Monday, January 14, 2013

KESULTANAN TIDORE(1077-1909-KINI)

Bendera Kesultanan Tidore
 
[Tidore state flag]

KRONOLOGI

1450                    Kesultanan Tidore di tubuhkan
 
Sultans (di kenali Kiema Kolano)

1797 - 14 Nov 1805         Sultan Saidul Jihad Muhammad Nabus 
                             Amiruddin Syah "Jou Barakti"
 
1805 - 18..                Sultan Jamal Abidin
 
18.. - 1821                Sultan Muhammad Tahir "Sultan Mossel"
 
1822 - 1856                Sultan al-Mansur II
 
1856 - 1865                Sultan Ahmad Safiuddin Syah
                             "Sultan Arnold Alting"
1865 - 1867                Vacant
 
1867 - 1893                Sultan Said Ahmad Fathuddin Syah
 
1893 - 1904                Sultan Iskandar Shajuddin Nur Amal

 1999 -                     H. Djafar Danoyunus 
 
Susunan Kolano (Raja atau Sultan) yang pernah memerintah Kerajaan Tidore sebelum masuknya agama Islam sebagai berikut :
1. Kolano Syahjati alias Muhammad Nakel
2. Kolano Bosamawango
3. Kolano Suhud aluas Subu
4. Kolano Balibunga
5. Kolano Duko Madoya
6. Kolano Kie Matiti
7. Kolano Seli
8. Kolano Matagena
Setelah agama Islam masuk ke wilayah Maluku Utara pada awal abad ke-11 tepatnya pada tahun 470 H atau 1077 M, yang ditandatangani  dengan kedatangan seorang ulama dari Arab yang bernama Ja’far Shadiq. Mulai saat itu gelar Kolano (Raja) berubah menjadi Sultan. Susunan para Sultan yang pernah memimpin Kesultanan Tidore sebagai berikut :
1. Sultan Nuruddin, mulai 1334-1372 M
2. Sultan Hasan Syah, mulai 1372-1405 M
3. Sultan Cirililiat alis Jamluddin, mulai 1405-1512 M
4. Sultan Mansyur, mulai 1512-1526 M
5. Sultan Aminuddin Iskandar Zulkarnain, mulai 1526-1535 M
6. Sultan Rijali Mansur, mulai 1535-1569 M
7. Sultan Iskandar Isani alias Amiril Mathlan Syah, mulai 1569-1568 M
8. Sultan Gapi Baguna alias Bifadlil Siradjuddin Arifin, mulai 1568-1600 M
9. Sultan Fola Madjino alias Zainuddin, mulai 1600-1626 M
10. Sultan Ngora Malamo alias Alaudin, mulai 1626-1631 M
11. Sultan Gorontalo alias Saifuddin, mulai 1631-1642 M
12. Sultan Saidi, mulai 1642-1653 M
13. Sultan Mole Manginyau alias Malikidin, mulai 1653-1657 M
14. Sultan Saifuddin alias Djuo Kota, mulai 1657-1674 M
15. Sultan Hamzah Fahruddin, mulai 1674-1705 M
16. Sultan Abdul Fadhlil Masyur, mulai 1705-1708 M
17. Sultan Hasanuddin Kaicil Garcia, mulai 1708-1728 M
18. Sultan Amir Bifodlil Aziz Muhidin Malikul Manan, mulai 1728-1757 M
19. Sultan Muhammad Mashud Jamaluddin, mulai 1757-1779 M
20. Sultan Patra Alam, mulai 1780-1783 M
21. Sultan Hairul Alam Kamaludin Asgar, mulai 1784-1797 M
22. Sultan Amiruddin Syaifuddin Syah Muhammad El Mabus Kaicil Paparangan Jou Barakatai alias NUKU, mulai 1797-1805 M
23. Sultan Zainal Abidin, mulai 1805-1810 M
24. Sultan Motahuddin Mohammad Tahir, mulai 1810-1821 M
25. Sultan Ahmadul Mansur Sirajuddin Syah, mulai 1821-1856 M
26. Sultan Ahmad Syaifuddin Alting, mulai 1856-1892 M
27. Sultan Ahmad Fatahuddin Nur Syah Kaicil Jauhar alam, mulai 1892-1894 M
28. Sultan Ahmad Kawiyuddin Alting, mulai 1894-1906 M
29. Sultan Zainal Abidin Sjah, mulai 1947-1967 M
30. Sultan Hi. Jafar Syah, Mulai 1999-Sekarang.
Berdasarkan penjelasan diatas, disebutkan bahwa Agama Islam di wilayah Kesultanan Tidore setelah Sultan ke sembilan memimpin. Namun, menurut Irham Rosyidi pendapat ini masih dapat diperdebat. Jika penjelasan diatas benar, mengapa raja/Kolano pertama Kesultanan Tidore bernama Syahjati alias Muhammad Nakel, bukankah nama tersebut mengindikasi pengaruh agama Islam?.  Berpijak pada nama tersebut maka bakap Irham Rosyidi berpendapat bahwa agama Islam masuk wilayah Kesultanan Tidore diduga kuat sejak raja/Kolano pertama pada tahun 1108 M.
Sejak tahun 1906 sampai 1946 (selama 40 tahun) Kesultanan Tidore tidak mempunyai Sultan. Kekosongan pemerintah Kesultanan Tidore disebabkan oleh pemerintah kolonial Belanda yang tidak senang jika Kesultanan Tidore aktif . Sultan Tidore dan para kerabatnya dikenal Belanda sebagai suatu pemerintah yang sulit dikendalikan dan tidak senang diajak bekerja sama. Sikap konsisten yang anti terhadap kolonial Belanda tersebut membuat pemerintah Republik Indonesia memberi gelaran pahlawan nasional kepada Sultan ke-22, iaiu Sultan Syaedul Jehad Amiruddin Syaifuddin Syah Muhammad El Mabus Kaicil Paparangan Jou Barakati alias Nuku, yang memerintah 1797-1805 M.
Pada tanggal 14 Desember 1946 pemerintah Kesultanan Tidore diaktifkan kembali dengan dilantiknya Zainal Abidin Syah sebagai Sultan Tidore ke-29. Sultan Zainal Abidin Syah dilantik di Denpasar Bali pada tanggal 14 Desember 1946, selanjutnya disusul dengan penobatan secara adat Kerajaan Tidore pada tanggal 27 Pebruari 1947 di Limau Timore, Soasio.
(Dikutip dari buku karangan Irham Rosyidi, S.H., M.H. dengan judul “Eksplorasi Nilai, Asas, dan Konsep dalam Dinamika Ketatanegaraan Kesultanan Tidore”. Halaman 177-179).

No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...