Sunday, August 3, 2014

ISLAM DI BRAZIL..SEMAKIN BERKEMBANG..

sejarah masuk islam di brasil brazil
photo : islam-maranhao.blogspot.com
Sejarah kedatangan Islam di Brazil bermula dengan masuknya orang-orang muslim Afrika dalam bentuk perhambaan. Brasil menerima 37% dari seluruh hamba Afrika yang diperdagangkan, berjumlah sekitar 3 juta orang bangsa Afrika. Sejak tahun 1550, orang Portugis telah menggunakan hamba berbangsa Afrika untuk bekerja di kebun tebu yang sebelumnya dimusnahkan oleh penduduk  setempat.

Beberapa pendapat dari Sebahagian sarjana menyatakan bahwa Brazil merupakan negara Amerika yang paling banyak menerima orang Muslim berbangsa Afrika yang dijadikan hamba. Pada tahun 1835 di Bahia, Muslim berbagai bangsa pernah mengadakan suatu pemberontakan. Peristiwa itu telah menyebabkan banyak orang terbunuh.  Bahia pada abad ke-19 memang terkenal sebagai daerah Afrika yang penduduknya Muslim.
Sejak malam 24 Januari 1835, sekelompok budak lahir Afrika menduduki jalan-jalan Salvador dan selama lebih dari tiga jam mereka berhadapan dengan tentara dan warga sipil yang bersenjata. Pergolakan ini tidak berlangsung lama sebenarnya, dan korban yang tewas ketika diperkirakan mencapai jumlah 50 sampai dengan 100 orang. Banyak Muslim yang dijatuhi hukuman mati, penjara, cambuk, atau deportasi.
Semenjak itu, pihak Portugis telah mengadakan langkah berjaga-jaga terhadap Afro-Muslim, termasuk memaksa mereka menganut agama Katolik. Walaupun demikian, komunitas Muslim di Brasil masih sangat kuat. Hingga tahun 1900 masih terdapat 10.000 Afro Muslim yang hidup negara Brasil.
Namun, masyarakat Muslim Afrika tidak terhapus semalam, dan akhir 1910 diperkirakan masih ada beberapa 100.000 Afrika Muslim yang tinggal di Brasil.
Setelah asimilasi masyarakat Muslim Afro-Brasil, periode Islam berikutnya di negara itu adalah hasil dari imigrasi Muslim dari Timur Tengah dan Asia Tenggara. Jumlah Muslim terbesar ditemukan di wilayah São Paulo.
Para Muslim Brasil konon tidak mempunyai halangan dalam soal makanan. Makanan Arab cukup terkenal di sini, bahkan rantai makanan cepat saji terbesar kedua di Brazil adalah Habib, yang tentu saja menyajikan makanan halal. Bisnis industri tekstil, didominasi oleh pedagang asal Suriah-Lebanon.
Dewan Kota Sao Paulo bahkan memiliki Penasihat Muslim yang bernama Muhammad Murad, ia adalah seorang pengacara. Sejumlah masjid bisa terlihat di São Paulo. Yang tertua dan paling populer ini ditemukan di Av. Do Estado.
Tahap Proses Penyebaran Islam di Brasil
Dalam proses penyebaran islam di Brasil, terjadi dalam tiga tahap. Islam di Brasil bukan tergolong baru. Taqi el – Din membagi persinggungan Brasil dengan Islam dalam tiga periode pertumbuhan Islam di Brasil.
1. Tahap Pertama
Pertama, dimulai saat Brasil ditemukan oleh pelaut Caprao Portugis pada paruh kedua abad ke-15. Di banyak sumber disebutkan bahwa Caprao dibantu oleh para pelaut muslim yang berpengalaman dari semenanjung Iiberia.
Ada juga beberapa sumber yang mengatakan bahwa beberapa Muslim lolos dari Inkuisisi, dan melarikan diri ke Brasil di mana mereka bisa menjalankan agama mereka lebih terbuka. Namun, mereka segera disiksa oleh Inkuisisi di Brasil dan perahunya ditenggelamkan. Para inkuisitor mengidentifikasi mereka sebagai muslim karena mereka mandi pada hari Jumat dan memakai pakaian putih dalam acara-acara tertentu.
2. Tahap Kedua
Ketika Portugis mulai membawa budak dari Afrika Barat untuk dipekerjakan sebagai buruh reklamasi lahan yang luas di Brasil pada abad 16. Banyak dari mereka adalah Muslim, bahkan mayoritas adalah Muslim. Beberapa dari mereka adalah Imam dan sarjana yang dicampur dengan budak.
Para imam dan sarjana muslim tersebut sengaja membuat diri mereka ditawan guna melindungi saudara-saudara mereka yang seagama. Ketika Muslim Afrika Barat tiba ke Brasil, mereka secara paksa dibaptis oleh Portugis yang membawa mereka, itulah sebabnya mereka mempraktekkan Islam secara rahasia. Mereka mempertahankan gaya hidup Islami di gubuk mereka dengan mendirikan sekolah dan membaca Qur’an.
Menjelang akhir abad ke-18 sekelompok Muslim dari Afrika tengah dikirim ke Brasil. Datang dari tanah dengan peradaban Muslim yang maju, para pendatang memainkan peran dalam menghasut pemberontakan di antara penduduk Afrika barat yang sudah menetap. Dengan demikian, sejumlah revolusi dimulai dan pemberontakan dimulai dari awal abad ke-19 ( 1800-1805-1811).
Pada tahun 1835 sebuah revolusi Islam besar meletus di negara bagian Bahia, dan dijuluki sebagai “Kebangkitan Kaum Budak.” Ini ditujukan untuk pembebasan para budak dan pembentukan sebuah Negara Islam di Brasil. Revolusi gagal karena hancur. Untuk pertama kalinya, negara penjajah mengirim kembali “kaum budak” ke Afrika Barat di mana mereka memainkan peran besar kemudian dalam sejarah wilayah ini . Beberapa di antara mereka kembali dan lainnya tersebar di seluruh penjuru Brasil.
Islam diperkenalkan ke Brasil untuk kedua kalinya oleh orang Muslim Afrika. Mereka memiliki pengaruh yang besar pada sektor pertanian, industri dan pertambangan emas. Di ranah Protugis, mereka termasuk ahli, sebagai “guru” dalam ketiga sektor tersebut. Enam puluh tahun dari tahun 1830 dan seterusnya, semua Muslim hampir lenyap.
3. Tahap Ketiga
Tahap ketiga muncul dari pengaruh datangnya glombang imigran Muslim Syro- Lebanon pada tahun 1920. Ini berlanjut sampai hari ini . LSM Muslim pertama adalah Organisasi Amal Islam yang didirikan pada tahun 1929. Organisasi tetap satu-satunya Lembaga Islam sampai pertengahan 1950 -an ketika kaum Muslim mulai berpikir untuk membentuk organisasi-organisasi lain di daerah lain di negeri ini. Hari ini umat Islam sudah memiliki 80 organisasi di seluruh negeri di samping 100 masjid.
Keadaan Umat Muslim Brasil
Brasil dikenal sangat menjaga hubungan baik dengan orang-orang Arab dan Muslim. Tidak terlibat peperangan dengan negara Muslim atau Arab. Selain itu, Brasil termasuk negara yang berdasarkan kebebasan, hukum, dan hak-hak kewarganegaraan. Arab, Muslim dan non-Muslim, memainkan peran besar dalam kemajuan ekonomi dan politik Brasil. Ada sekitar 10 sd 12 juta warga Brasil berlatarbelakang negara-negara Arab. Mereka menikmati banyak kebebasan.
Kebebasan yang dinikmati oleh orang-orang Arab di Brasil lebih luas dibandingkan dengan negara-negara Amerika Latin lainnya. Ini adalah negara yang mengakui semua sekte dan agama secara sama. Ada banyak organisasi dilindungi oleh negara karena negara menentang segala macam diskriminasi agama.
Bahkan dalam keamanan, di pihak kepolisian ada divisi yang menangani diskriminasi agama di mana setiap orang dapat mengajukan keluhan. Misalnya di Argentina sampai beberapa tahun yang lalu, umat Islam tidak bisa memberikan nama-nama Muslim untuk anak-anak mereka. Pembatasan seperti ini sekarang muncul, tetapi di Brasil hal itu tidak bisa dibayangkan.
Brasil juga memiliki pendirian tegas terhadap dalam hal memperkenalkan langkah-langkah strategis untuk menempatkan orang-orang Arab dan Muslim di bawah pengawasan ketat setelah peristiwa ledakan 9/11. Brasil lebih memilih untuk menangani masalah itu secara rasional dan bijaksana.

itulah ulasan singkat Sejarah Perkembangan Islam di Brasil (Brazil)
Sumber referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Brasil
http://www.eramuslim.com/dakwah-mancanegara/muslim-brasil-hasil-kerja-panjang-para-budak-asal-afrika.htm#.Uuc29NKwrIU
http://pcnucilacap.com/islam-dan-perkembangan-umat-muslim-di-brasil

KONFLIK UMAT ISLAM DI REP AFRIKA TENGAH...



Mereka bergabung dalam satu kelompok yang diberi nama antibalaka. Wanita ini juga jago bertarung menggunakan pedang.
©AFP PHOTO/FRED DUFOUR

Kelompok wanita antibalaka berpose sambil memegang senjata tajam saat berjaga di Pulau Mbongo Soa, Bangui, Repubilk Afrika Tengah, Jumat (21/2). 
 
 
Pada 20 Februari 2014, Setiausaha Agung PBB, Ban Ki-Moon telah menyeru supaya bantuan ketenteraan ke Republik Afrika Tengah dipertingkatkan lagi bagi mengelakkan krisis di sana daripada menjadi semakin buruk. Semenjak Majlis Keselamatan PBB meluluskan campurtangan ketenteraan pada 5 Disember 2013, sebanyak lebih daripada 5000 orang tentera dari Perancis dan negara-negara di Afrika telah memasuki negara tersebut. Namun, campurtangan ketenteraan ini bukan sahaja gagal mengekang keganasan yang diperlakukan oleh puak militia Kristian, bahkan mereka semakin menjadi-jadi dalam menindas, membunuh, merompak, memusnahkan harta kaum Muslimin serta mengusir mereka. Michel Djotodja, yang merupakan Muslim pertama yang menjadi Presiden negara itu telah meletakkan jawatannya pada 10 Januari 2014 dan digantikan oleh Catherine Samba-Panza pada 20 Januari 2014. Dalam perkembangan yang sama, Amerika Syarikat pula telah menyatakan sokongan terhadap pasukan tentera gabungan Afrika dan mendesak supaya pilihanraya diadakan menjelang Februari 2015. Persoalannya, apakah sebenarnya yang sedang berlaku di sana dan bagaimanakah krisis tersebut boleh tercetus? Ke arah manakah krisis ini sedang menuju?

Dalam merungkai persoalan tersebut, kita sewajarnya menelusuri perkara ini dari sudut kedudukan umat Islam di Afrika Tengah dan juga siri rampasan kuasa yang berlangsung di sana serta keterkaitannya dengan konflik antarabangsa.
.
1. Dianggarkan peratusan kaum Muslimin di negara tersebut adalah antara 15 hingga 20% daripada 5 juta populasi keseluruhan. Namun, anggaran tersebut tidak dapat dipastikan kesahihannya lantaran perkembangan Islam yang pesat di negara tersebut. Perkembangan Islam di Republik Afrika Tengah (RAT) adalah sangat pesat khasnya di Bangui, iaitu ibu negara republik tersebut serta di wilayah utaranya yang pernah dinaungi oleh pemerintahan kesultanan Islam Bajrami (yang turut meliputi kawasan selatan Chad yang berjiran dengan republik tersebut). Islam turut berkembang pesat semenjak kurun ke-13 Masihi dan menyebabkan banyak suku kaum Afrika seperti kaum Rongha dan Vakaca menganut ajaran tauhid ini.

Terdapat juga sebilangan kaum Muslimin khasnya dari wilayah Barat Afrika seperti puak Hausa dan Fulani telah berhijrah ke wilayah barat negara tersebut yang berjiran dengan Cameron pada kurun ke-18 dan ke-19 Masihi. Mereka turut berkerjasama dengan saudara seakidah mereka yang telah lama menetap di kawasan tersebut dalam menentang usaha penjajahan oleh Perancis.

Pihak kolonialis Perancis, khasnya di bawah kerajaan boneka Patasse pada kurun yang lalu telah cuba untuk menyekat perkembangan Islam dengan mengasingkan penduduk Muslim dan bukan Islam. Mereka juga telah menghadkan keterlibatan kaum Muslimin dalam bidang pentadbiran dan perkhidmatan awam, yang akhirnya menyebabkan ramai umat Islam di sana menceburkan diri dalam bidang perdagangan dan perniagaan. Hakikat ini menjadi lebih ketara sewaktu tercetusnya krisis ini, di mana ribuan umat Islam telah menjadi pelarian sehingga menyebabkan banyak urusan perdagangan di negara tersebut tergendala lalu menimbulkan krisis makanan khasnya di Bangui.

2. Penjajahan Perancis bermula di Afrika Tengah pada tahun 1885 dengan pembukaan pangkalan mereka di Bangui. Kawasan tersebut telah menjadi koloni Perancis secara rasminya pada tahun 1894. Meskipun kemerdekaan telah diberikan kepada republik tersebut, namun Perancis tetap masih memainkan peranan dalam mencorak pemerintahan di negara tersebut. Mereka telah melantik David Dacko sebagai Presiden yang terkenal dengan kezalimannya dalam menindas seteru politiknya sepanjang dua tahun pemerintahannya. Amerika Syarikat (AS) yang sedang berusaha untuk meluaskan pengaruhnya di Afrika melihatnya sebagai peluang bagi mengukuhkan cengkaman mereka di wilayah tersebut.

Pada tahun 1961, AS telah bersepakat dengan Kesatuan Soviet (USSR) untuk melenyapkan kolonialisme di Afrika. Dalam mencapai matlamat tersebut, mereka telah menyuntik semangat di kalangan penduduk Afrika untuk bangkit menentang pihak kolonialis. Disebabkan khuatir untuk kehilangan pengaruhnya, Perancis telah mengatur satu rampasan kuasa melalui Jean-Beddle Bokassa pada tahun 1966 lalu kemudian melantik bekas presiden, David Dacko sebagai penasihatnya bagi meredakan sentimen anti-penjajah yang dimainkan oleh AS-USSR. Melalui percaturan tersebut, Perancis berusaha untuk memastikan sebarang penentangan terhadap penguasaannya di negara tersebut dapat dipadamkan melalui kekerasan oleh rejim tentera yang menjadi boneka Perancis.

Kemudian, Bokassa mengisytiharkan dirinya sebagai Maharaja pada tahun 1976 dan meneruskan kezalimannya di bawah telunjuk tuannya iaitu Perancis. Bokassa sangat mengkagumi Perancis, bahkan mengurniakan gelaran Pope kepada Presiden Perancis, Charles de Gaulle. Kekejaman Bokassa, yang meliputi amalan kanibalisme dan pembunuhan kanak-kanak telah menimbulkan persepsi yang amat buruk di kalangan masyarakat antarabangsa. Perancis telah menggulingkan Bokassa dan mengembalikan David Dacko sebagai Presiden pada tahun 1979. Namun, pemerintahan Dacko tidak kekal lama apabila Jeneral Andre Kolingba menggulingkannya pada bulan September 1981.

Dalam perkembangan yang sama, Perancis juga telah berjaya menyingkirkan kerajaan pimpinan Habre yang pro-Amerika di Chad dan menggantikannya dengan ejennya Idriss Deby pada tahun 1990. Sejajar dengan itu, pengaruh Perancis di Afrika Tengah telah menjadi semakin kukuh kerana Chad merupakan teras dalam menjamin penguasaan di wilayah tersebut. Setelah memastikan pengaruhnya kukuh, Perancis telah menganjurkan pilihanraya di negara tersebut kerana ingin mengalahkan kempen propaganda AS yang terfokus kepada retorika  usaha mengembalikan demokrasi di Afrika.

Pada tahun 1993, Felix Patasse, pemimpin pembangkang yang merupakan ejen Perancis telah berjaya memenangi pilihanraya Presiden. Namun, kezaliman Patasse dalam menindas seteru politiknya telah mencetuskan pemberontakan bersenjata oleh pelbagai etnik yang diketuai oleh pemimpin pembangkang, Reverend Francois Bozize. Bozize telah mengangkat sumpah sebagai Presiden republik tersebut pada 15 Mac 2003.

Meskipun Bozize berjaya meraih kekuasaan  kerana mendapat sokongan daripada kaum Muslimin di RAT, namun mereka dilayan sebagai musuh dan dipinggirkan. Bozize juga telah menganjurkan pilihanraya yang berat sebelah pada tahun 2005 dan 2011 serta mengisytiharkan kemenangannya sendiri. Dalam tempoh ini, para pemimpin lima buah organisasi yang terdiri daripada kaum Muslimin telah bergabung membentuk pakatan Seleka/Celica untuk melancarkan pemberontakan bersenjata di bawah pimpinan Djaotodja. Bozize telah bertindakbalas dengan mengerahkan tentera untuk menyerang kaum Muslimin sehingga mengakibatkan ratusan nyawa terkorban.

3. Sebuah persidangan telah diadakan pada 1 November 2013 di Libreville, Gabon bagi membincangkan penyelesaian antara Presiden Bozize dan pemimpin Seleka. Pihak Seleka mendesak supaya hak kaum Muslimin dikembalikan, pengiktirafan Islam sebagai agama, serta pengiktirafan terhadap sambutan ‘Aidilfitri dan ‘Aidiladha. Natijahnya, Bozize dapat mengekalkan kuasa sehingga tahun 2016 berdasarkan perjanjian yang telah dimeterai, walaupun tangannya masih lagi berlumuran dengan darah kaum Muslimin. Sebahagian daripada pemberontak Seleka telah diserap masuk ke dalam angkatan tentera RAT.

Bozize telah memungkiri janjinya, dan meneruskan semula penindasan terhadap kaum Muslimin. Sekaligus menyebabkan pemberontak Seleka kembali mengangkat senjata dan menggulingkan Bozize pada 24 Mac 2013. Kemudian, Michel Djotodja telah diangkat menjadi Presiden. Hal ini menimbulkan kegusaran bagi Perancis kerana Djotodja merupakan seorang Muslim walaupun Djotodja telah memberikan jaminan bahawa RAT sebagai sebuah negara sekular sebagaimana yang telah dilaporkan oleh The Gulf pada 31 Mac 2013.
Demi menjaga hati Barat khasnya Perancis, Djotodja juga bertindak untuk tidak melucutkan senjata pihak militia Kristian. Namun, Perancis tetap tidak mengiktiraf kepimpinan Djotodja kerana latarbelakangnya sebagai seorang Muslim. Lalu Perancis menganjurkan persidangan di Chad pada 3 April 2013 sebagai langkah untuk menjatuhkan kredibiliti Djotodja. Meskipun Majlis Peralihan telah mengumumkan pemilihan Djotodja sebagai Presiden pada 13 April 2013, namun kerajaan Perancis tetap enggan mengiktirafnya. Perancis telah menarik balik bantuan terhadap RAT, sedangkan pada hakikatnya dalam masa yang sama mereka  selama ini telah pun merompak hasil mahsul RAT yang kaya dengan batuan dan galian.

4. Perancis telah berusaha untuk melakukan campurtangan dengan menimbulkan permasalahan sebagai alasan untuk menjustifikasikan tindakan mereka. Pihak Majlis Keselamatan telah meluluskan tindakan ketenteraan di RAT pada 5 Disember 2013 dan operasi ketenteraan telah berlangsung pada 8 Disember 2013. Hasil daripada tekanan Perancis, Michel Ando Djotodja telah mengumumkan perletakan jawatannya dalam persidangan di Chad pada 10 Januari 2014. Beliau telah digantikan oleh Datuk Bandar Bangui, Catherine Samba-Panza sebagai Presiden sementara pada 20 Januari 2014.

Pihak militia Kristian telah mencetuskan ketegangan sebaik sahaja perletakan jawatan Djotodja. Mereka telah bertindak zalim terhadap penduduk Muslim khasnya di Bangui. Pihak militia khasnya yang digelar sebagai “Anti Balaka” dibiarkan berleluasa dalam melakukan penindasan dan pembunuhan, sedangkan dalam masa yang sama sebanyak 7000 orang pemberontak Seleka telah dilucutkan senjata oleh tentera Perancis dengan alasan untuk menjaga keamanan. Penduduk Muslim bukan sahaja diancam pembunuhan, bahkan jenazah mereka telah dibakar dan dimakan oleh pengganas Anti Balaka. Harta benda, masjid, sekolah, dan institusi milik kaum Muslimin turut dimusnahkan oleh perusuh tanpa sebarang tindakan oleh tentera “pengaman” Perancis dan Kesatuan Afrika (AU).

Menurut laporan BBC (12 Februari 2014), puluhan ribu penduduk Muslim telah melarikan diri ke Cameroon dan Chad manakala sebilangan lagi terpaksa mencari perlindungan di kem-kem pelarian dalam republik tersebut. Pihak Amnesty International pula telah mengeluarkan kenyataan bahawa situasi yang berlaku di RAT jelas merupakan tindakan penghapusan etnik, namun ia dinafikan oleh Presiden Samba-Panza.

5. AS cuba mengambil kesempatan untuk campurtangan di sebalik kekejaman yang dilakukan oleh Perancis melalui ejennya. Lalu AS telah berusaha untuk meningkatkan lagi keterlibatan negara-negara Afrika dalam operasi ketenteraan di RAT dengan harapan untuk meminggirkan Perancis sekaligus mengambil alih peranan Perancis. Hal ini lantaran wujudnya dakwaan keterlibatan tentera Perancis dalam membiarkan kezaliman pihak militia Kristian, sekaligus meningkatkan desakan agar pihak tentera negara-negara Afrika menggantikan tentera Perancis. Melalui pengaruhnya, AS telah mendesak agar PBB meningkatkan lagi keterlibatan tentera negara-negara Afrika sekaligus mengurangkan campurtangan Perancis di RAT.

Wakil Tetap AS ke PBB, Samantha Power dan Timbalan Setiausaha Negara bagi Urusan Afrika, Linda Thomas-Greenfield telah mengadakan pertemuan dengan wakil kerajaan sementara RAT di Bangui. Dalam satu kenyataan, Thomas-Greenfield telah menegaskan bahawa tentera di bawah mandat Kesatuan Afrika sangat diperlukan dalam misi ketenteraan (MISCA) dalam usaha untuk melucutkan senjata kumpulan-kumpulan bersenjata (sumber: IIP Digital, laman U.S Department of State 23 Disember 2013).

Bagi menyeimbangi tindakan AS, Perancis telah meningkatkan lagi jumlah tenteranya di RAT kepada 2000 orang. Perancis juga berhasrat untuk meningkatkan lagi keterlibatan tentera daripada Kesatuan Eropah (EU) bagi menyeimbangkan pengaruh AS dalam konflik ini. Menurut petikan daripada sebuah sumber diplomatic,  keterlibatan tentera EU dianggarkan boleh mencapai sehingga 900 orang, menjangkaui jangkaan sebanyak 500 orang. (sumber AFP 14 Februari 2014)

Jelaslah bahawa campurtangan ketenteraan ini, baik sama ada di pihak Perancis dan sekutunya di Eropah atau AS dan sekutunya di negara-negara Afrika, bukanlah bertujuan untuk menjaga keamanan dan memelihara penduduk Islam daripada kezaliman. Sekiranya benar mereka ingin membela kaum Muslimin, sudah tentu mereka boleh melakukannya dengan mudah sekali terhadap negara kecil yang serba kekurangan ini. Sebaliknya campurtangan tersebut jelas menunjukkan persaingan antara AS dan Perancis dalam melebarkan pengaruh mereka di rantau Afrika. Darah kaum Muslimin di RAT telah menjadi harga dalam pertaruhan dan percaturan antara AS dan Perancis bagi mengukuhkan pengaruh masing-masing.

6. Bagi tujuan tersebut, AS telah berusaha mengukuhkan pengaruhnya di Afrika Tengah dengan cara mendokong campurtangan tentera negara-negara Afrika dan misi mereka. Di bawah pengaruh AS, Majlis Keselamatan PBB telah memohon “pertambahan sebanyak 3000 orang tentera dan polis bagi meningkatkan keselamatan dan melindungi orang awam” (sumber: AFP 20 Februari 2014). Ternyata AS akan berusaha untuk berkompromi dengan Perancis dalam melebarkan pengaruhnya di RAT melalui proses pilihanraya dengan mengeksploitasi darah kaum Muslimin yang telah ditumpahkan! Dalam pada itu, Perancis juga dijangka akan akur dengan percaturan AS dengan harapan supaya pengaruhnya dapat dikekalkan meskipun semakin berkurangan. Dalam kesempatan itu, Perancis juga akan terus berusaha mengekalkan pengaruhnya dengan meletakkan ejennya sebagai calon dalam pilihanraya akan datang.

7. Kesimpulannya, jelaslah bahawa darah kaum Muslimin telah dijadikan cagaran dalam perebutan antara AS dan Perancis di RAT. Tujuan sebenar campurtangan mereka bukanlah kerana ingin melakukan pembelaan terhadap warga emas, kanak-kanak dan wanita yang diseksa dan dibunuh. Sebaliknya negara-negara kolonialis inilah yang menumpahkan darah kaum Muslimin dan membiarkan militia Kristian bermaharajalela melakukan pembunuhan.

Lebih menyedihkan lagi apabila mengenangkan nasib yang menimpa umat Islam tatkala darah mereka ditumpahkan juga di Palestin, Burma, Kashmir, Chechnya, Tatarstan, Syria dan juga di RAT tanpa sebarang pembelaan. Sebaliknya, para penguasa kaum Muslimin hanya cenderung berdiam diri, sikap berkecuali dan akur kepada telunjuk Barat.

Hakikatnya, umat Islam pada hari ini telah kehilangan perisai yang melindungi mereka iaitu Khalifah yang memimpin Daulah Khilafah dan akan bingkas melakukan pembelaan.
وَإِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
"Sesungguhnya Imam/Khalifah itu adalah laksana perisai, di belakangnya umat berperang dan dengannya umat berlindung." [HR Bukhari]

وَيَقُولُونَ مَتَى هُوَ قُلْ عَسَى أَن يَكُونَ قَرِيبًا

“Lalu mereka menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata (sambil mengejek), ‘Bilakah itu (akan berlaku)?.  Katakanlah, "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu tidak lama lagi."
[TMQ Al-Israa’ 17:51]

23 Rabiul Akhir 1435H
23 Februari 2014

Sumber: Q&A – The Conflict in Central Africa

Tuesday, September 10, 2013

Bahayakah Syi’ah?

PDF Cetak E-mail
Share on MySpace

Artikel ini terjemahan kepada tulisan ahli sejarah, Dr Raghib as-Sarjani* pada 30 April 2009 yang berjudul “Bahaya Syi’ah”. Judulnya sengaja ditukar kepada bentuk soalan supaya kita sama-sama dapat memberikan jawapan kita sendiri apabila membaca artikel ini sampai tamat.

Ramai di kalangan umat Islam berpandangan bahawa untuk mengambil pendirian tertentu terhadap Syi'ah merupakan suatu perkara yang sukar, suatu perkara yang membingungkan. Kesukaran ini berpunca dari pelbagai sebab. Antaranya:



1. Tiada maklumat. Bagi kebanyakan umat Islam, Syi'ah merupakan suatu entiti yang kabur, tidak diketahui apa hakikat sebenarnya, bagaimana ia muncul, tidak pernah dikaji masa lampaunya dan tidak dipeduli masa depannya. Dengan itu, terlalu ramai di kalangan umat Islam yang percaya bahawa Syi'ah tidak lain hanya satu daripada mazhab-mazhab dalam Islam seperti Syafi'ei, Maliki dan seumpamanya. Mereka tidak mengetahui bahawa perselisihan antara Sunnah dan Syi'ah bukan pada perkara cabang sahaja, tetapi banyak perselisihan dalam perkara usul atau pokok juga.



2. Kebanyakan Muslimin tidak berpijak di alam realiti dan tidak melihat daripada sudut amali. Mereka hanya menganyam mimpi-mimpi yang positif tanpa membuat sebarang kajian dan analisis. Maka kita dapati sebahagian mereka berkata, seolah-olah mereka bercakap dengan bahasa logik, kenapa kita bercakaran? Mari kita duduk. Lupakan perselisihan kita. Orang Sunnah letakkan tangannya di atas tangan orang Syi'ah bersatu di atas jalan yang sama. Bukankah kita semua beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan Hari Akhirat?



Mereka lupa sebenarnya perkara ini amat rumit, jauh lebih sukar daripada apa yang mereka duga. Sebagai contoh, orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta Hari Akhirat, tetapi ia menghalalkan arak atau zina umpamanya, maka ia jadi kafir. Menghalalkan sesuatu perkara bermaksud ia menganggapnya halal, mengingkari keharaman yang telah dinyatakan di dalam al-Quran atau as-Sunnah.



Apabila kita mengambil isu ini sebagai titik tolak kepada pandangan kita, maka kita akan nampak beberapa perkara yang sangat-sangat berbahaya dalam cerita Syi'ah yang memerlukan penelitian yang mendalam oleh para ulamak bagi menentukan pandangan agama terhadap bid'ah puak Syi'ah yang tersasar jauh.



Kemudian, antara perkara yang agak sulit juga ialah banyak pertelingkahan dan permasalahan di kebanyakan negara-negara umat Islam, banyaknya musuh-musuh daripada kalangan Yahudi, Tentera Salib, Komunis, Hindu dan lain-lain. Maka, setengah mereka yang kononnya berpegang kepada logik berpandangan, kita tidak sepatutnya membuka gelanggang pertelingkahan yang baru.



Pandangan ini mungkin betul kalau sekiranya gelanggang itu tertutup dan kita cuba untuk membukanya. Tetapi kalau gelanggang itu memang telah sedia terbuka dan perlawanan telah pun bermula, serangan datang bertubi-tubi pagi dan petang. Maka dalam keadaan ini, berdiam diri merupakan sesuatu yang amat memalukan. Tidak ada alasan yang munasabah, kebanyakan pihak mengulang-ulang persoalan adakah mereka lebih bahaya daripada Yahudi?



Sesungguhnya soalan seperti itu sebenarnya bertujuan untuk mendiamkan mulut orang yang peka dengan kepentingan umat dan merencatkan usaha orang yang bekerja untuk memelihara dan melindungi kesejahteraannya. Saya ingin menjawab soalan mereka dengan berkata kepada mereka: apakah yang menghalang umat Islam berdepan dengan dua bahaya yang mengancam pada satu waktu yang sama? Adakah orang Islam Sunnah yang sengaja  mencari hujah untuk menyerang Syi'ah, atau realitinya telah jelas dengan lebih daripada satu dalil bahawa serangan datang daripada pihak mereka?



Sesungguhnya kita telah bentangkan sejarah Syi'ah dalam dua artikel terdahulu “Asal-usul Syi'ah” dan artikel “Penguasaan Syi'ah”, kita dapati pencerobohan Syi'ah secara terang-terangan ke atas umat Islam, dan saya tidak mengira realiti kita hari ini berlainan daripada sejarah silam kita, bahkan saya menyaksikan bahawa sejarah memang berulang, dan anak-anak mewarisi dendam kesumat bapa dan datuk mereka.



Kita tidak boleh mengharapkan kebaikan lahir daripada mereka yang mendakwa seluruh generasi sahabat itu rosak kecuali beberapa orang sahaja. Dakwaan itu jelas mendustakan kata-kata Rasul kita SAW yang bermaksud: "Sebaik-baik manusia adalah kurunku." Ini adalah Hadis yang terdapat di dalam kitab al-Bukhari dan Muslim juga kitab-kitab sahih lain termasuk sunan dan musnad.



Sesungguhnya realiti Syi'ah pada zaman kita sekarang, bukan zaman dahulu saja, amat sedih dan menyakitkan.



Mari kita ulangkaji beberapa perkara penting supaya pandangan kita lebih jelas. Dengan itu akan membantu kita untuk memahami pendirian yang paling ideal yang wajib kita ambil terhadap Syi'ah. Dan pada ketika itu juga, kita akan tahu adakah kita wajib bercakap atau diam lebih afdhal?




PERTAMA:



Semua kita mengetahui pendirian Syi'ah terhadap para Sahabat Rasulullah SAW bermula daripada Abu Bakar as-Siddiq, Umar al-Faruq, Dzun-Nurain Uthman bin Affan radhiallahu 'anhum, sampailah kepada Ummahatul Mukminin, terutamanya Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha, sehingga meliputi seluruh generasi yang hebat ini. Kitab-kitab rujukan mereka, bahkan aqidah dan rukun kepercayaan mereka mendakwa generasi sahabat adalah fasiq atau murtad. Kebanyakan mereka dihukum sesat serta dituduh menyembunyikan agama dan menyelewengkannya.



Di sini, adakah kita wajib memerhati dan mendiamkan diri untuk mengelak berlakunya fitnah?



Manakah fitnah yang lebih besar daripada menuduh generasi yang unik ini sebagai fasad dan dusta?



Mari rujuk bersamaku kata-kata yang cukup mendalam yang pernah diucapkan oleh sahabat besar, Jabir bin Abdullah RA: “Apabila akhir umat ini melaknat generasi awalnya, maka sesiapa yang ada ilmu di sisinya, maka zahirkanlah. Sekiranya dia menyembunyikannya, seolah-olah dia menyembunyikan apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW.”



Adakah kamu faham betapa mendalamnya makna yang terkandung di dalam kata-kata itu?

Sesungguhnya mencerca generasi sahabat bukan sekadar mencerca satu kaum yang telah pergi bersama dengan apa yang telah mereka sumbangkan, tidak seperti apa yang disebut oleh setengah pihak bahawa cercaan itu tidak memudaratkan mereka kerana mereka telah berada di dalam syurga.



Namun masalah ini sangat bahaya kerana mencerca para sahabat pada hakikatnya secara langsung mencerca dan meragui agama ini. Ini kerana kita tidak menerima agama kecuali daripada sahabat-sahabat ridhwanullahu ‘alaihim. Apabila diragui akhlak mereka, niat mereka dan amalan mereka, maka agama mana yang kita akan ikut? Sesungguhnya jika kita terima dakwaan mereka, lenyaplah agama ini, lenyaplah hadis-hadis Rasulullah SAW dan suruhan-suruhannya.



Bahkan kita bertanya kepada Syi’ah, al-Quran mana yang kamu baca? Bukankah al-Quran ini disampaikan oleh seluruh sahabat yang kamu cerca itu? Bukankah orang yang bertanggungjawab mengumpul al-Quran adalah Abu Bakar as-Siddiq RA yang kamu dakwa membuat helah untuk meraih jawatan khalifah? Mengapa kamu tidak mengubah al-Quran sebagaimana kamu kata orang Sunnah mengubahnya?



Sesungguhnya Rasul kita SAW bersabda dalam sepotong hadis bermaksud: “Hendaklah kamu berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’ ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk selepasku.” Maka sunnah Khulafa’ ar-Rasyidin merupakan satu juzuk yang tidak boleh dipisahkan daripada agama Islam. Apa yang dilaksanakan oleh Abu Bakar, Umar, Uthman dan Ali sama ada hukum-hakam dan pendirian-pendirian merupakan hujah yang wajib dipegang oleh kaum Muslimin sepanjang waktu dan tempat sehingga ke hari kiamat. Maka bagaimana mungkin kita menerima cercaan dan tuduhan jahat ke atas mereka?



Lantaran itu kita dapati ulama’ kita yang mulia terus bangkit apabila melihat seseorang mencerca sahabat walaupun dengan satu perkataan. Contohnya, Ahmad bin Hanbal berkata: “Apabila kamu melihat seseorang menyebut sesuatu yang tidak baik tentang sahabat Rasulullah SAW, maka raguilah keislamannya.”



Al-Qadhi Abu Ya’li berkata: “Pendirian para fuqaha’ tentang mencela sahabat, sekiranya seseorang mencela dalam keadaan dia menganggap perbuatan itu halal, maka dia kafir. Kalau dia tidak menganggap perbuatan itu halal, maka dia fasiq.”



Abu Zur’ah ar-Razi berkata: “Apabila kamu melihat seseorang merendahkan sahabat Nabi SAW, ketahuilah bahawa dia adalah zindiq.”



Ibnu Taimiyyah berkata: “Sesiapa yang mendakwa bahawa para sahabat telah murtad selepas kewafatan Rasulullah SAW kecuali beberapa orang yang tidak sampai sepuluh orang, atau menuduh semua sahabat telah fasiq, maka tiada keraguan lagi tentang kekufurannya.”



Semua itu menunjukkan betapa beratnya orang yang memperlekehkan sahabat kerana sahabat merupakan orang yang menyampaikan agama ini kepada kita. Kalau diragui atau direndah-rendahkan salah seorang daripada mereka, maka sebenarnya kita meragui agama ini sendiri. Selain itu, generasi sahabat dipuji dalam beberapa ayat al-Quran serta hadis-hadis Nabi SAW di beberapa tempat yang tidak terhitung. Jadi, mencerca sahabat bererti mendustakan Allah dan Rasul-Nya.



Boleh jadi ada orang akan berkata, kami tidak pernah mendengar si fulan atau seorang ketua Syi’ah sekarang mencerca sahabat? Saya ingin menarik perhatian mereka kepada tiga noktah:



Noktah Pertama:



Syi’ah Ithna ‘Asyariyyah (Syiah Imam 12) dibina di atas asas bahawa sahabat berkonspirasi ke atas Ali dan Ahlul Bait (ahli keluarga Nabi SAW), juga ke atas imam-imam yang menjadi pegangan Syi’ah. Oleh itu tidak ada di sana Syi’ah Ithna ‘Asyariyyah (Iran, Iraq dan Lubnan) kecuali beri’tiqad bahawa sahabat adalah fasad (rosak agamanya). Andainya mereka beri’tiqad sahabat tidak fasad, runtuhlah prinsip Syi’ah daripada asasnya.



Oleh itu, sesuatu yang telah diketahui umum bahawa semua Syi’ah, pemimpin serta pengikutnya tidak percaya serta tidak menghormati sahabat dan tidak mengambil agama daripada mereka dalam apa bentuk sekalipun.



Noktah Kedua:



Pemimpin Syi’ah selalunya cuba lari daripada menampakkan sikap mereka yang sangat membenci sahabat. Sekalipun kadang-kadang terpapar pada sesetengah perkataan atau pendirian mereka sebagaimana digambarkan dalam firman Allah yang bermaksud:



"…Dan demi sesungguhnya, engkau akan mengenali mereka daripada gaya dan tutur katanya…” (Muhammad: 30).



Sesungguhnya semua telah menyaksikan perdebatan antara Dr Yusuf al-Qaradhawi (semoga Allah memeliharanya) dengan (Hashemi) Rafsanjani (bekas Presiden Iran) menerusi saluran al-Jazeera. Kita saksikan bagaimana Rafsanjani lari daripada percubaan yang diusahakan oleh Dr al-Qaradhawi untuk membuatkan dia menyebut baik tentang sahabat atau Ummahatul Mukminin.



Dan ketika mana ditanya (Ali) Khamenei, pemimpin Revolusi Iran sekarang tentang hukum mencela sahabat, dia tidak berkata salah atau haram. Sebaliknya dia menjawab dengan jawapan yang kabur. Dia berkata: “Sesungguhnya apa-apa perkataan yang membawa kepada perpecahan di antara golongan Muslimin daripada sudut syara’ adalah haram.” Maka keharaman mencela sahabat menurut pandangannya ialah kerana ia membawa perpecahan, bukan kerana perbuatan itu haram pada asalnya. Perkara ini telah disiarkan di dalam surat khabar al-Ahram Mesir pada 23 November 2006.



Noktah Ketiga:



Menyedari aqidah taqiyyah yang merupakan 9/10 agama di sisi mereka seperti yang mereka katakan sendiri. Ini bermakna mereka memang biasa berkata perkara yang bercanggah dengan aqidah mereka sendiri dalam keadaan mereka tidak ada kuasa. Adapun ketika mereka telah berkuasa, maka mereka akan nyatakan pendirian mereka dengan jelas.



Sesungguhnya kita telah ikuti sejarah Syi’ah. Dan kita lihat bahawa ketika mereka menguasai negeri Sunni seperti Khilafah Abbasiyyah di Iraq, Mesir, Maghribi dan lain-lain, mereka menzahirkan secara nyata kutukan kepada sahabat dan mereka menjadikannya sebagai salah satu daripada perkara asas di sisi mereka.



Oleh itu, jelas kepada kita berdasarkan apa yang dibentangkan kepentingan bercakap untuk menjelaskan kebenaran mengenai sahabat yang mulia. Jika tidak, maka orang yang berdiam diri daripada berkata benar adalah syaitan bisu. Dan akibat berdiam diri dalam hal ini, adalah hilangnya agama itu sendiri.




KEDUA:



Bahaya pengembangan Syi’ah di dunia Islam. Tidak syak lagi bahawa pengembangan Syi’ah bergerak dengan langkah yang perlahan dan berterusan. Mulanya tidak melangkahi tempat-tempat tradisinya Syi’ah tersebar seperti Iran, Iraq dan Lubnan. Sekarang, secara kekuatan telah menjalar ke Bahrain, Emirit, Syria, Jordan, Arab Saudi, Mesir, Afghanistan, Pakistan dan negara-negara Islam yang lain.



Lebih bahaya daripada itu, ramai di kalangan mereka menganut fahaman Syi’ah dalam keadaan mereka tidak menyangka bahawa diri mereka telah jadi Syi’ah. Kami telah menerima beberapa artikel yang agak banyak juga dihantarkan kepada kami oleh beberapa orang penulis yang mendakwa dirinya Sunni, tetapi sarat dengan fikrah serta manhaj Syi’ah. Bukan satu rahsia lagi terdapat serangan dan celaan secara terang-terangan terhadap sahabat di dada-dada akhbar dan saluran TV di negara Sunni.



Akhir-akhir ini, yang paling masyhur dan menonjol ialah serangan yang ditujukan kepada Sayyidatuna Aisyah RA melalui salah satu akhbar di Mesir dan serangan yang dihalakan kepada al-Bukhari rahimahullah. Begitu juga terdapat rancangan TV yang diterbitkan oleh seorang wartawan terkenal, di mana dalam setiap siri terdapat celaan terhadap para sahabat RA.



Perkara yang tambah menyulitkan dan tidak mungkin didiamkan ialah berlaku gabungan antara manhaj Syi’ah dengan manhaj Sufi dengan alasan kedua-duanya mempunyai persamaan dari segi cintakan Ahlul Bait. Sebagaimana kita ketahui, mazhab-mazhab Sufi bertebaran di kebanyakan negara-negara Islam.



Mazhab-mazhab Sufi ini pula diselaputi dengan banyak perkara-perkara bid’ah dan munkar. Dan terdapat persamaan dengan Syi’ah dalam setengah perkara seperti memuja kubur Ahlul Bait. Dengan itu, penyebaran Syi’ah adalah sesuatu yang tidak boleh dielakkan dalam suasana meluasnya kumpulan-kumpulan Sufi di negara-negara Islam.




KETIGA:



Kedudukan Iraq sekarang amat bahaya. Pembunuhan Muslimin Sunni dengan sebab kecenderungan mereka kepada Sunnah berlaku berulang-ulang dan menjadi satu kebiasaan. Setiausaha Agung Jabhah Ulama’ Muslimin Sunnah di Iraq, Harith adh-Dhari menyebut bahawa di sana terdapat lebih daripada 100,000 sunni dibunuh oleh puak Syi’ah dalam tempoh antata 2003 - 2006 sahaja.



Di samping itu, terdapat proses penghijrahan yang berterusan dari setengah-setengah tempat untuk memudahkan penguasaan syi’ah ke atas mereka. Tambahan kepada itu, orang-orang yang berhijrah ke luar Iraq, kebanyakannya terdiri daripada penganut Sunnah. Ini membawa kepada perubahan yang membimbangkan dari segi susunan penduduk yang akan mengakibatkan bahaya yang amat parah.



Persoalannya, apakah fitnah mendedahkan isu Syi’ah ini lebih berbahaya daripada pembunuhan begitu ramai yang dilakukan ke atas penganut Sunnah? Sampai bilakah kita mesti berdiam diri tentang hal ini? Dan semua pihak mengetahui bahawa Iran menyokong sepenuhnya operasi pembunuhan mereka yang cenderung kepada Sunnah di Iraq ini.




KEEMPAT:



Ketamakan Iran kepada Iraq amat jelas. Bahkan ia dinyatakan secara jelas dan terus terang. Sesungguhnya sebelum ini telah berlaku peperangan yang panjang antara keduanya menjangkau lapan tahun genap. Dan sekarang jalannya terbentang luas, lebih-lebih lagi Iraq mempunyai kedudukan yang paling penting kepada Syi’ah.



Di Iraq terdapat tempat-tempat suci penganut Syi’ah, kubur enam orang daripada imam-imam mereka, kubur Imam Ali bin Abi Talib RA di Najaf, kubur Husain di Karbala’, kubur Musa al-Kazim, Muhammad al-Jawwad di Baghdad, kubur Muhammad al-Hadi dan Hasan ‘Askari di Samira’. Selain itu, terdapat tempat-tempat yang disangka kubur bagi kebanyakan para Nabi seperti Adam, Nuh, Hud dan Saleh di an-Najaf al-Asyraf. Dan sebagaimana sedia maklum, sangkaan itu tidak sahih.



Tambahan kepada bahaya ketamakan Syi’ah kepada Iraq, Amerika Syrikat berdiri berdiri teguh di belakang dan menyokongnya. Semua kita dapat lihat, betapa kerajaan Syi’ah dijaga dan didukung oleh Amerika. Jangan terpedaya dengan lakonan tuduh menuduh antara Amerika dan Iran. Sesungguhnya Amerika tidak pernah terfikir langsung untuk menyerang Iran sebagaimana yang telah kami jelaskan di dalam artikel “Ba’ba’ Di Bawah Penguasaan”.



Apa yang lebih membimbangkan mereka, bukan setakat tamak kepada minyak Iraq dan segala kekayaannya, bukan setakat meluaskan tanah jajahan takluk Syi’ah, tetapi lebih teruk daripada itu, jenayah dan keganasan merupakan sebahagian daripada agama di sisi mereka. Syi’ah menganggap para sahabat radhiallahu’anhum serta pengikut mereka di kalangan Sunnah yang melancarkan permusuhan dengan Ahlul Bait. Mereka menamakannya sebagai nasibah atau nawasib.



Pada hal kita (Sunni) lebih menghormati Ahlul Bait berbanding dengan mereka. Hasil tohmahan itu, mereka mengeluarkan hukum yang sangat bahaya. Umpamanya, Khomeini berkata: “Dan lebih kuat, kita samakan an-Nasib dengan kafir harbi. Harus mengambil ghanimah (harta rampasan perang) daripada mereka dan diambil 1/5 daripadanya. Bahkan yang zahirnya harus mengambil harta mereka di mana sahaja dan dengan apa cara sekalipun. Dan wajib dikeluarkan 1/5 daripadanya.”



Dan ketika ditanya Imam mereka, Muhammad as-Sadiq ar-Ruhani tentang hukum orang yang mengengkari jawatan kepimpinan Imam 12 mereka, jawapannya sungguh pelik! Dia berkata: “Sesungguhnya imamah lebih tinggi maqamnya daripada nubuwwah. Dan sesungguhnya kesempurnaan agama dengan perlantikan Imam Amirul-Mu’minin (Ali) sebagai Imam. Allah Ta’ala berfirman (Pada hari ini, Aku telah sempurnakan bagi kamu agama kamu – al-Maidah: 3). Sesiapa yang tidak beri’tiqad dengan keimaman Imam-imam 12, dia mati sebagai kafir.”



Sesungguhnya kami telah sebut dalam artikel “Asal-usul Syi’ah” bahawa Khomeini (foto kiri) berkata dalam kitabnya “Hukumah Islamiyyah”, bahawa Imam-imam, darjat mereka sampai ke darjat yang tidak sampai kepadanya malaikat yang muqarrabin dan Nabi-nabi yang diutus. Maka, tidak mengiktiraf Imam-imam ini lebih teruk daripada tidak mengiktiraf Rasulullah SAW.”



Di sini kita lihat, beliau mentafsirkan titik kekufuran di sisi mereka dan daripada situ, lahir hukum halalnya darah orang-orang Sunnah di Iraq dan lain-lain. Dari situ juga mereka menganggap penggabungan Iraq di bawah pemerintahan mereka adalah satu kemestian. Iraq yang mengandungi tempat-tempat suci mereka mesti dibebaskan daripada tangan orang-orang yang mereka anggap “kafir”.




KELIMA



Ancaman secara langsung ke atas Iraq tidak terhenti di sempadan itu sahaja. Ketamakan kepada negara-negara sekitarnya bertambah meluas. Mereka menganggap Bahrain satu juzuk daripada Iran. Ini disebut secara terus terang oleh Ketua Perisik Am, Ali Akbar Natiq Nuri di Pejabat Ketua Revolusi semasa Sambutan Mengingati 30 Tahun Revolusi Iran. Beliau berkata: “Sesungguhnya Bahrain pada asasnya adalah muhafazah (wilayah) Iran ke 14. Ia diwakili oleh Naib Majlis Syura Kebangsaan Iran.”



Bukan rahsia bagi kita bahawa Iran telah menjajah tiga pulau Emiriah Arab Bersatu (UAE) yang penting di Teluk Arab. Bilangan mereka juga bertambah dengan ramainya di UAE. Sekarang, telah mencapai 15% daripada bilangan penduduk, dan mereka menguasai pusat-pusat perniagaan, khususnya di Dubai.



Begitu juga kedudukannya di Arab Saudi. Keadaannya tidak begitu stabil. Sejak tercetus revolusi Iran tahun 1979, ketidakstabilan sering terjadi di Arab Saudi, bahkan boleh dikatakan ia berlaku sejurus selepas revolusi Iran. Demonstrasi-demonstrasi Syi’ah berlaku di Qatif dan Sayhat. Yang paling teruk ialah demonstrasi yang berlaku pada 19 November 1979.

Ia kadang-kadang memuncak sehingga ke tahap pencerobohan ke atas Baitullah al-Haram (Ka’bah) seperti yang terjadi pada tahun 1987 dan 1989. Bahkan, sebenarnya selepas kejatuhan rejim Saddam Husain, 450 orang Syi’ah di Arab Saudi mengemukakan permohonan rasmi kepada Putera Raja ketika itu, Raja Abdullah memohon jawatan tinggi dalam majlis kabinet, barisan diplomat, angkatan tentera dan keselamatan dan mengangkat kedudukan mereka ke Majlis Syura.

Ali Syamkhani (foto kiri), Penasihat Tentera Kanan kepada pemimpin tertinggi Revolusi Iran membuat kenyataan bahawa dalam keadaan Amerika menyerang pusat pembangunan nuklear Iran, maka Iran tidak cukup sekadar menyerang kepentingan Amerika di Teluk. Bahkan Iran akan menggunakan peluru berpandu balistik untuk menyerang sasaran-sasaran strategik di Teluk. Begitu juga pelantar-pelantar minyak dan stesyen-stesyen jana kuasa di negara-negara Teluk Arab. Kenyataan ini disiarkan dalam majalah Times British pada hari Ahad 10 Jun 2007.




Adakah ini segala-galanya?



Tentu sekali tidak. Di sana terdapat banyak lagi permasalahan yang kami belum sentuh.



Di dalam artikel ini, kami hanya menyentuh lima noktah yang menjelaskan bahaya Syi’ah dan ia sangat serius. Di sana terdapat lima noktah lagi yang amat-amat serius. Aku bimbang sekiranya aku cepat-cepat menyebutnya sekarang, bermakna aku tidak memberikan haknya yang sebenar. Lantaran itu, aku menangguhkannya terlebih dahulu. Dengan izin Allah, aku akan sebut dalam artikel akan datang. Dan selepas itu kita akan kemukakan apakah pendekatan yang paling ideal untuk berhadapan dengan mereka dalam suasana yang genting ini.



Sesungguhnya isu Syi’ah bukan isu sampingan dalam isu umat Islam, di mana ada pihak yang meminta supaya isu ini dibiarkan atau ditangguhkan. Sesungguhnya isu ini sepatutnya menjadi aulawiyyat (keutamaan) di kalangan umat Islam. Semua kita sepakat bahawa pembebasan Palestin daripada tentera Salib di tangan Salahuddin al-Ayyubi tidak menjadi kenyataan kecuali setelah Mesir dibebaskan daripada pemerintahan Syi’ah ‘Ubaidi.



Pada ketika itu, Salahuddin tidak berkata bahawa perang Salib merupakan aulawiyyat, manakala masalah pemerintahan Syi’ah ditangguhkan dahulu. Ini kerana, umat Islam tidak akan menang kecuali dengan aqidah yang murni dan tentera yang ikhlas. Salahuddin tidak akan mengambil rakyat Mesir untuk berperang bersama dengannya untuk menentukan satu halatuju yang sangat penting bagi masa depan umat, kecuali bebanan pemerintahan bid’ah (Syi’ah) Ubaidi diangkat daripada bahu-bahu mereka.



Dan apa yang berlaku pada zaman Salahuddin di Mesir dahulu, itulah yang seharusnya berlaku di Iraq sekarang serta di semua negara yang diancam pengaruh Syi’ah. Kita mesti menjadikan sejarah sebagai ibrah (pengajaran).



Kita memohon kepada Allah agar memuliakan Islam dan Muslimin.




Terjemahan: Ustazah Maznah Daud, Ketua Wanita IKRAM

Sumber (Blog Ustazah Maznah): http://zaadut-taqwa.blogspot.com/

Sumber asal: http://islamstory.com/ar/خطر_الشيعة



*Dr Raghib as-Sarjani adalah seorang ahli sejarah Mesir, ulama’ dan doktor perubatan yang telah membuat banyak kuliah yang sangat bermanfaat dan menganalisis pelbagai isu yang berbeza melibatkan ummah, masa lalu dan kini. Tulisan-tulisan beliau boleh dibaca di laman web http://islamstory.com/

Monday, September 9, 2013

FAKTA MENGEJUTKAN TENTANG YAHUDI DI IRAN

Ada fakta yang mengejutkan kita tentang Yahudi di Iran. Suatu Negara yang presidennya, Ahmadinejad selalu menyuarakan kecaman, caci maki dan ingin menghancurkan bangsa Yahudi, tapi ternyata di sana banyak berkeliaran orang Yahudi dengan bebasnya, dan jumlahnya sangat besar.

Di Iran, Yahudi tersebar di tiga kota besar; Tehran, Hamdan, Isfahan. Dan menurut data resmi Iran, ada sekitar 30.000 orang Yahudi di Iran. Sebuah jumlah yang sangat besar di sebuah negara yang katanya anti-Zionis!

Isfahan, yang terletak di tengah-tengah Iran, dikelilingi oleh kota-kota berbasis Syiah-seakan dengan jelas orang-orang Syiah melindungi mereka para Yahudi. Sangat kontras dengan perlakuan mereka terhadap sesama muslim yang berfaham SUNNI. Orang-orang Sunni di Iran diburu seperti tikus, dan ulama-ulamanya digantung. Bahkan orang-orang Sunni tidak punya masjid untuk shalat Jumat. Bandingkan dengan sinagog yang bertebaran di bumi Iran.

Orang-orang Yahudi memiliki hubungan baik dengan pemerintah Iran. Mereka menganggap bahwa orang-orang Sunni sebagai musuh utama mereka. Bahkan, di parlemen Iran, orang-orang Yahudi memiliki wakilnya.

Yang perlu diketahui juga bahwa orang-orang Yahudi di Iran menolak pindah ke koloni Palestina. Mengapa?

Karena, bagi sebagian Yahudi, Iran adalah tempat suci karena banyak nabi mereka dimakamkan di sini.

Misalnya saja Nabi Daneil. Nabi ini adalah salah satu nabi yang sudah meramalkan kejadian-kejadian sebelum kiamat. Dan ia dikenal luas di kalangan Yahudi dan umat Kristen. Selain Nabi Daniel, ada juga Nabi Habqouq, Nabi Sumoil, Qeedar, dan Nabi Hajayy.

Di Iran juga ada makam Bunyamin, saudara Nabi Yusuf. Jadi tidak heran jika Yahudi mengagungkan Iransebagai tanah suci. Dan mereka menganggap Isfahan sebagai kota yang lebih khusus lagi. Kota ini merupakan tempat pertama di mana mereka berkumpul pertama kalinya setelah penghancuran Yerusalem oleh Novukhodonsur

Sejarah sudah menyampaikan hal ini, dan kemudian setelah 70 tahun penangkapan oleh raja Babylon Nebukadnezzar, mereka berkumpul di Isfahan.

Yang lebih mengejutkan ada sebuah hadis Nabi yang tertera di dalam Sahih Muslim, hadis ke 7034: 
"Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam berkata: 'Dajjal akan diikuti 70 ribu Yahudi dari Isfahan mengenakan selendang Persia."

Padahal, saat ini Yahudi-Yahudi di Isfahan, Iran selalu mengenakan selendang.

http://inilah-bukti-kesesatan-syiah.blogspot.com/

Wednesday, August 14, 2013

EMPAYAR MONGOL-SIRI 3

Gengkhis Khan - Perintis Empayar Mongol



Mongolia ini berjaya disatukan. Akhirnya pada tahun 1206m persidangan ketua-ketua suku kaum Mongol dan para khan (chiefs) telah melantiknya sebagai Khan Agung dan digelar Genghis Khan iaitu Emperor of All Men.

Selepas perlantikan ini Genghis Khan mula bergerak ke arah negara jiran dengan jentera ketenteraannya. Suku kaum Mongolia memang telah terkenal sebagai penunggang kuda yang mahir dan tentera yang garang. Beliau telah berjaya memerangi negeri di barat laut China, empayar Chin di utara China dan empayar Khawarizm Shah. Genghis Khan telah menyusun bala tenteranya dengan disiplin dan kepantasan. Dikatakan bala tenteranya mampu berjalan sejauh 440 km dalam masa 3 hari sahaja. Setelah melakukan serangan ke atas Rusia, Afghanistan dan utara India beliau telah kembali ke Mongolia pada tahun 1225m dan meninggal dunia di sana pada tahun 1227 M.

Selepas merasa letih dan merasai hampir saat kematiannya beliau telah membahagikan tanah jajahannya kepada empat orang anaknya daripada isteri pertama iaitu Gochi, Chagotay, Ogaday dan Toluy. Menjadi adat bangsa Mongol harta pesaka hanya terbatas kepada anak-anak isteri pertama sahaja


Genghis Khan telah membahagikan anak-anak lelakinya kawasan masing-masing :

1: Gochi : Negara Chipcak, Khawarizm, Bulghar dan Rusia.
2: Chagotay :menguasai Turkistan dan negara Ma Wara' an-Nahar.
3: Toluy: memerintah Khurasan dan Parsi
4: Ogaday: memerintah Mongol dan China serta dilantik menjadi Khan Agung.

Dari segi sejarah terdapat nama-nama yang memiliki kegilaan untuk keluar menguasai dunia dan telah berjaya memperoleh kejayaan yang memberangsangkan dengan menguasai wilayah seperti Alexander The Great, Genghis Khan, Napoleon Bonaparte dan Adof Hitler yang tidak boleh dilakukan oleh sebarangan orang. Namun Genghis Khan lebih hebat daripada mereka bertiga kerana beliau mengusai wilayah yang lebih besar daripada mereka dan pengaruhnya bertahan lebih lama. Napoleon dan Hitler dapat dikalahkan ketika masih hidup dan penaklukan mereka juga agak singkat. Adapun Alexander tidak dapat dikalahkan tetapi beliau tidak menamakan penggantinya dan empayarnya runtuh selepas kematiannya. Tetapi Genghis Khan berjaya menyusun penaklukannya dan anak cucunya mampu meneruskan penguasaan bahkan Mongol mampu mempertahan kuasanya beberapa abad selepas kematiannya.

Seperkara lagi, jika Christopher Columbus, Simon Boliver dan Thomas Edison tidak wujud mungkin ada orang lain yang akan menemui benua Amerika, membebaskan Amerika Selatan atau mencipta cahaya elektrik. Namun tanpa Genghis Khan penaklukan Mongol abad ke 13m mungkin tidak berlaku dan suku kaum Mongol tidak pernah bersatu sebelum abad 13 m serta mereka tidak pernah bersatu semula.

Bahkan dapat juga dikatakan bahawa Genghis Khanlah sebagai tokoh utama dalam sejarah serangan Mongol. Beliau telah melaksanakan satu kombinasi taktik ketenteraan dan perang urat saraf untuk mencantas kemungkinan adanya saingan terhadap kekuasaan Mongol.

EMPAYAR MONGOL-SIRI 2

Mongol dan Islam, Apa Yang Pembaca Perlu Tahu..

Bangsa Mongol adalah bangsa daripada Asia Tengah yang menetap di kawasan yang sekarang ini dikenali Mongolia. Namun, pada satu ketika dahulu, empayar Mongol mencecah hampir satu per tiga dunia.
Pada abad pertengahan, bangsa Mongol bangkit sebagai bangsa yang kuat dan berdisiplin ketika dalam peperangan. Mereka tidak bergantung sepenuhnya kepada teknologi terkini melainkan teknik dan kemahiran mereka menunggang kuda. Hampir setiap bangsa seperti Turki, Barber, Mamluk, Anglo-Saxon mahupun Franco di Eropah takut dan gerun dengan kehebatan dan kebengisan Mongol di saat pertempuran. Beberapa ulama dan cendikiawan membicarakan tentang bangsa Mongol ini sebagai bala Allah swt kepada negara-negara yang mereka perangi terutama sekali empayar Islam.
 

Bangsa Mongol bertanggungjawab terhadap kejatuhan Dinasti Abbasiyyah di Baghdad. Baitul Hikmah yang diasaskan oleh Khalifah Harun al-Rashid musnah dan beribu-ribu kitab dibakar dan dihanyut di Sungai Furat. Air Sungai Furat dikatakan bertukar menjadi kehitaman akibat dakwat yang mencair daripada kitab-kitab tersebut.
Dinasti Abbasiyyah musnah dan kesultanan Islam berpindah ke Mesir dan didominasi oleh Bani Mamluk dan ke Anatolia yang dipimpin oleh Bani Ottmaniyyah.
Hakikat yang perlu diketahui oleh umat Islam pada hari ini adalah Bangsa Mongol miskipun kelihatan agresif ketika di medan tempur namun hampir setiap pemimpin mereka bersikap bertolenrasi terhadap agama selain daripada agama anutan mereka. Hulagu Khan misalnya, miskipun terkenal sebagai seorang pemimpin yang bengis namun bertoleransi terhadap agama. Beliau mengahwini isteri yang menganut ajaran Kristian Nestorian.
Sikap mereka yang sangat bertolenrasi sebenarnya memudahkan pengislaman mereka. Beberapa pemimpin tertinggi Mongol diriwayatkan memeluk Islam bahkan mengenepikan semangat kebangsaan untuk membantu empayar Islam daripada terus rebah dilanda amukan Mongol.
Tidak keterlaluan untuk mengatakan bahawa, Islam tersebar hampir ke pelusuk Asia Tengah dan Asia Timur atas peranan yang dilakukan oleh Bangsa Mongol ini.!
DIGITAL CAMERA
Peperangan Ain Jalut(1260 masihi) antara tentera Mamluk dan tentera Mongol adalah peperangan yang pertama diketahui menggunakan hand-cannon (digelar ‘midfa’ dalam bahasa Arab). Hand-cannon adalah perintis kepada penciptaan senapang patah(match-lock) oleh bangsa Eropah beberapa abad selepas itu. Dalam Peperangan Ain Jalut, tentera Mamluk berjaya menundukkan keangkuhan tentera Mongol dan seterusnya menyekat kemaraan bangsa yang berasal daripada Asia Tengah tersebut daripada terus mengganas di empayar umat Islam.
 ain_Jalut_map
Berke Khan(meninggal dunia pada 1266 masihi) adalah individu berbangsa Mongol pertama yang memeluk Islam. Beliau adalah cucu kepada Genghiz Khan dan sepupu kepada pemusnah dinasti Abbasiyyah, Hulagu Khan. Berke Khan mendapat hidayah setelah pertemuannya dengan seorang ulama dan ahli sufi di Khwarizm. Setelah memeluk Islam, beliau mengenepikan semangat kebangsaan yang ada dalam dirinya untuk membantu Islam dan Mamluk menentang tentera Mongol pimpinan Kitbuqa. Dalam peperangan tersebut, beliau berjaya membunuh Kitbuqa. Berke Khan terkenal sebagai muslim yang taat. Beliau melarang sebarang makanan berunsurkan haram seperti babi dan arak dalam keraian. Beliau juga diriwayatkan mencadangkan penyembelihan binatang secara Islam bagi memudahkan beliau untuk menikmati bersama-sama saudara-saudaranya yang belum Islam.
kypchakhorde1ud7 
Ahmed Tekuder(meninggal dunia pada 1284) adalah salah seorang daripada tiga orang anak lelaki Hulagu Khan. Tekuder dilahirkan sebagai seorang Kristian bermazhab Nestorian mengikut mazhab ibunya. Namun, setelah dewasa, beliau memeluk ajaran Islam dan menukarkan pemerintahannya kepada pemerintahan bercorak Islam. Ahmed Tekuder atau Sultan Ahmed tidak mendapat sokongan daripada beberapa pemerintah Mongol beragama Buddha terutama anak saudaranya, Arghun Khan. Pada 10 Ogos 1284, Ahmed Tekuder syahid di tangan tentera Arghun Khan dalam satu peperangan berat sebelah.
kypchak1tm6 
Anak lelaki sulung Arghun Khan, Ghazan(1271-1304) adalah pemerintah Mongol yang memeluk Islam miskipun bapanya adalah musuh ketat kepada Islam. Ghazan memeluk Islam pada 1295 di hadapan ulama Ibrahim bin Muhammad. Ghazan dilahirkan sebagai seorang Kristian dan kemudian membesar sebagai penganut Buddha. Selepas menganut ajaran Islam, beliau menukarkan namanya kepada Mahmud Ghazan. Pemerintahan empayar di bawah kekuasaan beliau turut ditukarkan kepada empayar ala-Islam.
Mahmud Ghazan dalam satu ilustrasi.
Mahmud Ghazan dalam satu ilustrasi.
Setelah Ghazan meninggal dunia pada 1304, adiknya, Oljeitu(1280-1318) menaiki takhta. Sepertimana abangnya, Mahmud Ghazan, Oljeitu lahir sebagai seorang Kristian dan membesar sebagai seorang penganut Buddha. Beliau kemudian memeluk Islam bersama-sama abangnya. Mereka bermazhab Hanafi. Walaubagaimanapun, pergaulan yang akrab antara beliau dengan ulama Syiah seperti al-Hailli dan Maitham al-Bahrani menyebabkan beliau menukarkan mazhabnya kepada mazhab Syiah. Tidak sepertimana abangnya yang bertelorensi terhadap agama dan mazhab lain, beliau melancarkan beberapa peperangan sehingga membunuh ramai orang Islam bermazhab Ahlul Sunnah wa Jamaah. Hubungan empayar Ilkhanate dengan Mamluk mula longgar semasa pemerintahan Oljeitu.
mongol12 
Anak Oljeitu, Abu Said Bahadur Khan(1305-1335) menaiki takhta setelah kematian bapanya. Abu Said adalah pemerintah Mongol pertama di empayar Ilkhanate yang menggunakan nama Arab sejak dilahirkan. Abu Said bermazhab Sunni. Hubungan dengan kerajaan Mamluk di Mesir diperbaiki. Beliau memberi ruang yang luas kepada ajaran mazhab ahli Sunnah. Walaubagaimanapun, hubungan dengan sebuah lagi empayar Mongol, Golden Horde menjadi semakin parah. Abu Said meninggal dunia semasa peperangan menentang tentera Golden Horde. Abu Said tidak meninggalkan waris dan menyebabkan empayar Ilkhanate beransur-ansur merudum.
timurid1405 
Setahun selepas kematian Abu Said Bahadur Khan, lahir seorang lagi pemimpin Mongol yang terkenal sebagai seorang yang bengis dan agresif. Beliau adalah Timurid(1336-1405). Timurid dilahirkan di Kesh(kini di Uzbekistan) sebagai seorang Islam yang taat. Ramai pendapat mengatakan beliau bermazhab Syiah namun ramai juga berpendapat beliau bermazhab Sunni(Hanafi). Timurid adalah pemimpin Mongol yang berusaha mengembalikan kegemilangan empayar Mongol setelah pepecahan yang teruk di kalangan pemimpin tertinggi mereka. Empayar Ilkhanate di Parsi mengalami saat genting setelah kematian Abu Said, begitu juga dengan beberapa empayar Mongol yang lain. Pada 1387, Timurid berjaya menawan seluruh Parsi dan mengembalikan kegemilangan Dinasti Ilkhanate. Timurid menghabiskan 35 tahun dalam hayatnya semata-mata untuk menakluk dan menawan hampir suku dunia. Timurid berjaya memujuk hampir keseluruhan pemimpin Borjigin(keturunan Genghiz Khan) untuk memeluk ajaran Islam. Beliau adalah moyang kepada Ulug Beg(1394-1449) dan Babur Beg(1483-1530),pengasas kerajaan Mughal di India.
Untitled
Salisilah awal bangsa Mongol.
Beberapa dekad selepas kematian Timurid, lahir pula seorang keturunan Mongol yang berjaya menawan benua kecil India. Beliau adalah Babur Beg(1483-1530). Beliau mengasaskan Dinasti Mughal yang mendominasi hampir keseluruhan India sehingga ke Pakistan(kini), Afghanistan(kini) dan Bangladesh(kini). Undang-undang syariah Islam dikuatkuasakan. Babur Beg mempunyai susur galur terus kepada Timurid melalui bapanya dan Genghiz Khan melalui ibunya. Agama Hindu yang sejak daripada dahulu mendominisi India dibayangi oleh Islam sehinggakan banyak ulama besar dilahirkan sepanjang pemerintahan Dinasti Mughal.
babur 
Dinasti Mughal melahirkan beberapa sultan yang celik al-Quran. Antaranya adalah Sultan Aurangzeb(1618-1707) atau nama sebenarnya Abul Muzaffar Muhi u’d-Din Muhammad Aurangzeb. Aurangzeb adalah sultan yang sangat taat kepada ajaran Islam dan seorang hafiz. Beliau menggunakan hasil titik-peluhnya menyalin al-Quran dan menjualnya untuk menampung sara dirinya. Beliau mengelak daripada menggunakan dana kerajaan kerana berpendapat dana tersebut lebih baik digunakan untuk pembangunan ummah. Aurangzeb adalah pemimpin yang lembut terhadap kaum Muslimin namun tegas terhadap kaum kafir yang menentangnya.
 Beberapa peperangan dicatatkan sehingga mengorbankan banyak nyawa semata-mata untuk mempertahankan kerajaan Islamik yang diasaskannya. Aurangzeb juga diriwayatkan melarang pencetakan ayat al-Quran pada syiling rasmi kerajaannya kerana syiling tersebut boleh dipijak dan dibuang merata-rata tanpa disedari. Aurangzeb meninggal dunia pada 1707. Selepas kematiannya, kerajaan Mughal perlahan-lahan mengalami kemerosotan. Selepas Aurangzeb, keturunan Mongol mahupun Mughal mula kehilangan ‘kuasa’ dan ‘kekuatan’ sepertimana nenek-moyang mereka.
385px-Aurangzebs_tomb 
takusahrisaublogsport

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...