kulitnya yang dideritanya sembuh oleh ikan patin yang memakan Kulit kaki raja ketika merendam kaki di Sungai. Wabah Penyakit Kulit itu melanda seluruh Kerajaan. Semasa kekuasaannya, Kerajaan Tayän Place dengan Kerajaan Pontianak dan Sanggau. Pihak TIKI Kamarudin diserang pula oleh sentiam orang-orang China yang membuat terowongan satu kilometer menuju Istana dari balik Buki Hujan Emas. Kerajaan Tayän juga pernah mengikat kontrak dengan Belanda pada 12 November 1822, pada kekuasaan TIKI Mekah, anak TIKI Kamaruddin. Setelah wafat, ia digantikan adiknya TIKI Repa. Tapi setelah TIKI Repa wafat, kekuasaan beralih ke adik TIKI Kamaruddin, Utin Blondo Semasa ia memerintah, Belanda ingin mengubah perjanjian dengan syarat yang memberatkan rakyat. Utin Blondo jelas menolak keras dan marah. Sepertinya Perhubungan itu baru membaik, pada kekuasaan cicitnya TIKI Muhammad Ali. Masa itu, 26 Februari 1890, Belanda Mengembalikan kekuasaan Kerajaan Meliau padanya. Itu dilakukan setelah Raja Meliau Raden Abdul Salam melepaskan kekuasaannya pada Belanda. TIKI Muhammad Ali juga memindahkan Keraton Tayän ke Kampung Pedalaman, lokasi keraton sekarang. http://disbudpar.kalbarprov.go.id

KERAJAAN ISMAHAYANA LANDAK(1275-KINI)


Kerajaan Ismahayana Landak adalah sebuah Kerajaan yang saat ini berlokasi di Kabupaten Landak , Kalimantan Barat . Keraton Ismahayana Landak memiliki kronik Sejarah yang relatif panjang, meskipun sumber-sumber bertulis yang membuktikan Sejarah Kerajaan ini bisa dikatakan sangat Terhingga. Sama halnya dengan sumber dari cerita-cerita rakyat yang Appear di Ngabang, Kalimantan Barat, tempat di mana Kerajaan ini berada. Kendati demikian, arkeologis Bukti-Bukti berupa bangunan Istana Kerajaan (keraton) kepada atribut-atribut Kerajaan yang masih dapat kita Daftarkan diri hingga Kini dan juga buku Indoek lontar Keradjaan Landak yang Ditulis bergantung kepada keputusan oleh TIKI Soeloeng Lelanang (raja ke-19) pada tahun 1942, sesungguhnya manusia itu menyaksikan cukup memadai untuk membuktikan perjalanan panjang Kerajaan ini yang secara garis Besar terbagi ke dalam dua FASA, yakni FASA FASA Hindu dan Islam, ini telah dimulai Kehormat di Royal tahun 1275 M.

 Jangkamasa Pemerintahan

Jangkamasa Pemerintahan Kerajaan ini di bagi ke dalam empat periode dari dua FASA, yaitu: FASA Hindu

  • Kerajaan Landak di Ningrat Batur (1292-1472)
FASA Islam
  • Kerajaan Landak di Mungguk Ayu (1472-1703)
  • Kerajaan Landak di Bandong (1703-1768)
  • Kerajaan Landak di Ngabang (1768-sekarang)
  •  
  • Wilayah Kekuasaan
Wilayah kekuasaan Kerajaan Ismahayana Landak Kira-Kira mencakup seluruh Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Pada tiga periode awal, secara geografi wilayah yang dikuasai Kerajaan ini meliputi daerah Sepanjang Sungai Landak berikut Sungai-Sungai kecil yang merupakan cabang darinya. Sungai yang merupakan juak Sungai Kapuas ini memiliki panjang sekitar 390 km. Dalam perkembangannya kemudian, cakupan wilayah kekuasaan Landak semakin luas kepada daerah-daerah pedalaman. Jika dibayangkan dengan kondisi saat ini, Kira-Kira batas wilayah Kerajaan Landak menyerupai wilayah Kabupaten Landak yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sanggau di sebelah timur; Kabupaten Pontianak di Sisi barat; Kabupaten Bengkayang di bahagian utara dan bahagian selatan oleh Kabupaten Ketapang. Ditengarai bahwa gak pernah buka Tumpuan para pendahulu Kerajaan Landak memilih bantaran Sungai Landak sebagai tempat bermukim adalah karena di Sepanjang Sungai ini memiliki Keupayaan HARTA alam yang luar biasa, yakni intan dan emas. Usman [1] mengatakan bahwa intan terbesar yang pernah dijumpai dan dimiliki oleh Kerajaan Landak bernama Palladium Intan Kubi (intan ubi) Berat dengan 367 karat. Setelah penemuan itu, intan tersebut diberi nama sebagai Intan Danau Raja. Intan ini dijumpai tatkala Raden Nata Pangeran Tua Sanca Nata SBH Tua (1714-1764) bertahta sebagai raja Landak ke XIX di Bandong. Lanjut, sebagai sebuah Kerajaan, Landak tidak menutup diri dengan dunia luar. Kerajaan ini Justru Aktif menjalin Perhubungan dengan Kerajaan-Kerajaan lain di sekitar Kalimantan Barat. Ratio yang ditegakkan adalah Perhubungan kekerabatan, seperti dengan Kesultanan Sambas Alwazikhubillah, Kerajaan Mempawah Amantubillah, Kerajaan Sanggau, Kerajaan Matan, dan Kerajaan Tayän. [2]

 Silsilah

Silsilah Raja-raja Kerajaan Landak dibagi menjadi empat periode Pemerintahan serta dua FASA Agama: Hindu dan Islam. Keempat periode yang dimaksudkan berkiblat pada keberadaan Istana Kerajaan Landak yang tercatat pernah menempati empat lokasi berbeda.

 FASA Hindu

  • Kerajaan Landak di Ningrat Batur (1292-1472)
  1. Ratu Sang Nata Musabaqah Pali I
  2. Ratu Sang Nata Musabaqah Pali II
  3. Ratu Sang Nata Musabaqah Pali III
  4. Ratu Sang Nata Musabaqah Pali IV
  5. Ratu Sang Nata Musabaqah Pali V
  6. Ratu Sang Nata Musabaqah Pali VI
  7. Ratu Sang Nata Musabaqah Pali VII

 FASA Islam

  • Kerajaan Landak di Mungguk Ayu (1472-1703)
  1. Raden Adipati Raja Iswaramahayan Karang Tanjung Tua atau Raden Abdul Kahar (1472-1542) (masuk Islam pada periode ini di Kerajaan Landak)
  2. Raden Pati Karang Raja Adipati Karang Tanjung Muda (1542-1584)
  3. Raden Cili (Tjili) Pahang Tua Raja Adipati Karang Sari Tua (1584-1614)
  4. Raden Karang Tedung Tua (wakil raja) Raja Adipati Karang Tedung Tua (1614-1644)
  5. Raden Cili (Tjili) Pahang Raja Muda Adipati Karang Sari Muda (1644-1653)
  6. Raden Karang Tedung Muda (wakil raja) Raja Adipati Karang Tedung Muda (1.679-1.689)
  7. Raden Mangku Tua (wakil raja) Raja Mangku Bumi Tua (1679-1689)
  8. Raden Kusuma Agung Tua (1689-1693)
  9. Raden Mangku Muda (wakil Raja) Pangeran Mangku Bumi Muda (1.693-1.703)
  • Kerajaan Landak di Bandong (1703-1768)
  1. Raden Kusuma Agung Muda (1703-1709)
  2. Raden Purba SBH (wakil raja) Pangeran Purba SBH (1709-1714)
  3. Raden Pangeran Tua Nata Sanca Nata SBH Tua (1714-1764)
  4. Raden Anom Jaya SBH (wakil raja) Pangeran Anom Jaya SBH (1764-1768)
  • Kerajaan Landak di Ngabang (1768-sekarang), dengan kepala negara bergelar Paduka Panembahan dan kepala Pemerintahan bergelar Paduka Pangeran [3]
  1. Raden Pangeran Muda Nata Sanca Nata SBH (1768-1798)
  2. Raden Bagus Nata SBH (wakil raja) Ratu Answer Nata SBH (1.798-1802)
  3. TIKI Husin (wakil raja) TIKI Husin SUTA Wijaya (1802-1807)
  4. Aliuddin Panembahan TIKI Muhammad (1807-1833)
  5. Haji TIKI Ismail (wakil Panembahan) Pangeran Mangkubumi Haji TIKI Ismail (1833-1835)
  6. Panembahan TIKI Mahmud Akamuddin (1835-1838)
  7. Ya Gelombang Unus (wakil Panembahan) Pangeran Temenggung SBH (1838-1843)
  8. Panembahan TIKI Muhammad Amaruddin Ratu Answer Adi Muhammad SBH (1843-1868)
  9. TIKI Doha (wakil Panembahan) (1868-1872)
  10. Panembahan TIKI Abdulmajid SBH kasim II (1872-1875)
  11. Haji TIKI Andut Muhammad Tabri (wakil Panembahan) Pangeran Wira Nata SBH (1875-1890)
  12. TIKI Ahmad (wakil Panembahan) Pangeran Mangkubumi TIKI Ahmad (1890-1.895)
  13. Panembahan TIKI Abdulazis SBH Akamuddin (1895-1899) [4]
  14. TIKI Bujang Isman Tajuddin (wakil Panembahan) Pangeran Mangkubumi TIKI Bujang (1.899-1.922)
  15. Panembahan TIKI Abdul Hamid (1922-1943)
  16. TIKI Sotol (wakil Panembahan) (1943-1945)
  17. Haji TIKI Mohammad Appandi Ranie (wakil Panembahan) Mohammad TIKI Pangeran Mangkubumi Appandi Ranie Setia Negara (1946, hanya sekitar 4 bulan berkuasa)
  18. Pangeran Ratu Haji TIKI Amiruddin Hamid (?)
  19. Drs. TIKI Suryansyah Amiruddin, M.Si. Pangeran Ratu Keraton Landak (2000-sekarang)

 Rujukan

  1. ^ Othman, 2007: 4-5
  2. ^ Othman, 2002: 18-21
  3. ^ (Belanda) van Eysinga, Philippus Pieter Roorda (1841). Handboek der tanah-en volkenkunde, geschiedtaal, aardrijks-en staatkunde von Nederlandsch Indie . 3 . Van Bakkenes. hlm. 
  4. ^ http://resourcessgd.kb.nl/SGD/18981899/PDF/SGD_18981899_0000783.pdf

KESULTANAN SANGGAU(1380-1960)





Cikal Telpon Sejarah Pemerintahan (bekas) Kerajaan Sanggau Kapuas, bermula dengan supersoulmate Dara Nant e dan Babai Singa yang melegenda secara Turun temurun. Dara Nant e menikah dengan Babai Singa yang berasal dari daerah S isang Hulu (Sekayam). Dara Nant e sendiri berasal dari Labai Lawai, Procon Penempatan di Simpang Mendawan daerah Terentang GudegNet. Perjodohan keduanya melahirkan kelaknya Seorang putra yang diberi nama Aria Jamban. Aria Jamban kemudian menurunkan Aria Batang dan lebih lagi Aria Batang beranak Aria Likar. Pada masa itu, Dara Nant e yang menjadi Pemimpin Autonomi lokal di Mengkiang mengangkat orang kepercayaannya, Aria Dakudak untuk menjadi Seorang Patih di daerah Semboja atau Segarong yang letaknya di antara Sungai Mawang dan Bunut sekarang.

Dalam perkembangan kemudian, Patih Dakudak digantikan oleh Dayang Mas. Pada masanya ini, Pusat Pemerintahan dialihkan ke Mengkiang dari Semboja. Dayang Mas merupak Kerabat dekat dari Dara Nant e Dalam memimpin Negeri Mengkiang, ia didampingi suaminya Patih Nurul Kamal putra dari Patih Kiyai Kerang yang berasal dari Banten. Lebih lagi dari keturunan Dayang Mas dan Patih Nurul Kamal menggunakan nama Kiyai seperti Kiyai Patih Gemuk, Kiyai Mas Senapati, Kiyai Mas Demang, Kiyai Mas Jaya, Kiyai Mas Jaya Ngebil dan Kiyai Mas Temenggung.

Wafat Setelah Dayang Mas, ia digantikan oleh Dayang Puasa. Mulanya Dayang Puasa menikah dengan Kiyai Patih Gemuk, yang merupakan saudara dekat Patih Nurul Kamal. Perjodohannya itu dikaruniai Seorang anak yang bernama Pangeran Agung Renggang. Setelah Kiyai Patih Gemuk mangkat, Dayang Puasa yang bergelar Ratu Nyai Surah menikah lagi dengan Abang Penghujung yang berasal dari Kerajaan Embau Hulu Kapuas. Perkahwinan yang kedua ini dikaruniai empat orang anak. Keempatnya, masing-masing bernama Abang Djamal yang merintis dan bertahta di Negeri BELITANG sebagai cikal Telpon Kerajaan BELITANG. Anak kedua, Abang Djalal bertahta di Balai Lindi Melawi. Kemudian Abang Nurul kamal yang bertahta dan menjadi Panembahan di Sanggau Lama. Dan anak keempat Abang Jawahir atau Abang Djauhir yang memerintah di daerah Ndoro.

Pangeran Agung Renggang setelah dewasa kemudian menduduki takhta. Namun ia hanya beberapa bulan memerintah, kemudian mengundurkan diri dan lebih lagi digantikan oleh saudara seibunya, Nurul Kamal yang Dikenali juga dengan sebutan Abang Gani yang bergelar Kiyai Patih Busu SBH. Setelah mangkat, Abang Gani atau Nurul Kamal digantikan putranya yang bernama Abang Basun Pangeran Mangkubumi. Dalam memerintah ia didampingi dua orang saudaranya, Abang Abun Pangeran Sumabaya dan Abang Guning.

Wafatnya Abang Basun maka naik tahtalah Abang Ahmad atau Abang Daruja atau Uju yang belakangan kemudian bergelar Sultan Ahmad Jamaluddin. Abang Ahmad atau Abang Daruja atau Uju, di atas takhta Kerajaan Mengkiang bergelar Sultan Ahmad Jamaluddin. Ia kemudian mengalihkan Pusat Pemerintahan Kerajaan di tengah Kota Sanggau Kapuas GudegNet Pusat Kerajaan ditegakkan di Tebing Aliran Sungai Kapuas. Ia merupakan peletak dasar berdirinya Kerajaan Sanggau dengan Pusat kekuasaan di Kota Sanggau Kapuas. la menikah dengan Putri Ratu Ayu yang berasal dari Kerajaan Landak. Pasangan Sultan Ahmad Jamaluddin dan Putri Ratu Ayu Inilah yang merupakan penurun para raja dan wakil raja serta kaum Kerabat bekas Kerajaan Sanggau Sesudah.

Setelah wafat ia digantikan Abang Saka yang bergelar Sultan Muhammad Kamaruddin. Dalam memerintah, ia didampingi saudaranya yang bernama Abang Sebilanghari, yang kemudian bergeiar Panembahan Ratu Surya SBH. Semasa hidupnya, sultan terdahulu, Ahmad Jamaluddin telah membagi kekuasaan Kerajaan, di mana Abang Saka memerintah di Keraton Darat, dan Abang Sebilanghari di Keraton Laut. Gelar yang dipakai untuk menjadi raja diberi Latest TIKI untuk penguasa di sebelah Darat. Sedangkan untuk penguasa yang membantu raja memerintah diberi gelar Ade atau penguasa di sebelah laut. Dengan demikian, sepeninggal Abang Uju, kekuasaan menjadi terpisah dalam dua wilayah kekuasaan. Setelah Abang Saka atau Sultan Muhammad Kamaruddin wafat, maka tampuk kekuasaan diambilalih oleh Abang Sebilanghari yang kemudian bergelar Panembahan Ratu Surya SBH. la menikah dengan Utin Parwa dari Kerajaan Tayän. Setelah wafat, digantikan oleh putranya TIKI Thabrani Pangeran Ratu Surya Negara didampingi Abang Togok yang bergelar Pangeran Mangkubumi TIKI Muhammad Thahir yang menikah dengan Ratu Wajah.


Dengan pecahnya keturunan raja-raja Sanggau dalam melaksanakan kekuasaan Pemerintahan, di mana adanya Pusat kekuasaan di sebelah Darat dan di sebelah laut, maka dalam masa Pemerintahan TIKI Thabrani diambil suatu Kesepakatan antara kedua turunan penguasa di Darat dan laut untuk memerintah secara bergantian menduduki takhta. Apabila raja sebelah Darat yang menjadi raja atau Panembahan, maka raja sebelah laut menduduki jawatan selaku Mangkubumi. Sesudah Begitu pula, apabila di laut sebelah menduduki takhta sebagai Panembahan, maka keturunan sebelah Darat menjabat sebagai Mangkubumi. Perkembangan ini Terus berlangsung sampai Kedatangan kolonial Belanda ke ibukota Kerajaan Sanggau Kapuas.

Setelah Abang Thabrani wafat, naik tahtalah Abang Togok bergelar TIKI Muhammad Thahir I yang mernerintah Kerajaan Sanggau dalam tahun 1798-1812. Panembahan Thahir I memerintah Pangeran Mangkubumi didampingi Osman Paku Negara. Wafatnya Panembahan Thahir I, maka naik tahtalah Pangeran Osman Pak-u Negara sebagai Panembahan yang berkuasa dalam tahun 1812-1814. Ia memerintah didampingi Pangeran Mangkubumi Muhammad Ali Mangku Negara I yang kemudian menggantikan Panembahan Osman sebagai Panembahan Sanggau tahun 1814-1825. Masjid memerintah didampingi Pangeran Mangkubumi Ayub Paku Negara.

Pada akhirnya setelah menjabat selama sembilan tahun sebagai Mangkubumi Sanggau, Pangeran Ayub Paku Negara kemudian menduduki takhta Kerajaan bergelar Sultan Ayub dan memerintah dalam tahun I825-1830. Dia kemudian mengalihkan Pusat Pemerintahan ke Kampung Kantuk GudegNet. Tahun 1826 Sultan Ayub Drs Masiid Jami Syuhada dan mulai saat itu Kerajaan SANGGAU mengalami clusters dan perkembangan pesat serta moderen. Sebelumnya, Kerajaan SANGGAU telah diserahkan oleh Kesultanan Banten (melalui Kesultanan Pontianak) ke tangan Belanda, karena Sanggau merupakan Kerajaan vazalnya, bersamaan dengan berdirinya Kesultanan Pontianak.

Wafatnya Sultan Ayub, maka naik tahtalah saudaranya yang bernama Ade Ahmad yang bergelar Panembahan Muhammad SBH Negara yang memerintah tahun 1830-1860. Sebagai Pangeran Mangkubumi diangkatlah TIKI Muhammad Thahir II yang bergelar Pangeran Ratu Sri Paduka Maharaja. Dalam perkembangan lebih lagi, menyusul penyerahan Kerajaan Sanggau ke tangan Belanda oleh Pontianak dan Banten, dilangsungkan Penandatanganan Korte Verklaring atau Perjanjian Pendek yang mengikat Kerajaan ini dengan kolonial Belanda pada tanggal 8 Mei dan 20 Mei 1877. Perjanjian ini ditanda tangani antara Kerabat Kerajaan Sanggau dengan Residen Westerafdeeling van Borneo dan Pembantu Residen Westerafdeeling van Borneo Ndoro yang secara khusus berkunjung ke Sanggau Kapuas. Pihak Kerajaan SANGGAU ditanda tangani oleh Panembahan Muhammad SBH negara, Mangkubumi Muhammad Saleh, Pangeran Ratu Mangku Negara penguasa Semerangkai, Pangeran Mas Putra Paduka Raja penguasa Balai Karangan dan Pangeran Adi Ningrat Menteri Kerajaan Sanggau. Dalam perjanjian itu ditetapkan bahwa Tanjung Sekayam sebagai daerah yang diserahkan kepada Ketenteraan Belanda.


Sesudah, upaya kolonial Belanda tidak hanya sampai di situ atau bukan sebatas melakukan perjanjian atau Korte verklaring. Namun telah melangkah lebih jauh. Hal itu dilakukannya dengan POLITIK CIS et impera atau POLITIK Pecah-belah, di mana Belanda telah mencampuri Urusan Tetapan Pemerintahan Kerajaan Sanggau. Kolonial Belanda melalui Residen Borneo Barat telah mengangkat raja yang Baru yaitu TIKI Muhammad Thahir II menjadi raja menggantikan Panembahan Muhammad SBH Negara. Selanjutnya> pula, setelah menduduki takhta, TIKI Muhammad Thahir II diharuskan terikat dengan Korte Verklaring terdahulu. Dalam memerintah ia didampingi Pangeran Mangkubumi Haji Sulaiman Paku Negara. Rasaya diangkat sebagai raja, Thahir II telah berkunjung ke Brunei Darussalam dan diangkat sebagai Kerabat oleh Sultan Brunei Darussalam Syarif Syahbuddin dengan diberi gelar Pangeran Paduka Srimaharaja Kehormat di Royal 8 Jumadil Awal 1296 H, ditandai pula dengan Tetapan tapal batas antara Kerajaan Sanggau dan Brunei mulai dari Hulu Sekayam sampai Hilir Kembayan dan dihadiahi satu Meriam bermotif naga dari Brunei. Semasa hidupnya TIKI Thahir II dikaruniai dua orang putra, yang tertua TIKI Ahmad Putra Negara Dikenali sangat anti kolonial Belanda. Karenanya dalam tahun 1876-1890 ia diasingkan Belanda ke Gaza dan wafat di SANA.

TIKI Thahir II wafat, digantikan Ade Haji Sulaiman Paku Negara yang memerintah tahun 1876-1908. Di masa Panembahan Sulaiman, pada tanggal 14 April 1882, kembali ditandatangani Korte Verklaring antara Sanggau dengan Beianda. Selaku Mangkubumi Semasa Pemerintahan Panembahan Sulaiman adalah Pangeran Haji Muhammad Ali Surya Negara. Korte verklaring tersebut mengandungi antara Lain menunjuk dua orang raja di Sanggau Masing-masing di Darat Pangeran Haji Muhammad Ali Mangku Negara dan di laut Panembahan Haji Sulaiman Paku Negara. Mengatur Pembahagian kerja untuk raja dan kerabatnya. Bagi orang Dayak dianggap sebagai rakyat Kerajaan. Mengatur sempadan Pemerintahan Kerajaan Sanggau dengan Kerajaan lain serta mengatur pembayaran upeti oleh rakyat kepada Kerajaan yang dinamakan letupan dan natura. Semula para penguasa Kerajaan menjadi tuan di negerinya. Namun Kehormat di Royal ditanda tanganinnya Korte verklaring tersebut, mereka seumpama peminjam tanah dan hak mereka dari kolonial Belanda. Segala Sesuatu yang semula sebagai Autonomi dari Kerajaan, telah dihalang dan harus dengan pengelolaan pemerintah kolonial Belanda.

Setelah Panembahan Ade Haji Sulaiman mangkat, takhta dilanjutkan Pangeran Haji TIKI Muhammad Ali II Surya Negara. Ia adalah putra dari TIKI Haji Ahmad Putra Negara yang diasingkan kolonial Belanda ke Gaza hingga wafatnya di SANA. Namun sebelum menduduki takhta Kerajaan dalam tahun 1908, terjadi perselisihan dengan kerabatnya. Di Mana Pangeran Adipati atau Pangeran Dipati Ibnu putra dari Panembahan Sulaiman raja terdahulu tidak mau menyerahkan takhta. Menurutnya, Dirinya lebih berhak menggantikan Ayahnya Panembahan Sulaiman untuk melanjutkan kekuasaan Kerajaan. mengatasi Masalah tersebut, pihak kolonial Belanda Campur tangan dan kemudian menobatkan TIKI Muhammad Ali II sebagai raja Sanggau dalam tahun 1908 dan memerintah hingga 1915. Dan Pangeran Adipati diasingkan ke Pulau Jawa. Sebagai Mangkubumi dinobatkan saudara kandung Panembahan Sulaiman yaitu Haji Pangeran Ade Muhammad Said Paku Negara. Setelah Panembahan Ali II wafat, naik tahtalah Haji Ade Muhammad Said Paku Negara (1915-1920) didampingi Mangkubumi TIKI Muhammad Thahir III Surya Negara selaku penguasa Kerajaan Sanggau.

Panembahan TIKI Muhammad Ali Semasa hidupnya dikaruniai sembilan orang putra dan lima putri. Masing-masing TIKI Muhammad Thahir III Surya Negara, TIKI Ahmad Pangeran Adipati Surya Negara, TIKI Abdurrahman, TIKI Burhan, TIKI Muhammad Arief, TIKI Zainal Abidin, TIKI Syamsuddin, TIKI Abdul Murad, TIKI Terahib, Utin Isah, utin Hadijah, Utin Mas Uray , Utin Maryam dan Utin Maimun. Setelah Panembahan Ali II mangkat, diangkatlah Haji Muhammad berkata Paku Negara sebagai raja. Ia menduduki takhta tahun 1915-1920 didampingi Mnagkubumi TIKI Muhammad Thahir III Surya Negara putra dari Pangeran Haji Muhammad Ali II. Selanjutnya> TIKI Thahir III putra Pangeran Haji TIKI Muhammad Ali II Surya Negara, menduduki takhta Kehormat di Royal 1920 hingga wafat tahun 1941.

Pembaharuan atau reformasi di dalam Tubuh Kerajaan mulai dilakukan Panembahan Thahir III. Berbagai kemudahan pendidikan dan sarana fisik lainnya yang membuka Perhubungan Sanggau dengan daerah lain dilakukan secara gencar. Salah satunya, isolasi Jiaotong Darat mulai Terbuka lebar sehingga Perhubungan dari dan ke Sanggau, Landak Ngabang dan Ndoro mudah ditempuh. Sebelumnya, masih menghandalkan sarana transfortasi Sungai dengan mempersiapkan dan mengarahkan peserta Sungai Sekayam dan Sungai Kapuas. Di bersebelahan itu, di dalam tata jajangadi Pemerintahan juga dilakukan reformasi di bidang hukum, di mana pada masa itu didirikan Lembaga Mahkamah Syariah atau Raad Agama di dalam Kerajaan Sanggau. Lembaga ini dipimpin oleh Pangeran Temenggung Surya Agama Haji Muhammad Yusuf dan Pangeran Penghulu Surya Agama Ade Ahmadin Badawi.

Dalam masa itu diatur pula mengenai peribadatan kaum Nasrani berada di bawah Jabatan wewnang van Onderwijs En Eredient, sedangkan Urusan Agama Islam diatur oleh Kerajaan dan Lembaga Mahkamah Syariah demikian pula menyangkut hukum adat. Dalam tahun 1941 Panembahan Thahir III mangkat. Maka dinobatkanlah Ade Muhammad Arif putra dari Panembahan Haji Muhammad Said Paku Negara sebagai Raja Sanggau. Olehnya, Pusat Pemerintahan dialihkan ke Sungai Aur Kampung Beringin. Dalam tahun 1944, beserta Kerabat keluarganya yang lain, Panembahan Arif menjadi korban kekejaman balatentara pendudukan Ketenteraan Jepun.

Selanjutnya, untuk Mengisi kekosongan takhta, maka diangkatlah kemudian TIKI Muhammad Umar (1944) untuk memangku Sementara takhta Kerajaan. Dalam tahun 1945, ia digantikan TIKI Muhammad Ali Akbar yang menjabat hingga 1946. Sesudah. yang menduduki takhta Kerajaan terakhir Sanggau hingga dihapuskannya sistem Pemerintahan Swapraja Sanggau dalam tahun 1959 adalah Panembahan TIKI Muhammad Thaufiq putra dari TIKI Thahir III. TIKI Thaufiq yang menjabat antara tahun 1946-1959, terakhir sebagal kepala Swapraja Sanggau hingga dibentuknya Kabupaten Sanggau dalam tahun 1960.

KESULTANAN BANJARMASIN(1520-KINI)


Banjarmasin [modern Banjarmasin sultanate (Indonesia)]
                 bendera 7 Dec 2010


 -KRONOLOGI-

-1387                      Kerajaan Banjarmasin di tubuhkan
-1520                      Kesultanan Banjar ditubuhkan
-1905                      kolonial Belanda

-2010                      Kesultanan Banjar diwujudkan semula


Kesultanan Banjar
Kesultanan Banjar 1826-1860.PNG
Wilayah terakhir Kesultanan Banjar antara tahun 1826-1860 yang telah menyusut, karena wilayah sekelilingnya telah diserahkan kepada syarikat VOC Belanda oleh Sultan Banjar . Wilayah Banjar yang lebih kuno terbentang dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru [1] [2] [3]
Bab Berdiri 1520 - tahun 1860
Didahului oleh Kerajaan Negara Daha
Digantikan oleh Pagustian
Ibu kota Pemakuan Kuin, Banjarmasin (1520) (1612) [4] Tambangan / Batang Banyu Mangapan (1622) Martapura (1632) Sungai Pangeran, Banjarmasin (1663) Kayu Tangi (1680) Bumi Tham (1771) [5] atau Bumi Selamat (1806 ) [6] Sungai Mesa, Banjarmasin (1857) Baras Kuning (1865)







English Banjar
Agama Islam Sunni mazhab Syafi'i (rasmi) [7]
Kaharingan
Konghucu
Nasrani
Pemerintahan
-Sultan pertama
-Sultan terakhir
Monarki
Sultan Riau (1526-1550) Sultan Muhammad Seman ( 1862 - tahun 1905 )
Sejarah
-didirikan
-Zaman Setiabudi
-Protektorat VOC
-Krisis suksesi
Penghujung Pemerintahan darurat

1520 , masuk Islam 1526
1526 - 1787
Kehormat di Royal 1787 1857 1905 [8]
Nota (1526-1548 sebagai bawahan Demak )

Imej kraton / Istana kenegaraan Kesultanan Banjar di Martapura di tahun 1843.

Profail Bangsawan Banjar sekitar tahun 1850 Koleksi Muzium Lambung Mangkurat .

Profail gadis Banjar sekitar tahun 1850 Koleksi Muzium Lambung Mangkurat .
Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] (Bab Berdiri 1520, masuk Islam 24 September 1526, dihapuskan Belanda 11 Jun 1860, Pemerintahan darurat / pelarian berakhir 24 Januari 1905) adalah sebuah Kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan , Indonesia . Kesultanan ini beribukota semula di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke Martapura dan sekitarnya ( kabupaten Banjar ). Masjid beribukota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi .
Masjid ibukotanya masih di Banjarmasin , maka Kesultanan ini disebut Kesultanan Banjarmasin . Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu Kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara, sekarang merupakan ibukota Kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan .
Bendera Negara Banjar berwarna kuning di atas hitam dalam mengufuk bicolour. (John McMeekin, 15 Januari 2011). * Bendera Banjar

 Sejarah

Menurut mitologi suku dikhaskan Maanyan (suku dikhaskan tertua di Kalimantan Selatan), Kerajaan pertama adalah Kerajaan Nan Sarunai yang diperkirakan wilayah kekuasaannya terbentang luas mulai dari daerah Tabalong hingga ke daerah Pasir . Keberadaan mitologi Maanyan yang menceritakan tentang masa-masa keemasan Kerajaan Nan Sarunai sebuah Kerajaan Purba yang dulunya mempersatukan Etnik Maanyan di daerah ini dan telah melakukan Perhubungan dengan berhala Madagascar. Kerajaan ini mendapat serangan dari Jawa (Majapahit) [17] sehingga sebagian rakyatnya menyingkir ke pedalaman (wilayah suku dikhaskan Lawangan ). Salah satu peninggalan arkeologis yang berasal dari zaman ini adalah Candi Agung yang terletak di kota Amuntai . Pada tahun 1996 , telah dilakukan pengujian C-14 terhadap MARA Endang Candi Agung yang Menghasilkan angka tahun dengan Julat 242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-20).
Menilik dari angka tahun dimaksudkan maka Kerajaan Nan Sarunai / Kerajaan Tabalong / Kerajaan Tanjungpuri usianya lebih tua 600 tahun di Indonesia hampir terjadi tiap tiga hari dengan Kerajaan Kutai Martapura di Kalimantan Timur.
Menurut Hikayat Sang Bima , Wangsa yang menurunkan raja-raja Banjar adalah Sang Dewa Grimm dengan Wangsa yang menurunkan raja-raja Bima ( Sang Bima ), raja-raja Bali ( Sang Kuala ), raja-raja Kampong ( BHD ), raja-raja Gowa ( Sang Rajuna ) yang merupakan lima Grimm putera-putera dari Maharaja Pandu Dewata . [18] [19]
Sesuai Tutur Candi (Hikayat Banjar versi II), di Kalimantan Selatan telah Bab Berdiri suatu Pemerintahan dari dinasti Kerajaan (keraton) yang terus menerus berlanjut hingga daerah ini digabungkan ke dalam Hindia Belanda Kehormat di Royal 11 Jun 1860 , yaitu:
  1. Keraton awal disebut Kerajaan Jelutong
  2. Keraton I disebut Kerajaan Negara Dipa
  3. Keraton II disebut Kerajaan Negara Daha
  4. Keraton III disebut Kesultanan Banjar
  5. Keraton IV disebut Kerajaan Martapura / Kayu Tangi
  6. Keraton V disebut Pagustian
Maharaja Sukarama, Raja Negara Daha telah berwasiat agar penggantinya adalah cucunya Raden Samudera, anak dari putrinya Puteri Galuh Intan Sari. Ayah dari Raden Samudera adalah Raden Manteri Jaya, putra dari Raden Begawan, saudara Sukarama. Wasiat tersebut menyebabkan Raden Samudera keselamatannya terancam karena para Pangeran juga berambisi sebagai GANTIAN Sukarama yaitu Pangeran Bagalung, Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung. Sepeninggal Sukarama, Pangeran Mangkubumi putra Sukarama menjadi Raja Negara Daha, lebih lagi digantikan Pangeran Tumenggung yang juga putra Sukarama. Raden Samudera sebagai kandidat raja dalam wasiat Sukarama keselamatannya terancam, tetapi Berkat pertolongan Arya Taranggana, Mangkubumi Kerajaan Daha, ia berhasil lolos ke Hilir Sungai Barito, kemudian ia dijemput oleh Patih Masih (Kepala Kampung Banjarmasih) dan dijadikan raja Banjarmasih sebagai upaya melepaskan diri dari Kerajaan Negara Daha dengan hendak membina Bandar Perdagangan sendiri dan tidak mau lagi membayar upeti. Pangeran Tumenggung, raja terakhir Kerajaan Negara Daha akhirnya menyerahkan pakaian Kerajaan kepada keponakannya Pangeran Samudera, Raja dari Banjarmasih. Setelah mengalami masa peperangan dimana Banjar memiliki empat laksa (40,000) prajurit setelah mendapat Latest pasukan dari daerah-daerah pesisir Kalimantan dan Kesultanan Demak. Pada masa kejayaannya Kesultanan Demak memiliki 1000 jung yang masing-masing memuatkan 400 prajurit. [20] ) Keputusan akhirnya kekuasaan Kerajaan beralih kepada Pangeran Samudera yang menjadi Sultan Banjar yang pertama, Sementara Pangeran Tumenggung mundur ke daerah Alay di pedalaman dengan seribu penduduk. Tomé Pires melaporkan bahwa Tanjompure (Tanjungpura / SUKADANA) dan Loué (Lawai) Masing-masing Kerajaan tersebut dipimpin Seorang Patee (Patih). Patih-Patih ini tunduk kepada Patee Unus , Demak penguasa . [21] . Kemungkinan besar penguasa Sambas dan Banjarmasin juga telah ditaklukan pada masa Pemerintahan Sultan Demak Pati Unus / Pangeran Sabrang Lor (1518-1521) sebelum penyerbuan ke Malaka.

 Masa Setiabudi

Kesultanan Banjar mulai mengalami masa Setiabudi pada dekade pertama Abad Ke-17 dengan LADA sebagai Komoditi dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur berhala Kalimantan membayar upeti pada Kerajaan Banjarmasin. Sebelumnya Kesultanan Banjar membayar upeti kepada Kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan Terbit penerus Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi menghantar upeti ke Jawa.
Supremasi Jawa terhadap Banjarmasin, dilakukan lagi oleh Tanjong pada tahun 1615 untuk menaklukkan Banjarmasin dengan Bantuan Madura (Arosbaya) dan Surabaya , tetapi gagal karena mendapat perlawanan yang sengit. [22]
Sultan Agung dari Mataram (1613-1646), mengembangkan kekuasaannya atas pulau dan Jawa dengan mengalahkan Pelabuhan-Pelabuhan Côte utara Jawa seperti Jepara dan Gresik (1610), Tanjong (1619), Madura ( 1924) dan Surabaya (1625). Pada tahun 1622 Mataram kembali merencanakan program penjajahannya terhadap Kerajaan sebelah selatan, barat daya dan tenggara pulau dan Kalimantan, dan Sultan Agung menegaskan kekuasaannya atas Kerajaan SUKADANA tahun 1622 . [23]
Seiring dengan hal itu, karena merasa telah memiliki kekuatan yang cukup dari Aspek Ketenteraan dan Ekonomi untuk Menghadapi serbuan dari Kerajaan lain, Sultan Banjar mengklaim Sambas, Lawai, SUKADANA, Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, KAHAYAN Ck dan KAHAYAN Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam Asam, Kintap dan Swarangan sebagai vazal dari Kerajaan Banjarmasin, hal ini terjadi pada tahun 1636 . [24] [25] [26] [27]
Sejak tahun 1631 Banjarmasin bersiap-siap Menghadapi Serangan Kesultanan Mataram , tetapi karena kekurangan Logistik , maka rancangan serangan dari Kesultanan Mataram sudah tidak ada lagi. Sesudah tahun 1637 terjadi Penghijrahan dari berhala Jawa secara besar-Saiz sebagai akibat dari korban agresi Politik Sultan Agung. Kedatangan imigran dari Jawa mempunyai Pengaruh yang sangat besar sehingga Pelabuhan-Pelabuhan di pulau dan Kalimantan menjadi Pusat difusi kebudayaan Jawa.
Disamping Menghadapi rancangan serbuan-serbuan dari Mataram, Kesultanan Banjarmasin juga harus Menghadapi kekuatan Belanda. Pada tahun 1637 Banjarmasin dan Mataram mengadakan Perdamaian setelah Perhubungan yang tegang selama bertahun-tahun. [22] Perang Makassar (1.660-1669) menyebabkan banyak pedagang Pindah dari Wikipedia Bungah, Pelabuhan Kesultanan Gowa ke Banjarmasin. [28] Mata wang yang Beredar di Kesultanan receh Banjar disebut . [29]
sebelum dibagi menjadi beberapa daerah (Kerajaan kecil), asal wilayah Kesultanan Banjar meliputi provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah , sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan Tanjungpura pada lokasi Tanjung Sambar (Ketapang) dan sebelah timur berbatasan dengan Kesultanan Pasir pada lokasi Tanjung Aru. Pada daerah-daerah pecahannya, rajanya bergelar Pangeran, hanya di Kesultanan Banjar yang berhak Memakai gelar Sultan. Kesultanan-Kesultanan lainnya menghantar upeti kepada Kesultanan Banjar, termasuk Kesultanan Pasir yang ditaklukan tahun 1636 dengan Bantuan Belanda.
Kesultanan Banjarmasin merupakan Kerajaan terkuat di pulau dan Kalimantan. [30] Sultan Banjar menggunakan BarTool Kerajaan yang bulet Hindu. [31]

 Wilayah Kesultanan Banjar

Wilayah Kesultanan Banjar Raya adalah negeri-negeri yang menjadi wilayah Pengaruh Mandala Kesultanan Banjar khususnya sampai pertengahan Abad ke-17 dan Abad sebelumnya. [32] [33] [34] [35] [36]
Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Hindu di Kalimantan Selatan dengan wilayah inti meliputi 5 Dist besar di Kalimantan Selatan yaitu Jelutong (Amuntai), Daha (Nagara-Margasari), Gagelang (Peliharaan Alabio), PUDAK Sategal (Kalua) dan Pandan Arum (Tanjung). [37] Sejak awal Abad ke-16 berdirilah Kesultanan Banjar yang bertindak sebagai wakil Kesultanan Demak di Kalimantan, sedangkan Demak adalah penerus Majapahit. Menurut Hikayat Banjar Kehormat di Royal zaman Pemerintahan Kerajaan Hindu, wilayah yang termasuk Mandala Kerajaan Banjar meliputi daerah taklukan paling barat adalah negeri Sambas ( Kerajaan Sambas kuno ) sedangkan wilayah taklukan paling timur adalah negeri Karasikan (Banjar Kulan / Buranun). Dahulu kala batas-batas negeri / Kerajaan adalah antara satu Tanjung dengan Tanjung lainnya sedangkan penduduk daerah pedalaman dianggap takluk kepada Kerajaan Bandar yang ada di Hilir Misalnya terdapat 3 suku dikhaskan besar Dayak yaitu Dayak Biaju, Dayak Dusun dan Dayak Pari (Ot Danum) yang merupakan bahagian dari rakyat Kerajaan Banjar. Kesultanan Brunei Kesultanan merupakan yang pertama di pulau dan Kalimantan, dan kemudian disusul berdirinya Kesultanan Banjar tahun 1526. Kedua Kesultanan merupakan saingan. Kesultanan Brunei menjadi penguasa tunggal di wilayah utara Kalimantan. Pada masa kejayaannya Kesultanan Banjar mampu menyaingi HARTA Kesultanan Brunei dan menarik upeti kepada raja-raja lokal. Suku / bangsa Banjar merupakan kelompok Masyarakat Melayu yang Terbanyak di Kalimantan, Sebaliknya Jika di Indonesia hampir terjadi tiap tiga hari dengan suku dikhaskan Brunei. Kesultanan Banjar mengalami masa Setiabudi pada Abad ke-16 dan ke-17, yang pada masa itu belum banyak suku dikhaskan pendatang yang mendominasi seperti saat ini seperti suku dikhaskan Jawa, Bugis, Mandar, Arab dan Cina.
Teritorial Kerajaan Banjar pada Abad Ke 15-17 dalam tiga wilayah meskipun terminologi ini tidak dipergunakan dalam sistem POLITIK DAN TADBIR dalam Kerajaan, yaitu:
  1. Negara Agung
  2. Abroad
  3. Daerah pesisir (daerah Tebing / daerah terluar)
Pada mulanya ibukota Kesultanan Banjar adalah Banjarmasin kemudian Pindah ke Martapura. [38] Pada masa kejayaannya, wilayah yang pernah diklaim sebagai wilayah Pengaruh Mandala Kesultanan Banjar meliputi Takat Pusat yaitu Istana raja di Martapura dan berakhir pada Takat luar dari negeri Sambas di barat laut sampai ke negeri Karasikan (Banjar Kulan / Buranun) di timur laut yang letaknya jauh dari Pusat Kesultanan Banjar. Negeri Sambas dan Karasikan (Banjar Kulan / Buranun) pernah menghantar upeti kepada raja Banjar. Selain itu dalam Hikayat Banjar juga disebutkan negeri-negeri di Batang Lawai , SUKADANA, Bunyut (Kutai Hulu) dan Sewa Agung / Sawakung ). [24] Negeri-negeri bekas milik Tanjungpura yaitu Sambas, Batang Lawai, dan SUKADANA terletak di sebelah barat Tanjung Sambar. Pulau Kalimantan kuno terbagi menjadi 3 wilayah Kerajaan besar: Brunei (Borneo), Tanjungpura (SUKADANA) dan Banjarmasin. Tanjung Sambar merupakan sempadan kuno antara wilayah Mandala SUKADANA / Tanjungpura dengan wilayah Mandala Banjarmasin (daerah Kotawaringin). Menurut sumber Inggeris, Tanjung Kanukungan (sekarang Tanjung Mangkalihat) adalah sempadan wilayah Mandala Banjarmasin dengan wilayah Mandala Brunei, tetapi Hikayat Banjar mengklaim daerah-daerah di sebelah utara dari Tanjung Kanukungan / Mangkalihat yaitu Kerajaan Berau kuno juga pernah menghantar upeti kepada Kerajaan Banjar Hindu, dan Sejarah membuktikan daerah-daerah tersebut dimasukkan dalam wilayah Hindia Belanda. [39] [40] sempadan di pedalaman, daerah Aliran Sungai Pinoh (sebagian Kabupaten Melawi ) termasuk dalam wilayah Kerajaan Kotawaringin (bawahan Banjarmasin) yang dinamakan daerah Lawai [41] Sanggau dan Ndoro juga dimasukan dalam wilayah Pengaruh Mandala Kesultanan Banjar. Dari bahagian timur Kalimantan sampai ke Tanjung Sambar terdapat beberapa Dist / Kerajaan kecil yang berada di bawah Pengaruh Mandala kekuasaan Sultan Banjar yaitu Berau, Kutai, Paser, Tanah Bumbu, Tanah Laut, Tatas , Dusun Hulu, Dusun Ilir, Bakumpai, Dayak Besar (KAHAYAN ), Dayak Kecil (Kapuas murung), Mendawai, Sampit, Pembuang, dan Kotawaringin. Inilah yang disebut "negara Kerajaan Banjar". Daerah-daerah kekuasaan Sultan Banjar yang paling whole di Paser, Tanah Bumbu, Tanah Laut , dan Dusun Bakumpai . [42] Terminologi wilayah Tanah Seberang , tidak ada dalam wilayah Kesultanan Banjar, karena tidak memiliki Jajahan di luar kepulauan Kalimantan, walaupun orang Banjar juga merantau sampai Keluar berhala Kalimantan. [43] Kerajaan Banjar menaungi hingga ke wilayah Sungai Sambas adalah dari awal Abad ke-15 M hingga pertengahan Abad ke-16 M yaitu pada masa Kerajaan Melayu hindu Sambas yang menguasai wilayah Sungai Sambas. Kerajaan Melayu Sambas hindu ini kemudian runtuh pada pertengahan Abad ke-16 M dan dilanjutkan dengan Panembahan Sambas hindu yang merupakan keturunan Bangsawan Majapahit dari Wikramawadhana. Pada jam memerintah Panembahan Sambas hindu ini bernaung dibawah Dipati / Panembahan SUKADANA (bawahan Sultan Banjar) sampai awal Abad ke-17 M yang kemudian beralih bernaung dibawah Kesultanan Johor. Panembahan Sambas hindu ini kemudian runtuh pada akhir Abad ke-17 M dan digantikan dengan Kesultanan Sambas yang didirikan oleh keturunan Sultan Brunei melalui Sultan Tengah pada tahun 1675 M. Sejak berdirinya Kesultanan Sambas hingga Sesudah Kesultanan Sambas adalah berdaulat Penuh yaitu tidak pernah bernaung atau membayar upeti kepada pihak manapun kecuali pada tahun 1855 yaitu dikuasai / dikendalikan pemerintahannya oleh Hindia Belanda (seperti juga Kerajaan-Kerajaan lainnya diseluruh Nusantara terutama di Pulau Jawa yang saat itu seluruhnya yang berada dibawah Pemerintah Hindia Belanda di Batavia) yaitu pada masa Sultan Sambas ke-12 ( Sultan Umar Kamaluddin). Dalam perjalanan Sejarah Ketetapan wilayah Kesultanan Banjar tersebut tidak dapat dilihat dengan jelas dengan batas yang tetap karena dipengaruhi oleh saja dilakukan asal maksud yang tidak stabil dan batas wilayah yang fleksibel disebabkan oleh berkembangnya atau Hepi kekuasaan Sultan Banjar .


  • Sejak ibukota dipindahkan ke Daerah Martapura [44] maka kota Martapura sebagai Kota Raja merupakan wilayah / cincin pertama dan Pusat pemeritahan Sultan Banjar.
  • Wilayah teritorial / cincin kedua, Negara Agung terdiri daripada:
  1. Tanah Laut atau Laut Darat terdiri daripada:
    1. Satui
    2. Tabunio . Diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Ogos 1787.
    3. Maluka , daerah yang dikuasai Inggeris pada 1815 - tahun 1816 yaitu Maluka , Liang Anggang , Kurau dan Pulau Lamai.
  2. Daerah Banjar Lama / Kuin (Banjarmasin bahagian Utara) dan Pulau Tatas (Banjarmasin bahagian Barat). Tahun 1709 [45] [46] atau Tahun 1747 Belanda hendak membina Benteng di Pulau Tatas (Banjarmasin bahagian barat) merupakan daerah yang Mula-Mula dimiliki VOC_Belanda. [47] Pulau Tatas termasuk daerah yang diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Ogos 1787, lebih lagi Mantuil sampai Sungai Mesa diserahkan kepada Hindia Belanda pada 4 Mei 1826, sedangkan Banjar Lama (Kuin) sampai sempadan daerah Margasari masih tetap sebagai wilayah Kesultanan sampai 1860.
  3. Margasari . Wilayah Kerajaan sampai 1860.
  4. Eo besekutuannya Artinya besekutuannya nang empat yaitu besekutuannya Padang , besekutuannya Halat , notorious besekutuannya Parigi dan besekutuannya . Wilayah Kesultanan sampai 1860.
  5. Amandit . Wilayah Kerajaan sampai 1860.
  6. Labuan AMAS . Wilayah Kerajaan sampai 1860.
  7. Alay . Wilayah Kerajaan sampai 1860.
  8. Besekutuannya Lima Artinya lalawangan nang lima yaitu Negara , Peliharaan Alabio , Sungai Banar , Amuntai dan Kalua . Wilayah Kerajaan sampai 1860.
  9. Pulau Bakumpai yaitu Tebing barat Sungai Barito dari kuala Anzaman ke Ck sampai kuala Lupak. Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 4 Mei 1826 Bersama daerah Pulau Burung .
  10. Tanah Dusun yaitu dari kuala Marabahan sampai Hulu Sungai Barito . Pada 13 Ogos 1787 , Dusun Atas diserahkan kepada VOC-Belanda tetapi daerah Mengkatip (Dusun Hilir) dan Tamiang Layang (Dusun Timur) dan sekitarnya tetap termasuk daalam wilayah inti Kesultanan Banjar hingga dihapuskan oleh Belanda tahun 1860.
  • Teritorial / cincin bagi ketiga, yaitu Abroad , dengan kedua Latest daerah ini merupakan wilayah asal Kesultanan Banjar sebelum pemekaran yang terdiri daripada:
    • Wilayah Barat yaitu wilayah Tanah Kotawaringin dan Tanah Dayak (Biaju) yaitu meliputi daerah Kerajaan Kotawaringin (dengan Dist-distriknya: Jelai dan Kumai ), Pembuang , Sampit , Mendawai serta daerah milik Kotawaringin di susuk yang Dimasuki Dayak Ot Danum yaitu Lawai atau Pinoh (sebagian Kabupaten Melawi ) yang letaknya bersebelahan dengan rantau udik Sungai Polls / Mendawai dan berbatasan dengan Kerajaan Ndoro. Sempadan Kerajaan Kotawaringin dengan Kerajaan SUKADANA / Matan terletak di Tanjung Sambar. Juga turut diklaim wilayah Tanah Dayak ( Grand Prix Ot Danum ), yang ber Pusat Mandala di udik Sungai KAHAYAN (tumbang Anoi) yaitu daerah-daerah suku dikhaskan Dayak Biaju dan Dayak Pari (Ot Danum) beserta semua daratan yang takluk kepadanya. Dist-Dist Semua di wilayah Tanah Kotawaringin dan Tanah Dayak diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Ogos 1787. Secara rasmi daerah-daerah Dayak pedalaman tersebut diduduki Belanda Kehormat di Royal Perjanjian tumbang Anoi pada Tahun 1894.
    • Wilayah Timur (Kalimantan Tenggara):. Yaitu Paser Tanah dan Tanah Bumbu Kerajaan Paser didirikan oleh Seorang Panglima Kerajaan Banjar atau Jelutong-Daha, sehingga Kehormat di Royal semula takluk kepada Kesultanan Banjar, namun belakangan berada di bawah Pengaruh La Madukelleng. Tahun 1703 Tanah Paser Ditukar dari Pemerintahan Panembahan menjadi Kesultanan, daerah ini diserahkan kepada Hindia Belanda pada 13 Ogos 1787 dan dimulakan pada masa Sultan Paser Sultan Mahmud Han menjalin kontrak POLITIK dengan Hindia Belanda. Kerajaan Tanah Bumbu didirikan Pangeran Dipati Tuha bin Sultan Saidullah, yang pada mulanya mencakup rantau mulai Tanjung Aru Tanjung sampai Silat , belakangan wilayah terutama intinya terdiri daripada atas 7 Divisi: Cengal (Pamukan), Manunggul, Sampanahan, Bangkalaan (Kelumpang), Cantung, Buntar- Laut dan Batulicin. Pada bulan Jun 1825, Raja Aji Jawi, penguasa Tanah Bumbu yang memiliki 6 daerah (Cengal, Manunggul, Sampanahan, Bangkalaan, Cantung, Buntar-Laut) membuat kontrak dengan POLITIK Hindia-Belanda yang menjadikan Tanah Bumbu sebagai swapraja. Tahun 1841, Sampanahan negeri di bawah Pangeran Mangku Bumi (TIKI Ali) menjadi swapraja terpisah dari wilayah Tanah Bumbu lainnya. Tahun 1846 Buntar-Laut dianeksasi / diintegrasikan oleh penguasa Cantung yang kelak menjadi swapraja tersendiri terpisah dari wilayah Tanah Bumbu di bawah Raja Aji Mandura sebagai Raja Cantung dan Buntar-Laut. Negeri Batulicin di bawah Pangeran Aji Musa, kemudian digantikan puteranya Pangeran Abdul Kadir yang kelak mendapatkan negeri Kusan dan Pulau Laut . Kerajaan Kusan pada mulanya didirikan Sultan Amir bin Sultan Muhammadillah saingan Sunan Nata Alam dalam memperebutkan takhta Kesultanan Banjar. Sultan Banjar melantik Hasan La Pangewa sebagai Kapten suku dikhaskan Bugis bergelar Kapitan Laut dhéwé sebagai penguasa Pagatan setelah ia berhasil mengusir Sultan Amir dari Kerajaan Kusan. Di masa Arung Botto, Raja Pagatan menjalin kontrak sebagai swapraja di bawah Hindia Belanda. Belakangan wilayah Kusan digabung dengan Tanah Pagatan dan kemudian Hindia Belanda membentuk pula swapraja Sabamban . Wilayah Kalimantan Tenggara ini diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Ogos 1787, ditegaskan lagi pada tahun 1826. Pada akhir Abad ke-19 Hindia Belanda menjadikannya Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dengan 11 swapraja yang meliputi Kesultanan Paser dan wilayah Tanah Bumbu ( Sabamban , Kusan , Pagatan , Batu Licin , Pulau Laut dengan Pulau Sebuku , Bangkalaan , Cantung dengan Buntar-Laut , Sampanahan , Manunggul , Cengal ). Semua Kerajaan ini termasuk ke dalam Borneo Timur di bawah Pembantu Residen yang berkedudukan di Raub Kehormat di Royal tahun 1846.
  • Teritorial / cincin keempat, adalah pesisir yaitu daerah terluar, maka dengan kedua Latest wilayah ini teritorial Kerajaan semakin bertambah luas lebih kurang sama dengan Provinsi Borneo pada masa kolonial Hindia Belanda. Perjanjian Sultan Tamjidullah I dengan VOC pada 20 Oktober 1756 yang merancang untuk untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang melepaskan diri yaitu Sanggau, Ndoro, Lawai, Paser, Kutai dan Berau. Daerah pesisir terdiri daripada:
    • Pesisir Timur disebut tanah yang di atas angin meliputi rantau timur Kalimantan dan Jika digabung dengan rantau selatan Kalimantan menjadi Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo pada masa kolonial Hindia Belanda. [48] Kerajaan-Kerajaan di Alak tergolang sebagai negara dependen di dalam Kesultanan Banjar. [ 49]
  1. Wilayah Tanah Kutai . Tahun 1735 Kerajaan Kutai Kartanegara Ditukar dari Pemerintahan Pangeran Adipati menjadi Kesultanan. Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 13 Ogos 1787 dan 4 Mei 1826. Tahun 1844 Sultan Kutai mengakui Kedaulatan Hindia Belanda.
  2. Wilayah Tanah Berau / Kuran (Kehormat di Royal 1810 terbagi menjadi Gunung tabur dan Tanjung ) beserta daerah Berau yang melepaskan diri pada Abad Ke-18 dan bawah Pengaruh Kesultanan Sulu (& Brunei) yaitu Tanah Bulungan dan Tanah Tidung . Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 13 Ogos 1787 dan 4 Mei 1826.
  3. Wilayah terluar di timur yang telah lama melepaskan diri dan kemudian di bawah Pengaruh Brunei yaitu Karasikan atau Buranun / Banjar Kulan (Banjar Kecil). [50] [51] [52] [40] [5] [53] [54]
    • Pesisir Barat disebut tanah yang di bawah angin meliputi rantau barat Kalimantan yang kemudian menjadi Karesidenan Borneo Barat pada masa kolonial Hindia Belanda.
  1. Wilayah Batang Lawai atau Sungai Kapuas (Tanah Sanggau, Tanah Ndoro dan Tanah Lawai ). [55] Wilayah Batang Lawai menghantar upeti melalui anak-anak Sungai Melawi dilanjutkan dengan jalan Darat menuju Sungai Polls yang bermuara ke laut Jawa dilanjutkan perjalanan laut dekat Sungai Barito di Banjarmasin. Kerajaan Ndoro mulai diperintah Dinasti Majapahit semenjak pernikahan Patih Logender dari Majapahit dengan Dara Juanti (Raja Ndoro ke-9). Tahun 1600 Raja Ndoro menghantar Utusan ke Banjarmasin untuk menyalin Kitab Suci Al-Quran. Kerajaan Ndoro dan Mlawai ( Kabupaten Melawi ) dan Jelai termasuk daerah yang diserahkan oleh Sultan Adam kepada Hindia Belanda pada 4 Mei 1826 . Mlawai sebelumnya termasuk daerah-daerah yang diserahkan oleh Sunan Nata Alam kepada VOC-Belanda pada 13 Ogos 1787 . Belakangan Tanah Sanggau ditaklukan dan berada di bawah supremasi Pemerintahan Sultan Pontianak (protektorat VOC Belanda).
  2. Wilayah Tanah SUKADANA (sebahagian besar susuk) [56] Kerajaan SUKADANA / Tanjungpura diperintah oleh Dinasti Majapahit. Kerajaan SUKADANA menjadi vazal Kehormat di Royal era Kerajaan Banjar-Hindu. Sejak pernikahan Raden Saradewa / Giri Mustaka dengan Putri Gilang (Dayang Gilang) Cucu Sultan Mustainbillah maka sebagai Hadiah Perkahwinan SUKADANA / Matan dibebaskan dari membayar upeti. [24] Saat itu Raja SUKADANA memiliki perniagaan dan tinggal di Banjarmasin dan termasuk anggota Dewan Mahkota. Pada tahun 1622, Kerajaan SUKADANA Ditukar dari Pemerintahan Panembahan menjadi Kesultanan , lebih lagi Panembahan Giri Mustaka bergelar Sultan Muhammad Safi ad-Din. Pada tahun 1661 SUKADANA / Matan terakhir kalinya SUKADANA menghantar upeti kepada Kesultanan Banjar. Di bawah Pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin kembali menghantar upeti sebagai daerah Perlindungan Kesultanan Banjar. Kemudian SUKADANA dianggap sebagai vazal Kesultanan Banten setelah mengalami kekalahan dalam bebek SUKADANA-Landak pada tahun 1700 (dimana Landak dibantu Banten & VOC), kemudian Banten menyerahkan Landak (vazal Banten) dan Tanah SUKADANA / Tanjungpura (sebahagian besar susuk) kepada VOC-Belanda pada 26 Mac 1778 , kemudian diserahkan oleh VOC di bawah supremasi Pemerintahan Sultan Pontianak, karena itu gelar Sultan untuk penguasa SUKADANA / Matan diubah menjadi Panembahan [57]
  3. Wilayah terluar di barat adalah Tanah Sambas . Menurut Hikayat Banjar, Kehormat di Royal era Pemerintahan Kerajaan Banjar-Hindu, wilayah Sambas kuno menjadi taklukannya dan terakhir kalinya Dipati Sambas (Panembahan Sambas) mengantar upeti dua biji intan yang besar yaitu si Misim dan si dinampak kepada Sultan Banjar IV Sultan Panembahan ( 1595 - 1642 ) . [58] [59] [24] Pada 1 Oktober 1609, negeri Sambas menjadi daerah protektorat VOC Belanda dan lepaskan dari Pengaruh Kesultanan Banjar. Si Intan Misim kemudian dipersembahkan oleh Sultan Banjar kepada Sultan Agung , raja Mataram pada bulan Oktober tahun 1641 yang merupakan Interior (bukan upeti) terakhir yang dikirim kepada Pemerintahan di Jawa ( Kesultanan Mataram ). [60] [61] [62] Semula Kerajaan Sambas diperintah oleh Dinasti Majapahit yang bergelar Pangeran Adipati / Panembahan Sambas, lebih lagi mulai tahun 1675 Tanah Sambas diperintah oleh Dinasti Brunei dan Ditukar menjadi Kesultanan bernama Kesultanan Sambas . Tahun 1855 Sambas digabungkan ke dalam Hindia Belanda sebagai ibukota dari Karesidenan Sambas, yang membawahi Kerajaan-Kerajaan di Kalimantan Barat. [63]
Pada Abad ke-18 Pangeran Tamjidullah I berhasil memindahkan kekuasaan Pemerintahan kepada dinastinya dan menetapkan Pangeran Nata Dilaga sebagai Sultan yang pertama sebagai Panembahan Kaharudin Khalilullah . Pangeran Nata Dilaga yang menjadi raja pertama dinasti Tamjidullah I dalam masa Setiabudi kekuasaannya, menyebutkan Dirinya Susuhunan Nata Alam pada tahun 1772 . Putera dari Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang bernama Pangeran Amir atau Cucu Sultan Hamidullah melarikan diri ke negeri Pasir, dan meminta Bantuan pada pamannya yang bernama Arung Tarawe (dan Ratu Dewi). Pangeran Amir kemudian kembali dan menyerang dengan Kesultanan Banjar dengan pasukan orang Bugis yang besar pada tahun 1757 , dan berusaha merebut kembali tahtanya dari Susuhunan Nata Alam. Karena saya takut kehilangan takhta dan kekuatiran jatuhnya Kerajaan di bawah kekuasaan orang Bugis, Susuhunan Nata Alam meminta Bantuan Kepada VOC. VOC menerima permintaan tersebut dan menghantarkan Kapten Hoffman dengan pasukannya dan berhasil mengalahkan pasukan Bugis itu. Sedangkan Pangeran Amir terpaksa melarikan diri kembali ke negeri Pasir. Beberapa waktu kemudian Pangeran Amir pula mencoba untuk meminta Bantuan Kepada para bangsawan Banjar di daerah Barito yang tidak Senang kepada Belanda, karena di daerah Bakumpai / Barito diserahkan Pangeran Nata kepada VOC. Dalam pertempuran yang kedua ini Pangeran Amir tertangkap dan dibuang ke ke Sri langka pada tahun 1787 . Sesudah itu diadakan perjanjian antara Kesultanan Banjar dengan VOC, dimana raja-raja Banjar memerintah Kerajaan sebagai peminjam tanah VOC. Dalam tahun 1826 diadakan perjanjian kembali antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Sultan Adam , berdasarkan perjanjian dengan VOC yang terdahulu, berdasarkan perjanjian ini, maka Belanda dapat mencampuri permasalahan Tetapan mengenai pengangkatan Putra Mahkota dan Mangkubumi , yang mengakibatkan rusaknya adat Kerajaan dalam bidang ini, yang kemudian menjadikan Procon penyebab pecahnya Perang Banjar .
Perjanjian itu terdiri daripada atas 28 pasal dan ditandatangani dalam Genting Belanda di Banjarmasin pada tanggal 4 Mei 1826 atau 26 Ramadhan 1241 H. Selain Sultan Adam al Watsiq Billah, perjanjian itu juga ditandatangani oleh Paduka Pangeran Ratu (Putra Mahkota) , Pangeran Mangkubumi , Pangeran Dipati, Pangeran Ahmad dan disaksikan oleh para Pangeran lainnya. Perjanjian Inilah yang menjadi dasar Perhubungan Politik dan Ekonomi antara Kesultanan Banjar dengan pemerintah Hindia Belanda di Batavia . Dalam perjanjian tersebut Kesultanan Banjar mengakui suzerinitas atau pertuanan Pemerintah Hindia Belanda dan menjadi sebuah Leenstaat , atau negeri pinzaman. Mengikut perjanjian ini maka Kedaulatan Kerajaan Keluar negeri hilang sama sekali, sedangkan kekuasaan ke dalam tetap berkuasa dengan beberapa pembatasan dan Residen berperan sebagai agen Politik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Isi perjanjian 1826 itu antara lain adalah: [64]
  1. Kerajaan Banjar tidak Boleh mengadakan Perhubungan dengan lain kecuali hanya dengan Belanda.
  2. Wilayah Kerajaan Banjar menjadi lebih kecil, karena beberapa wilayah menjadi bahagian dibawah Pemerintahan langsung Hindia Belanda. Wilayah-wilayah milik Hindia Belanda seperti tersebut dalam Perkara 4:
    1. Pulau Tatas dan Kuwin sampai di seberang kiri Antasan Kecil.
    2. Pulau Burung Kuala mulai Banjar seberang Kanan sampai di Mantuil,
    3. Mantuil seberang Pulau Tatas sampai ke Timur pada Rantau Keliling dengan Sungai-sungainya Kelayan Kecil, Kelayan Besar dan kampung di seberang Pulau Tatas.
    4. Sungai Mesa di Hulu kampung Cina sampai ke Darat Sungai Baru sampai Sungai Lumbah.
    5. Pulau Bakumpai mulai dari Kuala Banjar seberang kiri Mudik sampai di Kuala Anjaman di kiri ke Ck sampai Kuala Lupak.
    6. Segala Tanah Dusun semuanya kiri desa-desa Kanan Mudik ke Hulu mulai Mangkatip sampai terus negeri Siang dan Ck sampai di Kuala Marabahan.
    7. Tanah Dayak Besar - Kecil dengan semua desa-desanya kiri Kanan mulai dari Kuala Dayak Mudik ke Hulu sampai terus di daratan yang takluk padanya.
    8. Tanah Mandawai .
    9. Sampit
    10. Kecamatan Pambuang semuanya desa-desa dengan segala tanah yang takluk padanya
    11. Tanah Kotawaringin , Ndoro , Lawai , Jelai dengan desa-desanya.
    12. Desa Tabanio dan segala Tanah Laut sampai di Tanjung Selatan dan ke Timur sampai batas dengan Pagatan, ke utara sampai ke Kuala Maluku, Mudik Sungai Maluku, Selingsing, Liang Anggang, Banyu Irang sampai ke timur Gunung Pamaton sampai sempadan dengan Tanah Pagatan .
    13. Negeri-negeri di pesisir timur: Pagatan , Pulau Laut , Batu Licin , Pasir , Kutai , Berau semuanya dengan yang takluk padanya.
  3. Penggantian Pangeran Mangkubumi harus mendapat Perjanjian pemerintah Belanda.
  4. Belanda menolong Sultan terhadap musuh dari luar Kerajaan, dan terhadap musuh dari dalam negeri.
  5. Beberapa daerah padang perburuan Sultan yang sudah menjadi Tradisi, diserahkan pada Belanda. Semua padang perburuan itu pengawet Keajaiban dari kersik bagi penduduk sekitarnya untuk berburu Menjangan. Padang perburuan itu, meliputi:
    1. Padang Lampi berhala sampai ke Batang Banyu Maluka
    2. Padang Bajingah
    3. Padang Penggantihan
    4. Padang Munggu BASUNG
    5. Padang Taluk Batangang
    6. Padang Atirak
    7. Padang Pacakan
    8. Padang Simupuran
    9. Padang Ujung Karangan
  6. Belanda juga memperoleh pajak penjualan intan sepersepuluh dari harga intan dan sepersepuluhnya untuk Sultan. Kalau dijumpai intan yang lebih dari 4 karat mesti dijual pada Sultan. Harga pembelian intan itu, sepersepuluhnya diserahkan pada Belanda.
Melintang umum Abad Ke-19 bagi Kesultanan Banjar, bahwa Perhubungan Kerajaan Keluar SEBAGAIMANA yang pernah dijalankan sebelumnya, terputus khususnya dalam masalah Perhubungan Perdagangan antarabangsa. Tetapi kekuasaan Sultan ke dalam tetap utuh, tetap berdautat menjalani kekuasaan sebagai Seorang Sultan. Pada tahun 1860, Kesultanan Banjar dihapuskan dan digantikan Pemerintahan pemangku yang berkedudukan Masing-masing di Martapura (Pangeran Jaya Pemenang) dan di Amuntai (Raden Adipati Danu Raja). Adat Resam sembah menyembah tetap berlembutlah hingga meninggalnya Pangeran Suria Winata , Regent Martapura saat itu. Jawatan pemangku raja di daerah ini akhirnya dihapuskan pada tahun 1884.Hindia Belanda 1930.gif


 Sistem Pemerintahan

  1. Raja  : bergelar Sultan / Panambahan / Ratu / Susuhunan
  2. Putra Mahkota  : bergelar Ratu Anum / Pangeran Ratu / Sultan Muda
  3. Perdana Menteri  : Perdana disebut mantri / Mangkubumi / Wazir , dibawah Mangkubumi: mantri Panganan, mantri Pangiwa, mantri Bumi dan 40 orang mantri Sikap, setiap mantri Sikap memiliki 40 orang pengawal.
  4. Lalawangan  : kepala Dist, kedudukannya sama seperti pada masa Hindia Belanda .
  5. Sarawasa, Sarabumi dan Sarabraja: Kepala Urusan keraton
  6. Mandung dan Raksayuda: Kepala Balai Longsari dan bangsal dan Benteng
  7. Mamagarsari: Pengapit raja duduk sentiasa di Situluhur
  8. Parimala: Kepala Urusan dagang dan pekan (pasar). Dibantu Singataka dan Singapati.
  9. Sarageni dan Saradipa: kuasa dalam Urusan Senjata (Taman Negara Bukit Tigapuluh, ganjur), duhung, tameng, Badik, parang, badil, Meriam dll.
  10. Puspawana: kuasa dalam Urusan tanaman, hutan, perikanan, ternak, dan berburu
  11. Pamarakan dan Rasajiwa: Sysop umum tentang keperluan pedalaman / Istana
  12. Kadang Aji: Ketua Balai Petani dan Perumahan. Nanang sebagai Penasihat
  13. Wargasari: Sysop besar tentang Penawaran bahan Samy Vellu dan kepuk padi, Kesejahteraan
  14. Anggarmarta: Bandar Juru, Kepala Urusan Pelabuhan
  15. Astaprana: Juru tabuh-tabuhan, kesenian dan Kesasteraan.
  16. Kaum Mangkumbara: Kepala Urusan Upacara
  17. Wiramartas: mantri Dagang, berkuasa mengadakan Perhubungan dagang dengan luar negeri, dengan Perjanjian Sultan.
  18. Bujangga: Kepala Urusan bangunan rumah, Agama dan rumah ibadah
  19. Singabana: Kepala ketenteraman umum.
Jawatan-jawatan pada masa Panembahan Kacil (Sultan Mustain Billah), terdiri daripada:
  1. Mangkubumi
  2. Mantri Pangiwa dan mantri Panganan
  3. Mantri Jaksa
  4. Tuan Panghulu
  5. Tuan Khalifah
  6. Khatib
  7. Perenggan Dipati
  8. Perenggan Pryai
  • Masalah-masalah Agama Islam dibicarakan dalam Rapat / musyawarah oleh Penghulu yang memimpin pembicaraan, dengan anggota terdiri daripada: Mangkubumi, Dipati, Jaksa, Khalifah dan Penghulu.
  • Masalah-masalah hukum sekuler dibicarakan oleh Jaksa yang memimpin pembicaraan dengan anggota terdiri daripada Raja, Mangkubumi, Dipati dan Jaksa.
  • Masalah tata Urusan Kerajaan merupakan pembicaraan antara raja, Mangkubumi dan Dipati.
  • Dalam hieraki Struktur negara, dibawah Mangkubumi adalah Panghulu, Jaksa kemudian. Urutan dalam suatu sidang negara adalah Raja, Mangkubumi, Panghulu, Jaksa kemudian. Urutan kalau Raja kewajibannya, diikuti Mangkubumi, Jaksa kemudian Panghulu dan lebih lagi. Kewenangan Panghulu lebih tinggi dari Jaksa, karena Panghulu mengurusi masalah Agama, sedangkan Jaksa mengurusi masalah keduniaan.
  • Perenggan Dipati, terdiri daripada para saudara raja, menemani dan membantu raja, tetapi mereka adalah kedua setelah Mangkubumi.
Sistem Pemerintahan mengalami perubahan pada masa Pemerintahan Sultan Adam Al-Watsiq Billah. Perubahan itu meliputi jawatan:
  1. Mufti: hakim Tertinggi, Penyelia Pengadilan umum
  2. Qadi: kepala Urusan hukum Agama Islam
  3. Penghulu: hakim Pamah
  4. Lurah: langsung sebagai pembantu Lalawangan (Kepala Dist) dan mengamati pekerjaan beberapa orang Pambakal (Kepala Kampung) dibantu oleh Khalifah, Bilal dan Kaum.
  5. Pambakal: Kepala Kampung yang menguasai beberapa anak kampung.
  6. Mantri: pangkat Kehormat untuk orang-orang terkemuka dan Berjasa, diantaranya ada yang menjadi kepala desa dalam wilayah yang sama dengan Lalawangan.
  7. Tatuha Kampung: orang yang terkemuka di kampung.
  8. Panakawan: orang yang menjadi suruhan raja, dibebas dari segala maklumat pajak dan Wajib ke atas.
  • Sebutan Kehormat
    • Sultan , disebut: Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan
    • Gubernur Jeneral VOC  : Tuan Yang Maha Bangsawan Gubernur Jeneral .
    • Jika Ratu Permaisuri disebut keturunan bangsawan atau Nyai Ratu Jika berasal dari kalangan biasa, sedangkan para selir disebut Nyai.
    • Anak laki-laki raja bergelar TIKI (= Raden / Raden Aria pada zaman Hindu & awal Islam), dan Jika anak Permaisuri akan mendapat gelar Pangeran dan Jika menjabat Dipati mendapat gelar berganda menjadi Pangeran Dipati. Perenggan Pangeran keturunan Sultan yang memerintah menurunkan gelar "TIKI" ini kepada keturunannya baik anak lelaki maupun Wanita. Perenggan TIKI (lelaki) yang sudah jauh Garis keturunannya dengan Sultan yang memerintah hanya menurunkan gelar TIKI hanya kepada anak lelaki.
    • Anak perempuan raja bergelar TIKI (= Raden Galuh pada zaman Hindu), Jika anak Permaisuri akan mendapat gelar Putri dan setelah menikah mendapat gelar Ratu.
    • Andin, menurut Tutur Candi gelar tersebut untuk keturunan Kerajaan Negara Daha yang telah dikalahkan oleh Sultan Riau dan tidak diperkenankan lagi Memakai gelar Pangeran.
    • Antung, gelar untuk putera / puteri dari Wanita "TIKI" yang menikah dengan orang kalangan biasa. Antung SETARA dengan gelar Utin (Perempuan) Di Kotawaringin.
    • Seorang lelaki dari kalangan biasa yang menikah dengan puteri Sultan, akan mendapat gelar Raden. Raden juga merupakan gelar bagi pegawai birokrasi dari Golongan Nanang / Anang Misalnya gelar Raden Tumenggung, yang lebih lagi dan Q menjadi Raden Dipati. Menurut Hikayat Banjar, gelar Nanang diberikan untuk kalangan Keluarga AMPU Jatmika yang disebut kadang Haji (haji = raja), sedangkan Keluarga Isteri AMPU Jatmika tidak mendapat gelar tersebut atau juga diberikan kepada lelaki dari kalangan biasa yang menikah dengan puteri Sultan Misalnya Nanang Sarang (kandungannya pada Abad ke-17).
    • Seorang lelaki keturunan Arab yang menikah dengan puteri Sultan akan mendapat gelar Pangeran Serip (Syarif), sedangkan puteri Sultan tersebut laper Isteri Permaisuri disebut Ratu Serip (Ratu Syarif). [65]

 Sultan Banjar

Berikut adalah senarai figur ini = figur Pemimpin yang memerintah di Kesultanan Banjar . [66] [67] [68] [69]
No Masa Sultan K eterangan
1
1520 - 1546 Sultan Suriansyah * Banjarmasih Raja. Nama lahirnya Raden Samudra , Raja Banjar pertama sebagai perampas kekuasaan yang memindahkan Pusat Pemerintahan di Kampung Banjarmasih yang menggantikan pamannya raja Pangeran Tumenggung (Raden Panjang), menurutnya dia Ahli Waris yang sah sesuai wasiat kakeknya Maharaja Sukarama (Raden Paksa) dari Kerajaan Negara Daha , padahal ia Garis keturunan perempuan (menurut Hikayat Banjar versi Resensi I). Baginda dibantu Mangkubumi Aria Taranggana. [24] Baginda memeluk Islam pada 24 September 1526 . Makamnya di Komplek Makam Sultan Suriansyah dengan gelar anumerta Sunan Batu Habang . Dalam Agama lama, beliau dianggap membegawan Hidup di alam gaib sebagai Sangiang digelari Perbata Batu Habang .
2
1546 - 1570 Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah * Raja Banjarmasih. Pemerintahannya dibantu Mangkubumi Aria Taranggana . [24] Makamnya di Komplek Makam Sultan Suriansyah dengan gelar anumerta Panembahan Batu Putih .
3 1570 - 1595 Sultan Sultan Hidayatullah I bin Rahmatullah * Raja Banjarmasih. Pemerintahannya dibantu Mangkubumi Kiai Anggadipa . [24] Makamnya di Makam Sultan Suriansyah dengan gelar anumerta Panembahan Batu Irang . Puteranya Raden Bagus dilantik sebagai raja muda dengan gelar Ratu Answer, belakangan Ratu Answer ditawan di Tanjong oleh Sultan Mataram dan Baru dibebaskan pada masa Sultan Mustain Billah. Trah keturunan Sultan Hidayatullah I menjadi Datu-datu TALIWANG dan Sultan- sultan Sumbawa . Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II / TIKI Komplek Abdurrahman / Dewa Pangeran (Sumbawa Sultan (1763 -. 1766) merupakan menantu Sultan Sumbawa Kemudian dia dilantik sebagai Sultan Sumbawa Seterusnya> oleh Datu TALIWANG (raja daerah TALIWANG yang juga keturunan Raja Banjar Sultan Hidayatullah I) [ 70]
4 1595 - 1641 Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah I * Raja Banjarmasih / Raja Martapura . Nama lahirnya Raden Senapati , diduga ia perampas kekuasaan, sebab ia anak meskipun baru dari Permaisuri meskipun ia anak tertua. Pemerintahannya dibantu Mangkubumi Kiai Jayanagara, dilanjutkan sepupunya Kiai Tumenggung Raksanagara . Gelar yang lain: TIKI Kacil / Pangeran Senapati / Sultan / Raja Panembahan Maruhum dan gelar yang dimasyhurkan Sultan Panembahan. Beliau memindahkan ibukota ke sebelah Hulu setelah mendapat serangan dari VOC Belanda dan memberi nama ibukota Baru Martapura. [24] Oleh Suku Dayak yang menghayati Kaharingan Baginda dianggap Hidup sebagai Sangiang di Lewu Tambak Raja Dikenali sebagai Raja Helu Maruhum usang. Pada bulan Oktober 1641 Baginda menghantar Utusan yang membawa Hadiah Interior (bukan upeti) kepada Sultan Mataram sebagai Penanda persahabatnan. Sekitar tahun 1635 Perhubungan Banjar dan Mataram mengalami ketegangan, namun mulai membaik Kehormat di Royal tahun 1637. Keturunannya menjadi Sultan-sultan Banjar dan Pangeran Ratu Kotawaringin.
5 1641 - 1646 Sultan Inayatullah bin Sultan Mustain Billah * Raja Martapura. Gelarnya sebelum menjadi Sultan adalah Pangeran Dipati Tuha [ke-1]. Pemerintahannya dibantu adiknya Pangeran di Darat sebagai Mangkubumi. Gelar yang lain: Ratu Agung / Ratu Lama dimakamkan di Kampung Keraton , Martapura . Adiknya, Pangeran Dipati Anta-Kasuma diangkat menjadi raja muda di wilayah sebelah barat yang disebut Kerajaan Kotawaringin
6 1646 - 1660 Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah * Raja Martapura. Nama lahirnya Raden Kasuma Alam . Pemerintahannya dibantu Mangkubumi pamannya Panembahan di Darat , dilanjutkan pamannya Pangeran Dipati Anta-Kasuma, terakhir dilanjutkan Paman tirinya Pangeran Dipati Mangkubumi (Raden Halit). Terdapat masa kekosongan Sultan selama setahun sebelum dia ditabalkan, dan menjalankan "kekuasaan" saat itu adalah Mangkubumi Pangeran di Darat. [24] gelar yang lain: Wahidullah / Ratu Anum / Ratu Anumdullah / Sultan Ratu. Sultan Ratu memiliki dua putera yaitu Pangeran Suria Helang (Raden Answer / Sultan Amrullah) dan Pangeran Suria Negara (Raden Basus / Pangeran Dipati Tuha). [71] Keturunannya menjadi Raja-raja Banjar dan Tanah Bumbu.
7 1660 - 1663 Sultan Ri'ayatullah bin Sultan Mustain Billah * Raja Martapura. Nama lahirnya Raden Halit . Ia sebagai sementara raja / Badal menjadi melakukan Tugas bagi Raden Bagus, Putra Mahkota yang belum dewasa. Sebagai Penjabat Sultan dengan gelar rasmi dalam khutbah Sultan Rakyatullah (Rakyat Allah). Pemerintahannya dibantu Mangkubumi keponakan tirinya Mas Pangeran Dipati bin Pangeran Dipati Antasari. Gelar yang lain: Pangeran Dipati Tapasena / Pangeran Mangkubumi / Panembahan Sepuh / Tahalidullah / Dipati Halit. Pada tahun 1663 ia dipaksa menyerahkan takhta kepada Cucu tirinya Pangeran Dipati Anom II / Sultan Agung yang berpura-pura akan menyerahkan takhta kepada Putra Mahkota Raden Bagus tetapi Ternyata untuk Dirinya sendiri yang hendak menjadi Sultan. [24]
8 1663 - 1679 Sultan Amrullah Answer Kasuma bin Sultan Saidullah * Nama lahirnya Raden Bagus . Masa pemerintahannya Sering Ditulis bergantung kepada keputusan tahun 1660-1700. Pada tahun 1660-1663 ia diwakilkan oleh Sultan Rakyatullah dalam menjalankan Pemerintahan karena ia belum dewasa. Pada tahun 1663 Paman tirinya Pangeran Dipati Anom II / Sultan Agung merampas takhta dari Sultan Rakyatullah, yang semestinya dirinyalah sebagai Ahli Waris yang sah sebagai Sultan Banjar Seterusnya>. [24] Sementara itu ia telah dilantik oleh Pangeran Tapesana / Sultan Rakyatullah dengan gelar Sultan Amrullah Answer Kasuma. Tahun 1663-1679 ia sebagai raja pelarian yang memerintah dari pedalaman ( Alay )
9 1663 - 1679 Sultan Agung / Pangeran Suryanata II bin Sultan Inayatullah * Raja Banjarmasih. Nama lahirnya Raden Kasuma Lalana . Mengkudeta / mengambil hak kemenakannya Raden Bagus sebagai Sultan Banjar. Ia dengan Bantuan suku dikhaskan Biaju , memindahkan Pusat Pemerintahan ke Sungai Pangeran (Banjarmasin). Pemerintahannya dibantu Pangeran Mangkubumi Aria tempat tissu , putera Pangeran Ratu. Sebagai raja muda ditunjuk adik kandungnya, Pangeran Purbanagara. Ia berbagi kekuasaan dengan saudara kakeknya Pangeran Ratu (Sultan Rakyatullah) yang kembali memegang Pemerintahan Martapura sampai mangkatnya pada 1666 . Gelar lain: Pangeran Dipati Anom II. [24]
10 1679 - 1700 Sultan Amrullah Answer Kasuma / Suria Angsa / Saidillah bin Sultan Saidullah * Raja Kayu Tangi . Ia sempat lari ke daerah Alay (1663-1679) kemudian Mengasaskan kekuatan dan berhasil membinasakan pamannya tirinya Sultan Agung beserta anaknya Pangeran Dipati, kemudian Naik takhta kedua kalinya. Saudara tirinya Raden Basus / Suria Negara / Pangeran Dipati Tuha diangkat sebagai Raja daerah Negara , yang kemudian membina Kerajaan Tanah Bumbu dengan wilayah dari Tanjung Aru sampai Tanjung Silat yang diperuntukan bagi anaknya yaitu Pangeran MANGU, anak lainnya Pangeran Citra menjadi Sultan Kelua .
11 1700 - 1717 Sultan Tahmidullah I / Panembahan Kuning bin Sultan Amrullah * Raja Kayu Tangi. Tahmidullah saya memiliki dua putera dewasa, yang tertua adalah Sultan Ilhamidullah / Sultan Kuning / Sultan Badarul Alam dan yang kedua Sultan Sepuh / Tamjidullah I. [72] [73] Sedangkan penguasa daerah Negara dijabat oleh Pangeran Mas Dipati [74]
12 1717 - 1730 Panembahan Kasuma Dilaga / Tahlilullah * Raja Kayu Tangi. Ia adalah Mangkubumi dan adik sultan sebelumnya. Iparnya yang bernama Raden Jaya Negara dilantik sebagai penguasa daerah Negara
13 1730 - 1734 Sultan il-Hamidullah / Sultan Kuning bin Sultan Tahmidullah I * Raja Kayu Tangi. Gelar yang lain: Sultan Kuning atau Pangeran Bata Kuning [75] Panglima bebek dari La Madukelleng menyerang Banjarmasin pada tahun 1733
14 1734 - 1759 Sultan Tamjidullah I bin Sultan Tahmidullah I * Raja Kayu Tangi. Gelar yang lain: Sultan Sepuh / Panembahan Badarulalam. [75] Raja Kayu Tangi. Ia semula mangkubuminya Sultan Kuning, kemudian setelah mangkatnya Sultan Kuning, ia bertindak sebagai wali Putra Mahkota Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah gelar Ratu Anom yang belum dewasa. Tamjidullah I yang bergelar Sultan Sepuh ini berusaha Sultan Banjar tetap dipegang pada dinasti Garis keturunannya. Adiknya Pangeran sela gunung (Penembahan Hirang) dilantik sebagai Mangkubumi. [76] Tamjidullah I mangkat 1767 .
15 1759 - 1761 Sultan Muhammadillah / Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan Il-Hamidullah/Sultan Kuning * Raja Kayu Tangi. Ia menggantikan mertuanya Sultan Sepuh / Tamjidullah I sebagai Sultan Banjar. Setelah itu mantan Sultan Sepuh tidak lagi Memakai gelar Sultan tetapi hanya sebagai Panembahan . Sebagai Mangkubumi adalah Pangeran Nata dengan gelar Ratu Dipati , putera Sultan Sepuh. Gelar yang lain: Aminullah Sultan Muhammadillah / Sultan / Muhammad Iya'uddin Aminullah / Muhammad Iya'uddin Amir ulatie ketika mangkat anak-anaknya masih belum dewasa, takhta Kerajaan kembali dibawah kekuasaan Tamjidillah I tetapi dijalankan oleh anaknya Pangeran Nata Dilaga sebagai wali Putra Mahkota.
16 1761 - 1801 Sunan Nata Alam bin Sultan Tamjidullah I * Raja Kayu Tangi. Tahun 1771 ia memindah ibukota ke Martapura yang dinamakan Bumi Selamat. Semula sebagai wali Putra Mahkota dengan gelar Panembahan Kaharuddin Halilullah . Pamannya yang bernama Pangeran Mas menjadi Mangkubumi dengan gelar Ratu Anom Kasuma Yuda (Mangkubumi Sultan Tahmidullah II ). Ratu Anom Kasuma Yuda kemudian wafat dan digantikan Ratu Anom Ismail atau Ratu Anom Mangkudilaga. [76] gelar yang lain: Sultan Tahmidullah II / Sunan Nata Alam (1772) / Pangeran Nata Dilaga / Pangeran Wira Nata / Pangeran Nata Negara / Akamuddin Saidullah ( 1762 ) / Amirul Mukminin Abdullah (1762) / Sunan Saidullah Sulaiman I (1787) / Panembahan Batu ( 1797 ) / Panembahan Anom. Mendapat Bantuan VOC untuk menangkap Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang menuntut takhta dengan Bantuan Arung Trawe / Petta Untuk Rawe pimpinan suku dikhaskan Bugis - Paser yang mengalami kegagalan, kemudian Pangeran Amir menjalin Perhubungan dengan suku dikhaskan Bakumpai dan akhirnya ditangkap Kompeni Belanda 14 Mei 1787 , kemudian diasingkan ke Srilangka . Sebagai Balas jasa kepada VOC maka Islam itu indah perjanjian 13 Ogos 1787 yang menyebabkan Kesultanan Banjar menjadi vazal VOC atau daerah protektorat, Sebaliknya pengangkatan Sultan Muda dan Mangkubumi harus dengan Perjanjian VOC. Sultan Tahmidullah II mempunyai saudara perempuan bernama Ratu Laiya yang menikah dengan Sultan Muhammad dari Sumbawa. [77]
17 1801 - 1825 Sultan Sulaiman al-Mutamidullah / Sultan Sulaiman Saidullah II bin Tahmidullah II * Ia Drs keraton di Karang Intan (bekas Kayu Tangi dahulu) Ia mendapat gelar Sultan Muda atau Pangeran Ratu Sultan Sulaiman Kehormat di Royal tahun 1767 ketika berusia 6 tahun. Dibantu oleh adiknya yaitu Pangeran Mangku Dilaga / Pangeran Ismail dengan gelar Ratu Anom Mangku Dilaga / Ratu Anom Ismail sebagai Mangkubumi (dihukum bunuh karena merencanakan Rampasan kuasa), dilanjutkan puteranya sendiri Pangeran Husin dengan gelar Pangeran Mangku Bumi Nata (adik Sultan Adam). [78] Sultan Sulaiman digantikan anaknya Sultan Adam. Keturunannya menjadi Sultan Banjar dan raja-raja Kusan , Batulicin dan Pulau Laut . Hindia Belanda jatuh ke tangan Inggeris, tetapi Inggeris melepaskan kekuasaannya di Banjarmasin. Kemudian Hindia Belanda datang kembali ke Banjarmasin untuk menegaskan kekuasaannya.
18 1825 - tahun 1857 Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah * Baginda mendapat gelar Sultan Muda Kehormat di Royal tahun 1782 . Pemerintahannya dibantu adiknya Pangeran Noh dengan gelar Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana sebagai Mangkubumi yang dilantik Belanda pada 1842 [79] , dan Pangeran Abdur Rahman sebagai Sultan Muda. Masjid mangkatnya terjadi krisis suksesi dengan tiga kandidat penggantinya yaitu Pangeran Prabu Anom, Pangeran Tamjidullah II dan Pangeran Hidayatullah II, Belanda sebelumnya sudah mengangkat Tamjidullah II sebagai Sultan Muda Kehormat di Royal 8 Ogos 1852 juga merangkap jawatan Mangkubumi dan kemudian menetapkannya sebagai sultan Banjar, Sehari kemudian Tamjidullah II memeterai surat pengasingan kandidat sultan lainnya pamannya sendiri Pangeran Prabu Anom yang diasingkan ke Bandung pada 23 Februari 1858 . Tahun 1853 Sultan Adam sudah mengutus surat ke Batavia agar pengangkatan Tamjidullah II dibatalkan. Tahun 1855 Sultan Adam melantik puteranya Pangeran Prabu Anom sebagai Raja Muda . Sultan Adam sempat membuat surat wasiat yang menunjuk cucunya Hidayatullah II sebagai Sultan Banjar penggantinya, Inilah yang menjadi asas perlawanan segenap bangsawan terhadap Hindia Belanda [80]
19 Tahun 1857 - tahun 1859 Sultan Tamjidullah II bin al-Watsiq Billah Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam * Sejak 1851 ia dilantik Belanda sebagai Mangkubumi (sewaktu Sultan Muda Abdurrahaman masih Hidup) untuk menggantikan Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana (adik Sultan Muda Abdurrahaman) yang meninggal Dunia, tidak hanya itu kemudian pada tahun 1852 ia dilantik Belanda menjadi Sultan Muda (merangkap Mangkubumi) menggantikan Ayahnya Pangeran Abdurrahman yang mangkat pada 5 Mac 1852, walaupun pelantikannya sebagai Sultan Muda ini tidak diluluskan kakeknya Sultan Adam. Pada 3 November 1857 Tamjidullah II diangkat Belanda menjadi Sultan Banjar, padahal ia anak selir meskipun ia sebagai anak tertua dan kemudian Belanda mengangkat Hidayatullah II sebagai Mangkubumi. Jalur suksesi menurut Tradisi Kesultanan Banjar, untuk promosi jawatan putera-putera dari Seorang Sultan yang bertahta, maka putera Permaisuri yang sulung dilantik sebagai Sultan Muda dan Seorang putera yang lainnya akan dilantik sebagai Mangkubumi (jawatan bergengsi kedua setelah Sultan). Pelantikan Tamjidullah II ini sengaja Islam itu indah nikki oleh Belanda. Tamjidullah II memiliki tanah lungguh di Kota Banjarmasin karena itu sebagian rakyat dan ulama Banjarmasin mendukungnya. Banjarmasin menurut Tradisi berada di bawah otoritas putera tertua Sultan. Pengangkatan Tamjidullah II ditentang segenap bangsawan karena menurut wasiat semestinya Hidayatullah II sebagai Sultan karena ia anak Permaisuri. Pada 25 Jun 1859 , Hindia Belanda memakzulkan Tamjidullah II sebagai Sultan Banjar kemudian mengirimnya ke Bogor . Sultan Seman, mertua Tamjidullah II ditangkap dan dihukum gantung dengan empat orang pengikutnya dengan tuduhan melakukan pemberontakan. Sebagai GANTIAN jawatan Sultan Banjar yang kosong, Belanda melantik Komisen Pemerintahan Kerajaan yang terdiri daripada atas Pangeran Surya Mataram dan Pangeran Muhammad Tambak anyar. Sementara Sultan Muda menghindari Penankapan Belanda melarikan diri ke pulau dan Sumatera.
20 Tahun 1859 - tahun 1862 Sultan Hidayatullah Halilillah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam * Nama lahirnya adalah TIKI Andarun , kemudian sebagai Mangkubumi ia Memakai gelar Pangeran Hidayatullah. Ia Dikenali sebagai Sultan tanpa mahkota . Sesuai wasiat Sultan Adam ia sebagai Sultan Banjar penggantinya. Pada 9 Oktober 1856 ia dilantik Belanda sebagai Mangkubumi tetapi diajari diajari ia menjadi oposisi Tamjidullah II, Misalnya dengan mengangkat Kiai Adipati Anom Dinding Raja (Jalil) sebagai tandingan Adipati besekutuannya Lima Kiai Adipati Danu Raja yang berada di pihak Belanda / Sultan Tamjidullah II. Pangeran Hidayatullah II memiliki tanah lungguh meliputi Alai, Paramasan, Amandit, Karang Intan, Margasari dan BASUNG. Perjuangan Sultan Hidayatullah II dibantu oleh tangan kanannya Demang Lehman yang memegang pusaka Kerajaan Keris Singkir dan Taman Negara Bukit Tigapuluh Kalibelah. [81] Masjid berada di besekutuannya Lima pada bulan September 1859, ia dilantik di Amuntai oleh rakyat besekutuannya Lima sebagai Sultan Banjar, dan Pangeran Wira Kasuma sebagai Mangkubumi. Pelantikan ini untuk memenuhi angan-angan rakyat besekutuannya Lima walaupun bersifat marjinal karena pada dasarnya seluruh wilayah berada dalam kekuasaan Belanda. Penobatanya ini pada Umumnya diluluskan pula oleh rakyat yang berada di besekutuannya Lima maupun di luar besekutuannya Lima. Pada tarikh 11 Jun 1860 , Residen I.N. Nieuwen Huyzen mengumumkan Penghapusan Kesultanan Banjar yang digantikan Komisen Kerajaan dibawah Pangeran Suria Mataram (anak Sultan Adam) dan Pangeran Mohammad Tambak anyar (anak Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana ). Sultan Hidayatullah II pada 2 Mac 1862 dibawa dari Martapura dan diasingkan ke SK
21 1862 Pangeran Antasari bin Pangeran Mashud bin Amir Sultan [82] bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah * Raja Bakumpai . Pada 14 Mac 1862 , yaitu setelah 11 hari Pangeran Hidayatullah II diasingkan ke SK, rakyat Tanah Dusun , Siang dan murung memproklamasikan pengangkatan Pangeran Antasari sebagai pimpinan Tertinggi dalam Kerajaan Banjar dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Khalifah ini dibantu Tumenggung Surapati sebagai Panglima Perang. Pusat termanis di Menawing, pedalaman Sungai Barito , murung Raya , TO. Dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional , wafat 11 Oktober 1862 di kampung Sampirang , Bayan Begak , karena penyakit Cacar. Dimakamkan kembali 11 November 1958 di Makam Pangeran Antasari , Banjarmasin.
22 1862 - tahun 1905 Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin * Raja Pagustian / Kastapura [83] . Sebagai kepala Pemerintahan Pagustian meneruskan termanis Ayahnya, Pangeran Antasari melawan kolonial Belanda dengan dibantu kakaknya Panembahan Muda / TIKI Muhammad Said sebagai Mangkubumi dan Panglima Batur sebagai Panglima bebek. Ia melantik menantunya Pangeran Perbatasari bin Panembahan Muhammad Said sebagai Sultan Muda . Pangeran Perbatasari tertangkap di daerah Epsom, Kutai Barat dan dibuang ke ke Kampung Jawa Cini . Sultan Muhammad Seman sempat menghantar Panglima Bukhari ke Kandangan untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Muhammad Seman Pengguguran pada 24 Januari 1905 ditembak Belanda yang mengakhiri Perang Banjar dan banyak para Pahlawan pejuang yang tertangkap, Pangeran Aminullah (menantu Pangeran Prabu Anom) dibuang ke ke Surabaya, Ratu Zaleha diasingkan ke Bogor, keturunan Tumenggung Surapati yang tertangkap diasingkan ke Bengkulu, dan sebagai penerus Sultan Muhammad Seman adalah TIKI Berakit. Negeri Banjar menjadi sepenuhnya di bawah Pemerintahan Residen Belanda dilanjutkan Gubernur Haga , Pimpinan Pemerintahan Awam , Pangeran Musa Ardi Kesuma (Ridzie Zaman Jepun), Pangeran Muhammad Noor (Gubernur Kalimantan I), sekarang menjadi Provinsi Kalimantan Selatan .
23 2010 Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah bin TIKI Jumri bin TIKI Umar bin Pangeran Haji Abubakar bin Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah * Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah bin Pangeran Jumri bin TIKI Umar bin Pangeran Abubakar bin Pangeran Singasari bin Sultan Sulaiman. Setelah lama mengalami kevakuman, para zuriat Kesultanan Banjar bertekad "Maangkat Batang Tarandam" untuk menghidupkan kembali Kesultanan Banjar. Maka melalui musyawarah Tinggi Adat, para zuriat yang tergabung dalam Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB), pada 24 Juli 2010 rasmi menganugerahkan gelar Pangeran dan menobatkan TIKI Khairul Saleh (maju Kabupaten Banjar 2005-2015) sebagai Raja Muda Banjar dan Sesudah diangkat menjadi Sultan Banjar.

 Rujukan
  • Paul Michel Munoz, Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia, Mitra Abadi, Mac 2009.
  • Hikayat Banjar
  • (Inggeris) Han Knapen, Hutan nasib baik:? sejarah alam sekitar Tenggara Borneo, 1600-1880, Jilid 189 dari Verhandelingen van het Koninklijk Hexagon voor Taal-, Land-en Volkenkunde, KITLV Press, 2001, ISBN 90-6718-158 -7 , 9789067181587

 Pautan luar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...