Sunday, January 6, 2013

KESULTANAN DOMPO(1545-1958-KINI)

[Dompu]   
 BENDERA KESULTANAN DOMPO


KRONOLOGI;

1545                       KESULTANAN DOMPO DITUBUHKAN
 1 Jul 1942 - 1945         DILETAKKAN DI BAWAH PENGARUH KESULTANAN BIMA



Sultans
 
1686 - 1701                Abdul Rasul I Bumisorowo
1701 - 1702                Usman Sultan Manuru Goa
1702 - 1717                Ahmad Syah II
1717 - 1727                Abdul Kadir Daeng Manambung        (d. 1727)
1727 - 1737                Samsuddin Sultan Mawaa Sampela
                             Abdul Yusuf
1737                       Kamaluddin
1737 - 1746               
Abdul Kahar Daeng Mamu
1746 - 1748                Abdurrahman Manuru Kempo
1749 - 1793                Abdul Wahab                        (d. 1793)
1793 - 1798                Abdullah Mawaa Sainu
1798 - 1799               
Mpuri Jacob
1799 - 1801                Abdullah I Mawa
1801 - 1805                Muhammad Zainal Abidin             (d. 1805)
1805 - 25 Dec 1809         Muhammad Tajularifin
1809 - 1857                Daeng Hau Sultan Abdul Manuru      (b. 1787 - d. 1857)
                             Bata Rasul II        
1857 - 28 Aug 1870         Muhammad Sultan Salahuddin         (d. 1870)
1870 - 1882                Abdullah II
1882 - 1934                Muhammad Sirajuddin I              (d. 1939)
1934 - 1947                Interregnum
12 Sep 1947 - 1958         Muhammad Tajularifin
Sirajuddin II (b. 1916 - d. 1964)



 Ekspedisi Majapahit
 
Tapak bersejarah Warukali keadaannya mengejutkan penemuaan beberapa artifak kerana sejumlah bata yang terdapat di tapak ini juga banyak yang dimanfaatkan masyarakat untuk pembangunan rumah-rumah penduduk. Bahkan pernah terjadi penggalian haram di lokasi ini, kerana menurut masyarakat setempat kawasan tersebut dicurigai menyimpan harta karun. Akibat penggalian haram ini menyebabkan keousaknya sejumlah bata material bangunan kuno tersebut. penemuan bata berukuran besar ini tersebar dalam lingkungan kawasan lebih luas di wilayah ini di antaranya di Doro Empana, Doro Ngao dan bahkan di wilayah Sambitangga, penemuan bata ini digali habis untuk material pembangunan rumah.
Di lokasi ini juga ditemukan sejumlah seramik yang masih elok seperti piring dan mangkok Cina yang diperkirakan berasal dari Dinasti Yuan (abad 14 - 15 M). Sehingga secara jelasnya, hubungan antara kawasan sekitarnya ini merupakan kesatuan wilayah dan budaya pada masa lalu, dilihat dari penemuan sejumlah benda arkeologi seperti seramik. penemuan data ini juga didapat di tapak kawasan perkuburan bersebelahan tapak bersejarah Warukali. Menurut informasi masyarakat setempat, bata kuno tersebut ditemukan cukup banyak di kawasan perkuburan, sehingga pada waktu penggalian liang kubur, bata-bata ini diangkat dari dalam galian sedalam 1 m dari permukaan tanah. Nama Warukali yang dikenal sekarang pada mulanya merupakan gelaran penobatan seorang tokoh agama Islam -- gelaran tersebut mengandungi simbol lapan sifat kepemimpinan yang harus ditaati seorang tokoh atau pemimpin.
Adanya dugaan penobatan tokoh di wilayah ini kemungkinan kerana secara sejarahnya wilayah tersebut dipandang penting sejak zaman Hindu, sehingga dalam perkembangan pada masa masuknya pengaruh Islam kawasan ini juga diberikan kehormatan sebagai tempat penobatan tokoh penyebar agama Islam.
Nama Warukali secara sejarahnya tetap dikenail sampai sekarang. Berdasarkan bukti-bukti sejarah Walwaktikta, kebesaran Majapahit memang sampai menguasai wilayah ini. Seperti disebutkan dalam kitab Negara Kertagama, bahawa dalam masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 - 1389), seluruh negeri di Pulau Sumbawa yaitu pulau Taliwang, Dompu, Sapi, Sanghiang Api, Bima, Seran, dan Utan Kadali menjadi daerah Kerajaan Majapahit.
Dalam cerita mengenai kerajaan Dompu pada zaman pemerintahan Mawaa Taho, iaitu tahun 1357, ekspedisi Majapahit yang dipimpin oleh Laksamana Nala dan dibantu oleh askar dari Bali yang dipimpin oleh Pasung Gerigis berhasil menaklukan Dompu dan daerah sekitarnya. Sejak saat itulah Dompu bernaung di bawah kekuasaan Majapahit. Tercatatnya Kerajaan Dompu sebagai salah satu target penguasaan Majapahit kerana dipandang Kerajaan Dompu strategik pada saat itu. Kerajaan Dompu sudah dikenali Majapahit sejak pemerintahan Tribuwana (1328 - 1350).
Dalam sejarah Dompu disebutkan, kelahiran Dompu sebagai bakal kerajaan telah dimulai sejak abad ke-7 yaitu pada zaman Sriwijaya. Sebab, dalam cerita rakyat yang berkembang di Dompu disebut-sebut bahwa Sang Kula (cikal bakal Raja Dompu) yang juga dikenal dengan sebutan Ncuhi Patikula mempunyai seorang putri yang ia kawinkan dengan putra Raja dari Tulang Bawang dan atas kesepakatan para Ncuhi ia dinobatkan sebagai raja Dompu yang berkedudukan di Negeri Tonda -- sekitar 10 km arah selatan Dompu. Sampai kini, jejak budaya Majapahit masih tersebar di kawasan ini.
Bentuk Bangunan
Di tapak bersejarah Warukali dekat Doro Bata ditemukan sejumlah runtuhan dan susunan struktur yang tidak beraturan. Secara morfologi, bentuk bangunan diperkirakan berteraskan dengan konstruksi kayu pada bangunan atas. Pertimbangan ini didasari adanya perbezaan ketinggian temuan struktur atas dan bawah dengan selisih ketinggian 160 cm. Bangunan berteras semacam ini masih menjadi tradisi di Bali yang lebih dikenali dengan bangunan gunung rata.
Memperhatikan material yang dipergunakan iaitu bata pecah dan batu kali, sepertinya merupakan material sisa dari pembuatan bangunan suci. Ini merupakan indikasi, kemungkinan bangunan tersebut merupakan bangunan profan, yang menurut kepercayaan bahwa material bangunan profan tidak boleh sama atau lebih baik dari bangunan suci. Memperhatikan lokasinya yang memilih tempat yang tinggi terkait dengan fungsi bangunan itu, secara hirarki merupakan permukaan tokoh keagamaan atau bangsawan (Ncuhi) pada masa itu. Indikasi ini diperkuat pula dengan penemuan aktiviti seharian masyarakat yang membuat dari seramik yang mempunyai nilai tinggi pada masa itu.
Sedangkan bangunan suci keagamaannya berada di Doro Bata yang letaknya di pusat kawasan dari keempat wilayah Doro Empana, Doro Ngao, Sambitangga, dan Doro Swete. Kewujudan keempat wilayah tersebut mengitari Doro Bata, dari empat arah penjuru mata angin yang terminologinya di Bali dikenal dengan konsep "nyatur desa". Dugaan ini diperkuat oleh pendapat yang menyebutkan tapak sejarah berpenghuni pada umumnya berada tidak jauh dari kawasan bangunan suci.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...