Tuesday, January 8, 2013

KERAJAAN SANGGAR(1700-1926)

Pemerintahan Kerajaan Sanggar

 -kronologi-

1700                  Kerajaan Sanggar DITUBUHKAN

1926                  DI satukan dalam Kesultanan Bima


                    

Raja

1)1700 - 1704              Kalongkong Hasanuddin

2)1704 - c.1764             
Daeng Pamalie

3)1765 - 17..                Muhammad Johan Syah


4)17.. - 1790                Adam Safiallah


5)1790 - 1805                Muhammad Sulaiman


6)1805 - 1815                Ismail Ali


7)1815 - 1836                La Lisa Daeng Jaie


8)1836 - 1845                Daeng Malabba


9)1845 - 1869                Manga Daeng Manasse 


10)1869 - 22 Dec 1900         La Kamea Daeng Nganjo Siamsuddin   (b. c.1820 - d. 1900)


22 Dec 1900 - 1901         Regency

 
11)1901 - 1926                Abdullah Siamsuddin Daeng Manggala (d. c.1928)



Sejarah

Sanggar pada masa lalu adalah sebuah kerajaan berdaulat. Menurut A. Razak Aziz dalam tulisannya “ Rangkaian Peristiwa di Kerajaan Sanggar 1667-1928” (1990:1) “ Kerajaan Sanggar telah berdiri sekitar abad 14 Masehi berpusat di Boro” Dalam perkembangan sejarah kerajaan-kerajaan di Pulau Sumbawa Kerajaan Sanggar tidak banyak dibicarakan. Keberadaanya seolah olah “tenggelam” di antara Kerajaan Bima dan Sumbawa. Padahal dari hasil-hasil penelitian kebelakangan ini, Sanggar sesungguhnya mempunyai peranan penting dalam pelayaran dan perdagangan di Indonesia Timur. Dalam Peta Indonesia yang dibuat oleh Theodore De Bryn dari “ Petits Voyages” tahun 1527-1598 Core ( baca: Kore-Sanggar) adalah salah satu dari tiga kerajaan yakni Sumbawa, Bima yang ada di Pulau Sumbawa yang merupakan jaringan perdagangan Internasional.

 Pusat Kerajaan

Pada awal berdirinya Kerajaan Sanggar berpusat di Boro. Ditinjau dari letak geografinya Kerajaan Sanggar merupakan kerajaan maritim yang letaknya berada di pesisir pantai (+ 500 m dari garis pantai). Dalam perkembangannya kemudian, pada abad 17 Kerajaan Sanggar berpusat di Kore sampai dengan terjadinya proses integrasi Sanggar ke dalam wilayah Kerajaan Bima 1928/1929 yang sampai saat ini masih menjadi bahan perdebatan. “Apakah proses itu atas kehendak rakyat Sanggar atau upaya pemaksaan Kerajaan Bima dalam memperluas wilayah kekuasaanya? atau bahkan kerana kebijakan politik Belanda?. Menurut Tawalidin Haris dkk (1997) “ Proses integrasi Kerajaan Sanggar ke dalam wilayah Kerajaan Bima tidak terlepas dari campur tangan Kolonial Belanda”.

  Hubungan Kerajaan Sanggar dengan kerajaan-kerajaan sekitarnya.

Dalam sumber sumber sastera Jawa Kuno (kitab Nagarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca pada masa Kerajaan Majapahit abad 14 M), disebutkan bahwa Kore (baca: Kerajaan Sanggar) telah menjalin hubungan politik maupun budaya dengan kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa dan Bali. Disebutkan pula bahwa Kore (baca: Kerajaan Sanggar) dan Bima adalah merupakan pelabuhan penting yang berada di pantai utara. Dengan demikian keberadaan Kore (baca: Kerajaan Sanggar) dalam sejumlah karya sastera berbahasa Jawa Kuno membuktikan bahwa Kerajaan Sanggar telah dikenal oleh orang orang Jawa atau Bali baik melalui dominasi politik maupun  perdagangan.
Selain menjalin hubungan dengan kerajaan di Jawa, Kerajaan Sanggar juga menjalin hubungan perdagangan dengan kerajaan kerajaan di Sulawesi. Dalam kronik Gowa dan Tallo disebutkan enam buah kerajaan di Pulau Sumbawa yakni, Sanggar, Bima, Dompu, Sumbawa, Tambora dan Pekat. Kerajaan kerajaan ini ditaklukkan oleh ekspedisi Makassar (Gowa) dalam rangka menyebarkan agama Islam di Pulau Sumbawa pada awal abad 17. Sejak menjadi vassal Gowa ( Makassar) kerajaan Sanggar mengirimkan ufti berupa hasil bumi ke Kerajaan Gowa.
Secara politik hubungan Kerajaan Sanggar dengan Kerajaan Gowa berakhir setelah ditandatanganinya Perjanjian Bungaya tahun 1667, yang mengakhiri Perang Makassar, namun hubungan perdagangan dan budaya tetap berlangsung pada abad abad sesudahnya. Dari hasil penelusuran  tentang keturunan orang-orang Sanggar terutama yang menetap di boro dan Kore saat ini, ternyata tidak sedikit yang memiliki garis keturunan Makassar dan Bugis.

No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...