Homoseksualiti: Persembahan Barat dan Gereja untuk Dun
Barat malang, Barat kurang ajar. Mungkin itulah ungkapan yang pantas diberikan. Betapa
tidak, Barat yang merupakan peradaban yang tumbuh dari kombinasi
filsafat, nilai-nilai kuno Yunani Romawi, agama Yahudi Nasrani yang
dimodifikasi bangsa Eropah ini telah menjadi 'kiblat' dunia. Sejak lama
Kristen mendominasi sejumlah agama di wilayah ini. Tapi sekarang bohong
kiranya kalau Barat dibangun oleh Kristen. Bahkan mungkin sebaliknya,
justru Kristen telah dibentuk oleh Barat. Meskipun ukuran penduduknya masih didominasi Kristen, tapi sebenarnya Barat telah kembali kepada Yunani, karena barat telah berhutang jasa kepadanya yang telah memberi filsafat.
Prof.
Syed Muhammad Naquib al-Attas, seorang pemikir muslim asal malaysia,
memandang masalah terbesar yang dihadapi dunia adalah hegemoni dan
dominasi keilmuan sekular Barat. Hal tersebut dikarenakan bagi Barat,
kebenaran fundamental dari agama dipandang sekedar teoritis, kebenaran
absolute dinegasikan dan nilai-nilai relative diterima. Konsekuensinya
adalah penegasian Tuhan dan akhirat dan menempatkan manusia sebagai satu-satunya yang berhak mengatur dunia.
Kristen
sebagai agama terbesar di barat, yang telah mendominasi peradaban
sebelumnya hampir saja tidak berkutik dari hegemoni sekularisme hingga
kharisma dan kegagahannya tunduk, tidak muncul ke permukaan. Dogma-dogma
'kitab suci' mereka pun terkotori infiltrasi kepentingan internal
gereja dengan kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan pengetahuan
modern. Terlebih terkoyak masyarakat sekular tercabik tak berdaya.
Katakanlah permasalahan homoseksualiati. Dengan
alasan Hak Asasi Manusia, homoseksualiti dianggap praktik manusiawi
meskipun selama berabad-abad hal tersebut dinilai kotor, maksiat, dan
dosa.
..Dengan alasan Hak Asasi Manusia, homoseksualitas dianggap praktik manusiawi meskipun selama berabad-abad hal tersebut dinilai kotor, maksiat, dan dosa...
Berbagai
agama mengecam perbuatan tersebut dengan landasan kitab sucinya. Dalam
Kristen misalnya, jelas bible menyatakan kutukannya terhadap
homoseksualitas, seperti termaktub dalam Kitab Kejadian 19:4-11 tentang
hukuman Tuhan terhadap kaum Sodom dan Gomorah. Kitab Imamat 20: 13 menyebutkan: "Bila
seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan
perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka
dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri." Jadi apa yang terjadi sekiranya ketua agama pun dah jadi gay?
The Living Bible menulis
Leviticus 20:13 menyatakan: "Hukuman bagi perilaku homoseksual adalah
mati untuk kedua belah pihak. Mereka telah membawa hukuman itu atas diri
mereka sendiri." Sedang dalam King James Version ayat ini
ditulis: "Jika seorang pria berbaring dengan pria lain, sebagaimana ia
berbaring dengan seorang wanita, keduanya telah melakukan kejahatan:
Mereka harus dihukum mati; Darah mereka harus ditumpahkan."
Clement
of Alexandria, St. John Chrisostom, dan St. Agustine mengutuk perbuatan
homoseksual. Agustine menulis: "Perilaku memalukan sebagaimana yang
dilakukan di Sodom haruslah tetap dibenci dan dihukum di manapun
selamanya. Seandainya semua bangsa hendak melakukan hal itu, mereka sama
bersalahnya di depan hukum Tuhan dan sekaligus tetap melarang kaum
laki-laki untuk melakukan hal ini (homoseksualitas)". St. Thomas
menyebut sodomi sebagai "contra naturam" yang artinya bertentangan dengan sifat hakiki manusia. Tahun 1975, Vatikan mengeluarkan doktrin "The Vatican Declaration on Social Ethics", yang hanya mengakui praktik heteroseksual dan menolak pengesahan homoseksual. (William F. Allen, Sexuality Summary, 1977).
Ketegasan
kutukan Bible terhadap ternyata tidak menciutkan arus homoseksualiti.
Berangkat dari kelemahan kebijakan gereja yang bertolak belakang dengan
fitrah manusia untuk hidup dan mengagungkan nafsunya dengan menikah
melalui larangan para pastur untuk menikah. Menantang arus fitrah sangat
berisiko, yang pada akhirnya pelampiasan nafsu pun tak terkendali.
..arus homoseksualiti. Berangkat dari kelemahan kebijakan gereja yang bertolak belakang dengan fitrah manusia untuk hidup dan mengejawantahkan nafsunya dengan menikah melalui larangan para pastur untuk menikah...
27 Februari 2004, The Associated Press Wire menyiarkan satu tulisan berjudul Two Studies Cite Child Sex terhadap
anak-anak yang dilakukan oleh 4 persen pastur gereja Katolik. Setelah
tahun 1970, 1 dari 10 pastur akhirnya tertuduh melakukan pelecehan
seksual itu. Dari tahun 1950 sampai 2002, sebanyak 10.667 anak-anak
dilaporkan menjadi korban pelecehan seksual oleh 4.392 pastur. Studi ini
dilakukan oleh The American Catholic Bishops tahun 2002 sebagai respon terhadap tuduhan adanya penyembunyian kasus-kasus pelecehan seksual yang dilakukan para tokoh gereja. (Adian Husaini,Wajah Peradaban Barat Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler Liberal, 2005).
A.W. Richard Sipe, seorang pendeta Katolik Roma dalam bukunya "Sex, Priests, and Power: Anatomy of A Crisis" (1995) menyebutkan perilaku seksual di kalangan para pendeta dan pastur. Sebagai
gambaran, pada tanggal 17 November 1992, TV Belanda menayangkan program
17 minit tentang pelecehan seksual oleh pemuka agama Kristen di Amerika
Serikat. Esoknya hanya dalam satu hari, 300 orang menelepon stasyen TV,
dan menyatakan bahawa mereka juga mengalami gangguan seksual oleh para
pendeta di Belanda. (A.W.Richard Sipe, Sex, Priests, and Power: Anatomy of A Crisis, London:Cassel,1995, 26.
Pada tahun 2002, The Boston Globe menerbitkan buku berjudul"Betrayal: The Crisis in the Catholic Church"
yang membongkar habis-habisan pengkhianatan dan skandal seorang seks
para pemuka agama Katolik. Pembongkaran skandal-skandal seks ini telah
memunculkan krisis paling serius. Sebagai contoh, pada tahun 1992, di
Tenggara Massachusetts di temukan seorang pastur yang bernama James R. Porter
melakukan seksual terhadap lebih dari 100 anak-anak (pedofilia). Tidak
kalah heboh, ketika tahun 2003 Gereja Anglikan di New Hampshire
mengangkat Gene Robinson, seorang homoseks, menjadi Uskup. Robinson
dikenal sebagai pelaku homoseksual yang terang-terangan. Ia telah hidup
bersama dengan pasangan homoseksnya bernama Mark Andrew selama 14 tahun.
Bahkan dalam acara penobatan Robinson sebagai Uskup pun, Mark Andrew
lah yang menyerahkan topi keuskupan (bishop's miter).Maka gerakan kaum homoseks dengan rasmi mendapat legitimasi dari gereja.
..A.W. Richard Sipe, seorang pendeta Katolik Roma dalam bukunya "Sex, Priests, and Power: Anatomy of A Crisis" (1995) menyebutkan perilaku seksual di kalangan para pendeta dan pastur...
Seorang teolog Kristen pendukung homoseksual, John J. McNeill SJ menulis buku "The Church and the Homosexual" memberikan
justifikasi moral terhadap praktik homoseksual. Menurutnya, kaum Sodom
dan Gomorah dihukum Tuhan bukan karena praktik homoseksual, tetapi
karena ketidaksopanan penduduk kota itu terhadap tamu Lot. Teolog lain,
Gregory Baum, menyatakan: "Jika kaum homoseks bisa menghidupkan cinta,
maka cinta homoseksual tidaklah bertentangan dengan naluri manusia.
Bahkan kaum Katolik mendirikan sebuah kelompok gay bernama "Dignity" yang mengajarkan bahwa praktik homoseksual tidak bertentangan dengan ajaran Kristus. Pada tahun 1976, Dignity sudah mempunyai cabang di 22 negara bagian AS, termasuk Kanada. Diberbagai Negara barat, muncul organisasi serupa, seperti Acceptance di Australia, Quest di Inggris, dan Veritas di Swedia. Keanggotaan mereka ketika itu sudah mencapai 5000 orang. Dignity menerbitkan majalah bulanan bernama Dignity. Mereka berjuang untuk mendapatkan pengakuan dari gereja Katolik. Dalam Piagam Iman (The Charter of Beliefe) yang mereka buat tertulis sebagai berikut:
"Kaum
Katolik gay adalah anggota dari lembaga mistis Kristus dan termasuk di
antara kaum Tuhan…kami memiliki martabat sejati karena Tuhan menciptakan
kami dalam baptis, mendirikan kuilnya untuk kami…, karena itu semua,
kami memiliki hak, hak istimewa, tugas, untuk menumbuhkan kehidupan
suci…kami percaya bahwa kaum gay dapat mengekspresikan kehidupan
seksualnya dalam sebuah sikap yang sesuai dengan ajaran-ajaran
Kristus.." (William F. Allen,Sexuality Summary, 50-51).
Edisi 6 Januari 1996 majalah The Economist menulis judul "Let them wed",
yang mengimbau agar kaum gay atau lesbi diberi hak hukum untuk
melakukan perkawinan dengan alasan hak individual. Edisi 28 Februari, 5
Maret 2004, majalah inimengangkat kasus perkawinan kaum gay sebagai laporan utamanya, dengan sampul bertajuk "The case for gay marriage."Disebutkan
bahwa hingga kini, baru Belanda dan Belgia yang memberikan hak hukum
penuh terhadap perkawinan sejenis, sebagaimana layaknya pasangan
heteroseksual. Kanada, meskipun belum secara resmi memberikan pengakuan
hukum secara resmi terhadap pasangan gay atau lesbian, tetapi secara
prinsip sudah memberikan dukungan. Pada 1 September 2003,Eramuslim.com menulis satu berita berjudul "Kaum gay Belanda Terbitkan Buku Pedoman Cara Perkawinan Sesama Jenis." Jadi dasar logika kaum homoseksual adalah hak dan kebebasan individu dan tidak merugikan orang lain.
..tahun 2003 Gereja Anglikan di New Hampshire mengangkat Gene Robinson, seorang homoseks, menjadi Uskup. Robinson dikenal sebagai pelaku homoseksual yang terang-terangan. Ia telah hidup bersama dengan pasangan homoseksnya bernama Mark Andrew selama 14 tahun...
Jadi,
berangkat dari isu Hak Asasi Manusia, kebebasan individu, persamaan,
dan tidak merugikan inilah peradaban barat berangkat mengusung dan
mengasong homoseksualitas sebagai salah satu barang dagangannya.
Semuanya berangkat dari dominasi pemikiran sekuler yang diwadahi dengan
demokrasi.
Itulah
realita barat, lebih khususnya Amerika yang paling depan mengusung
demokrasi yang mewadahi sekularisme dan liberalisme. Negara tidak berhak
mencampuri urusan agama, begitu pun sebaliknya. Peraturan Negara dan
agama pun bisa dibuat atas kesepakatan bersama, walaupun hal itu
homoseksualitas, tanpa memandang pelanggaran fitrah dan kepantasan
moral.
No comments:
Post a Comment