Wednesday, January 9, 2013

KERAJAAN PEJANGGIK(1648-1841)

.BERDIRINYA PEJANGGIK 
Selain kerajaan Selaparang yang memiliki jangkauan kekuasaan relatif luas di Bumi Sasak, terdapat pula kerajaanPejanggik. Di sisi lain, berdirinya kerajaan Pejanggik disebabkan kerana kerajaan Selaparang yang dianggap mampu mengekalkan keamanan dan hubungan yang baik  ternyata tidak mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan wilayah sekitarnya. Maka kerajaan Pejanggik pun melepaskan diri dari Selaparang.Berbeza dengan Selaparang yang merupakan daerah pesisir,maka Pejanggik merupakan kerajaan yang berada di wilayah pedalaman. Kerajaan Pejanggik yang terletak di daerah pedalaman memang cenderung meluaskan pengaruh dan hubungan yang lebih baik dengan kerajaaan lain di sisnya, akan tetapi  sebab utamanya adalah keadaan kawasan kerajaannya yang lebih tenang dan penuh dengan kewibawaan. Daerah kekuasaan Pejanggik meliputi pantai barat sampai pantai timur pulau Lombok, dari Belongas hingga Tanjung Ringgit .Berdirinya kerajaan

Pejanggik bermula dan perlantikan Deneq Mas Putra Pengendengan Segara  Katon di daerah Rambitan.Beliau didampingi oleh puteranya, Deneq Mas Komala Sempopo,yang kemudian menurunkan raja-raja Pejanggik. Dari keturunan Deneq Mas Komala Dewa Sempopo inilah pada generasi kelima menurunkan Deneq Mas Komala Sari. Kemudian Deneq Mas Unda Putih pada generasi keenam dan dilanjutkan oleh Deneq Mas Bekem Buta Intan Komala Sari pada generasi ketujuh. Kakak Deneq Mas Bekem Buta Intan Komala Sari yang bernama Pemban Mas Aji Komala dilantik sebagai raja muda dan mewakili Gowa di Sumbawa pada tangga1 30 November 1648M. Sejak itulah tercatat bahawa kerajaan Pejanggik mulai mengalami perkembangan yang pesat.

.BERKEMBANGNYA PEJANGGIK 

Kerajaan Pejanggik mengalami perkembangan yang semakin pesat setelah bertahtanya Pemban Mas Meraja Sakti. Beliau berkawin dengan putri Raden Mas Pamekel (Raja Selaparang) bernama PutriMas Sekar Kencana Mulya. Dewa Mas Pakel sebagai raja di Selaparang menyedari kekeliruannya selama ini yang terlalu banyak memperhatikan Sumbawa dan melupakan Pejanggik yang merupakan saudaranya. Selanjutnya raja Selaparang menyerahkan berbagai benda pusaka  kepada  Pejanggik yang merupakan pertanda bahwa Pejanggik menjadi penerus misi pemerintahan Sasak di bumi  Sasak.Hal ini membuat raja muda Raja Mas Kerta Jagat yang merupakan pengganti selanjutnya di kerajaan Selaparang semakin tersinggung.Bergabungnya Arya Banjar Getas membuatkan Pejanggik semakin kuat. Tetapi hal ini justeru menyebabkan semakin renggangnya hubungan antara Selaparang-Pejanggik. Kerajaan Pejanggik pun mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil lainnyas eperti Langko, Sokong, Bayan, Tempit dan Pujut. Kerajaan lainnya dijadikan kedemungan dengan gelar kerajaan seperti Datu Langko,Datu Sokong, Datu Pujut dan lain-lainnya. Sedangkan raja Pejanggik sendiri memakai gelar yang sama dengan kerajaan Selaparang iaitu  Pemban. Semua. itu juga merupakan hasil kepintaran  Arya Bonjar Getas dalam menjalankan tugas-tugasnya dalam peperangan. la pun mendapat gelaran  tanirihan iaitu  "Surengrana" dan "DipatiPatinglanga" .Secara bertahap, strategi-strategi yang digunakan oleh Arya Banjar Getas adalah seperti berikut:

 1. Melakukan pembahruan ke dalam Pejanggik  

 2.Melemahkan Selaparang dengan mendekati kerajaan-kerajaan keluarga Bayan.
  
3.Menewaskan secara halus kerajaan Selaparang dengan menguasai wilayah seperti Kopang, Langko, Rarang, Suradadi, Masbagik, Dasan Lekong; Padamara, Pancor, Kelayu, Tanjung. Kalijaga, baru kemudian masuk ke Selaparang
  
4.Arya Banjar Getas melakukan sebuah strategi yang amat licik dengan menyerahkan keris sebanyak 33 buah kepada raja Pejanggik,lalu mengarak  keliling dan menyerahkannya kepada para prakanggo untuk kemudian ditukar dengan keris pusaka masing-masing. Penukaran tersebut merupakan suatu bentuk kesetiaan dan  loyaliti  tunggal kepada raja Pejanggik. Keberhasilan Arya Banjar Getas melakukan berbagai gerakan tersebut langkah demi langkahdisebut Politik Rerepeq. Bila ditinjau dari segi kekuasaan, kerajaan Pejanggik sangat mantap dan kauat, akan tetapi langkah-langkah yang ditempuh oleh Arya Banjar Getas dianggap sebagai pegkhianatan hubungan yang sudah merupakan budaya turun-menurun di bumi Sasak.

KERUNTUHAN PEJANGGIK 

Pada generasi ke sembilan, tahta dilanjutkan oleh Pemban Mas Komala Kusuma. Nampaknya beliau lebih banyak berperanan sebagai seorang ayah yang baik kepada seorang raja yang mampu membawa Pejanggik menjadi kerajaan yang maju. Pemban Mas Komala Kusuma memang banyak memperingatkan putranya (MerajaKusuma) atas ancaman Selaparang kerana terlalu kagum dan terpesona, dengan patih Arya Sudarsana yang datang membawa 33  keris sebagai tanda setia dan siap mengabdi untuk kebesaran Pejanggik.Pemban Mas Meraja Kusuma berhasrat melamar putri dari kerajaan Kentawang. Proses melamar Putri Kentawang tersebut di percayakan kepada Arya Banjar Getas. Melihat kecantikan Putri Kentawang, Arya Banjar Getas temyata juga memiliki keinginan yang mendalam, untuk mempersuntingkannya. Oleh kerana itu, AryaB anjar Getas melaporkan bahwa Putri Kentawang tidak secucuk  bersanding dengan raja. Laporan tersebut dianggap positif sehingga Putri Kentawang diserahkan kepada Arya Banjar Getas.Setelah terjadi perkawinan Arya  Banjar Getas dengan. PutriKentawang, raja Pejanggik sempat melihat Putri Kentawang.Ternyata ia sangat tertarik, kagum dan jatuh cinta. Untuk mendapatkan Putri Kentawang, Pemban Mas Meraja Kusuma mengutus Arya Banjar Getas menjalankan sebuah misi. Dengan kepergian Arya Banjar Getas, hampir saja raja Pejanggik menodai Putri Kentawang. Sepulangannya dari menjalankan misi, kejadian tersebut di laporkan Putri kentawang kepada suaminya, Arya Banjar Getas.Mendengar hal tersebut, Arya Banjar Getas marah besar.Kemudian berkembang menjadi perselisihan dan pemberontakan pada tahun 1692M. Dalam pemberontakan tersebut Arya Banjar Getas meminta bantuan kerajaan Karang asem Bali, sehingga Pejanggik dapat dikalahkan. Raja Pejanggik ditawan dan diasingkan,kemudian meninggal dunia di Ujung Karang asem. Sedangkan para bangsawan banyak yang melarikan diri ke Sumbawa.Penyerangan Karang asem bukan hanya ke Pejanggik tetapi terus dilanjutkan ke kerajaan Parwa, Sokong, Langko, dan Bayan.Semua kerajaan menyerah tanpa bersyarat dan melawan.Setelah Anak Agung Karangasem bersekutu dengan Arya Banjar Gems, satu persatu kawasan   se-Lombok digempur. Akhirnya pada tahun 1740 M seluruh pulau Lombok dapat ditaklukkan.
ini dimanfaatkan oleh Arya Banjar Getas dengan meminta bantuan Karang Asem untuk menyerang Pejanggik dan Selaparang.Kemenangan Arya Banjar Getas dan Karang asem dalam peperangan di Tanaq Beaq menyebabkan hubungan keduanya semakin baik.Hubungan baik tersebut dituangkan dalam sebuah sumpah bahwa mereka akan selalu bergandingan tangan secara damai turun-temurun. Kemudian keduanya membuat perjanjian yang dikenal dengan "Perjanjian Timur dan Barat Juring". Isi perjanjian tersebuta adalah, untuk bahagian barat dimiliki dan dikuasai oleh Karang asem sedangkan bahagian sebelah timur dimiliki dan dikuasai oleh Arya Banjar Getas.Batas antara kedua bahagian tersebut adalah Sungai Pandan,Sweta Penanteng Aik, Pelambik, Ranggagata, dan Belongas. Raja Karang asem menempatkan wakilnya I Wayan Tegeh dengan ibu kotaTanjung Karang, kemudian dipindah ke Mataram. Sedangkan Arya Banjar Getas mendirikan kerajaannya di Memelaq dan menguasai wilayah Batu Kliang, Puyung serta Praya.
BERKEMBANGNYA KEDATUAN ARYA BANJAR GETAS (1740-1841)

Langkah awal yang dilakukan Arya Banjar Getas adalah menguasai dan meluaskan wilayah kekuasaannya ke wilayah-wilayah Pejanggik yang pernah dikuasai raja Pejanggik dan dijadikan sebagai pemegang kekuasaan di daerahnya dengan sebutan "Perkanggo"(penguasa). Kemudian kebijakan Arya Banjar Getas adalah membangunkan masjid, pasar serta pelaksanaan syariat Islam secara murni, rakyatnya tidak dipungut cukai.Selama pernerintahannya, Arya Banjar Getas membagikan wilayah kekuasaan kepada putera-putreinya maupun menantunya iaitu: 

1.Dende Wirachandra dikawinkan dengan Panji Langko dan diberi wilayah kekuasaan meliputi Mujur, Marong, Ganti hingga ke laut sebelah timur.
2.Raden Juruh diberi kekuasaan untuk memerintah di Batukliang,
Akan tetapi, kerjasama Arya Banjar Getas dengan Karang asem Bali tidak mendapatkan restu dari datu-datu di daerah  Lombok. Oleh sebab itu, dalam pemerintahannya banyak datu-datuyang melakukan pemberontakan, antara lain:
1. Pemberontakan Datu Bayan dan Datu Buluran. Kedua raja ini menyerbu Pringgabaya namun serangan itu dapat ditahan dan keduanya tewas dalam pertempuran tersebut.
2. Pemberontakan Datu Kadinding tetapi juga dapat dipatahkan.
3. Pemberontakan Datu Semong Moh Jalaluddin, raja Sumbawa.Datu Semong tewas kera na pengkhianatan saudaranya. Perang inidilanjutkan oleh pembantu-pembantunya sampai tahun 1725 M.
4. Pemberontakan Selaparang, yang juga dapat dipatahkan dan oleh  sebahagian rakyatnya  di Sekarbela, Dasan Agung dan Rembiga.Keberhasilan Arya Banjar Getas dalam menangkal setiap serangan dari luar adalah hasil bantuan Gusti Ketut Karang asem.
 KERUNTUHAN KEDATUAN ARYA BANJAR GETAS 
Adapun penyebab keruntuhan Kerajaan Arya Banjar Getas adalah:
1. Banyak kekacauan terjadi sehingga tidak berkesempatan untuk membangunkan dan memantapkan wilayah kekuasaannya sebagaima yang perlu di lakukan.
2. Karang asem ingkar janji terhadap sumpah yang pernah dilakukan.  Banyak wilayah kekuasaan Arya Banjar Getas yang diambil alih.
3. Ketika Arya Banjar Getas meninggal, putra-putra penggantinya kurang memiliki kemampuan dalam memantapkan  kerajaan.Sedangkan yang menjadi raja selanjutnya adalah:
1.Raden Ronton.Dalam kepemimpinannya, Raden Ronton memindahkan ibu kotanaya  ke hutan Berora yang berubah menjadi adi Praya.
2. Raden Lombok memperistri puteri raja Sokong Prawira. Dari perkawinan tersebut lahir seorang putera bernama Dene' Bangli.Pada masa pemerintahan Deneq Bangli terjadi pemberontakan Demung Selaparang yang dibantu oleh komplot lanun laut.Untuk menumpaskan pemberontakan itu diperintah kanlah bapa saudaranya Deneq Bangli untuk mengejar komplot  lanun laut itu sampai ke Sumbawa. Dalam pengejaran ini, sesampai di Labuan Lombok, bapa saudara Deneq Bangli menderita sakit kemudian meninggal dunia di Ketangga. Beliau disebut Raden Hang Ketangga. Dene' Banglidiganti oleh puteranya bernama Raden Mumbul.
3. Raden Mumbul Raden Mumbul gugur dalam suatu perang tanding dengan Demung Bone Mamben memperebutkan seekor kuda belang panji. Setelah Raden Mumbul meninggal maka ia digantikan Raden Wiratmaja.
4. Raden Wiratmaja Pada masa pemerintahan Raden Wiratmaja daerahnya banyak mendapatkan tekanan dari Karang asem. Karang asem memaksa rakyat membayar ufti sehingga timbullah Perang Praya pertama.Peperangan Praya I ini merupakan titik awal berakhirnya kerajaan Arya Banjar Getas tepatnya pada tahun 1841 M. Dengan demikian, pada akhir abad ke-18
sampai permulaan abad ke 19 M,kerajaan Karangasem berhasil menjadi kerajaan terkemuka di Bali.Kerajaan Karang asem Lombok Bahagian Barat membentuk kerajaan Mataram dan kerajaan Singasari. Pada era inilah terjadi migrasi besar-besaran orang-orang Bali ke pulau Lombok

KERAJAAN SELAPARANG(1358-1740)

  SEJARAH KERAJAAN SELAPARANG

Kerajaan Selaparang muncul pada dua periode yakni pada abad ke-13 dan abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah kerajaan Hindu dan kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah kerajaan Islam.
Secara selintas, urutan berdirinya kerajaan-kerajaan di daerah ini boleh dirunut sebagai berikut, dengan catatan, ini bukan satu-satunya versi yang berkembang. Pada awalnya, kerajaan yang berdiri adalah Laeq. Diperkirakan, posisinya berada di kecamatan Sambalia, Lombok Timur. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi migrasi, masyarakat Laeq berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu Kerajaan Pamatan, di Aikmel, desa Sembalun sekarang. Lokasi desa ini berdekatan dengan Gunung Rinjani. Suatu ketika, Gunung Rinjani meletus, menghancurkan desa dan kerajaan yang berada di sekitarnya. Para penduduk menyebar menyelamatkan diri ke wilayah aman. Perpindahan tersebut menandai berakhirnya Kerajaan Pamatan.


Wilayah Kerajaan Selaparang
 
Setelah Pamatan berakhir, muncullah Kerajaan Suwung yang didirikan oleh Batara Indera. Lokasi kerajaan ini terletak di daerah Perigi saat ini. Setelah Kerajaan Suwung berakhir, barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok. Seiring perjalanan sejarah, Kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran akibat serangan tentara Majapahit pada tahun 1357. M. Raden Maspahit, penguasa Kerajaan Lombok melarikan diri ke dalam hutan. Ketika tentara Majapahit kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar dari hutan dan mendirikan kerajaan baru dengan nama Batu Parang. Dalam perkembangannya, kerajaan ini kemudian lebih dikenal dengan nama Selaparang.
Menurut catatan sejarah masuknya ekspedisi Majapahit tahun 1343 M, di bawah pimpinan Mpu Nala. Ekspedisi Mpu Nala ini dikirim oleh Gajah Mada sebagai bagian dari usahanya untuk mempersatukan seluruh nusantara di bawah bendera Majapahit. Pada tahun 1352 M, Gajah Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri perkembangan daerah taklukannya. Ekspedisi Majapahit ini meninggalkan jejak Kerajaan Gelgel di Bali.
Di Lombok, berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara, iaitu:
1. Kerajaan Bayan di barat
2. Kerajaan Selaparang di Timur
3. Kerajaan Langko di tengah
4. Kerajaan Pejanggik di selatan.
Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong Samarkaton serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini takluk di bawah Majapahit. Ketika Majapahit runtuh, kerajaan dan desa-desa ini kemudian menjadi wilayah yang merdeka.
Di antara kerajaan dan desa-desa di atas, yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah Kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Pusat kerajaan ini terletak di Teluk Lombok yang strategis, sangat indah dengan sumber air tawar yang banyak. Posisi strategis dan banyaknya sumbe air menyebabkannya banyak dikunjungi pedagang dari berbagai negeri, seperti Palembang,Banten, Gresik, dan Sulawesi. Berkat perdagangan yang ramai, maka Kerajaan Lombok berkembang dengan cepat.
Kerajaan Selaparang merupakan salah satu kerajaan tertua yang pernah tumbuh dan berkembang di pulau Lombok, bahkan disebut-sebut sebagai embrio yang kemudian melahirkan raja-raja Lombok masa lalu. Posisi ini selanjutnya menempatkan Kerajaan Selaparang sebagai icon penting kesejarahan pulau ini. Terbukti penamaan pulau ini juga sering disebut sebagai bumi Selaparang atau dalam istilah tempatannya sebagai Gumi Selaparang.
Berkaitan dengan Selaparang, kerajaan ini terbagi dalam dua periode: pertama, periode Hindu yang berlangsung dari abad ke-13 M, dan berakhir akibat ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357 M; dan kedua, periode Islam, berlangsung dari abad ke-16 M, dan berakhir pada abad ke-18 (1740 M), setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan Kerajaan Karang Asem, Bali dan Banjar Getas.
Raja Lombok

disebutkan bahwa pada abad XII, terdapat satu kerajaan yang dikenal dengan nama kerajaan Perigi yang dibangun oleh sekelompok transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati dan sejak waktu itu pulau Lombok dikenal dengan sebutan Pulau Perigi. Ketika kerajaan Majapahit mengirimkan ekspedisinya ke Pulau Bali pada tahun 1443 yang diteruskan ke Pulau Lombok dan Dompu pada tahun 1357 dibawah pemerintahan Mpu Nala, ekspedisi ini menaklukkan Selaparang (Perigi) dan Dompu.

Dalam Babad Lombok disebutkan, pengislaman ini merupakan upaya dari Raden Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara. Kemajuan Kerajaan Selaparang ini membuat kerajaan Gelgel di Bali merasa tidak senang.

Gelgel yang merasa sebagai pewaris Majapahit, melakukan serangan ke Kerajaan Selaparang pada tahun 1520, akan tetapi menemui kegagalan. Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan Kerajaan Gelgel, namun pada saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru dari arah barat telah muncul pula. Embrio kekuatan ini telah ada sejak permulaan abad ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dari Karang Asem (Bali) secara bergelombang, dan mendirikan koloni di kawasan Kotamadya Mataram sekarang ini.

Kekuatan itu telah menjelma sebagai sebuah kerajaan kecil, iaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan, yang berdiri pada tahun 1622. Namun bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul secara tiba-tiba yaitu kekuatan asing, Belanda, yang sewaktu-waktu akan melakukan ekspansi. Kekuatan dari tetangga dekat diabaikan, karena Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Sebab itu sebelum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan menempatkan pasukan kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.


Para Perajurit Kerajaan Lombok


Di balik itu, memang ada faktor-faktor lain terutama masalah perbatasan antara Selaparang dan Pejanggik yang tidak kunjung selesai. Hal ini menyebabkan adanya saling mengharapkan peran yang lebih di antara kedua kerajaan serumpun ini. Atau saling lempar tanggung jawab. Mengambil pelajaran dari serangan yang gagal pada 1520, Gelgel dengan cerdik memaanfaatkan situasai untuk melakukan infiltrasi dengan mengirimkan rakyatnya membuka pemukiman dan persawahan di bagian selatan sisi barat Lombok yang subur. Bahkan disebutkan, Gelgel menempuh strategi baru dengan mengirim Danghiang Nirartha untuk memasukkan faham baru berupa singkretisme Hindu-Islam.
Walau tidak lama di Lombok, tetapi ajaran-ajarannya telah dapat mempengaruhi beberapa pemimpin agama Islam yang belum lama memeluk agama Islam. Namun niat Kerajaan Gelgel untuk menaklukkan Kerajaan Selaparang terhenti karena secara internal kerajaan Hindu ini juga mengalami stagnasi dan kelemahan di sana-sini. Kerajaan ini berakhir pada tahun 1740 setelah ditaklukkan oleh gabungan Kerajaan Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas yang merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang karena permasalahan dengan raja Selaparang.

Raden Arya Banjar Getas, ditengara berselisih pendapat dengan rajanya. Raden Arya Banjar Getas akhirnya meninggalkan Selaparang dan hijrah mengabdikan diri di Kerajaan Pejanggik.yang dulu (Kerajaan Pejanggik-red) berada di Daerah Kec. Pejanggik cukup jauh dari desa Labulia yang berada di Kecamatan JonggatAtas prakarsanya sendiri, Raden Arya Banjar Getas dapat menyeret Pejanggik bergabung dengan sebuah Ekspedisi Tentara Kerajaan Karang Asem yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat. Semula, informasi awal yang diperoleh, maksud kedatangan ekspedisi itu akan menyerang Kerajaan Pejanggik.Namun dalam kenyataan sejarah, ekspedisi itu telah menghancurkan Kerajaan Selaparang. Dan Kerajaan Selaparang dapat ditaklukkan hampir tanpa perlawanan, karena sudah dalam keadaan sangat lemah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1672. Pusat kerajaan hancur; rata dengan tanah, dan raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh.

Selaparang jatuh hanya tiga tahun setelah menghadapi Belanda. Empat belas tahun kemudian, pada tahun 1686 Kerajaan Pejanggik dibumi hanguskan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem. Akibat kekalahan Pejanggik, maka Kerajaan Mataram mulai berdaulat menjadi penguasa tunggal di Pulau Lombok setelah sebelumnya juga meluluh lantakkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Demikianlah, Kerajaan Selaparang muncul, berkembang kemudian runtuh. Walaupun demikian, sisa-sisa peradaban tulis yang ditinggalkannya menunjukkan bahwa, kehidupan budaya di negeri ini cukup semarak dan berkembang.

Menelusuri Sisa Majapahit di Lombok


Cakranegara yang kini salah satu pusat perniagaan di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pernah bikin cerita penting bagi Indonesia. Ekspedisi militer Belanda menggempur habis-habisan puri atau istana di Cakranegara, mengakibatkan kediaman Raja Karangasem yang penguasa wilayah Lombok, luluh lantak.

Sehari sebelum Cakranegara jatuh dalam kekuasaan Belanda, menurut telusur pustaka, pada 19 November 1894, dilaporkan sebuah temuan naskah sastra, yang ditulis di lembaran daun lontar di antara puing-puing reruntuhan itu.

Cakep (ikatan) daun til atau lontar itu adalah naskah Nagarakretagama karya Mpu Prapanca, seorang pujangga Jawa abad ke-14 M. Sewindu kemudian, naskah berbahasa Jawa Kuno diterbitkan dalam huruf Bali dan Bahasa Belanda oleh Dr JLA Brandes (1902), namun hanya sebagian. Disusul upaya penerjemahan oleh Dr JHC Kern tahun 1905-1914, dilengkapi dengan komentar-komentarnya

Baru pada tahun 1919, Dr NJ Krom menerbitkan utuh isi lontar Nagarakretagama. Krom juga melengkapinya dengan catatan historis. Naskah Nagarakretagama ini akhirnya diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Prof Dr Slametmulyana dan disertai tafsir sejarahnya. Menyusul kemudian, Dr Th Pigeud yang menerjemahkan Nagarakretagama ke dalam Bahasa Inggris.

Seperti diketahui kemudian, Nagarakretagama pernah disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden Belanda dengan nomor koleksi 5023. Pemerintah Belanda mengembalikannya ke Pemerintah Indonesia di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kini naskah itu menjadi koleksi unggulan Perpustakaan Nasional di Jakarta. Nagarakretagama, antara lain, berisi rekaman sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit, perjalanan Hayam Wuruk, Raja Majapahit, serta kondisi sosial, politik, keagamaan, pemerintahan, kebudayaan, dan adat istiadat. Semua itu dikumpulkan dan digubah menjadi sebuah karya sastra oleh Mpu Prapanca, saat mengunjungi daerah-daerah kekuasaan kerajaan itu di Nusantara.

Lontar itu ada di Puri Cakranegara, Lombok, dibawa keluarga Kerajaan Kediri pada masa kekuasaan mereka di Karangasem, ujung timur Pulau Bali, sekitar akhir abad ke-17 M sampai pertengahan abad ke-18 M. Lombok sendiri merupakan wilayah kekuasaan Raja Karangasem, dan sebelumnya ada beberapa kerajaan berada di sana, seperti Kerajaan Selaparang dan Pejanggik.

Slametmulyana dalam bukunya Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya (1979), menyebutkan sedikitnya sudah ditemukan empat naskah lain yang serupa, di beberapa geriya (kediaman pendeta Hindu) di Bali. Namun, naskah-naskah itu diduga merupakan turunan naskah Nagarakretagama, yang ditemukan di Puri Cakranegara, Lombok. Isi Nagarakretagama diterapkan di Lombok demi membangun sistem pemerintahan dan sekaligus pertahanan menyerupai kerajaan Majapahit

Ini juga ditujukan demi menjadikan Lombok sebagai benteng mempertahankan ajaran Hindu di Bali, menyusul masuk dan berkembangnya ajaran Islam di Jawa, yang ditandai dengan masuknya Raja Jenggala dan kerajaannya sebagai kerajaan Islam. Raja Kediri dan Raja Jenggala adalah bersaudara, kata Anak Agung Biarsah Huruju Amla Negantun, cucu Anak Agung Anglurah Gede Karang Asem, Raja Lombok terakhir. Perbedaan agama, yang dianut masing-masing raja itu, diakui, menjadi salah satu penyebab meletusnya perang saudara di antara dua kerajaan ini.

”Dari cerita yang pernah saya dengar dari orang-orang tua, naskah ini dibawa leluhur saya dari Kediri waktu ekspedisi ke Lombok. Di dalamnya dijelaskan teknik peperangan dan teknik mengatur pemerintahan. Nagarakretagama dibawa ke Lombok untuk mengatur wilayah Lombok, dengan konsep pusat pertahanannya di Cakranegara,” tutur Agung Biarsah

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...