KRONOLOGI;
1257 Negeri Ternate di tubuhkan.
1380 pemerintah Ternate dilantik sebagai Kolano Maloko,
menguasai kesultanan Jailolo.
1522 - 26 Dec 1575 Portuguese protectorate.
28 Mar 1606 - May 1607 Spanish protectorate.
12 Oct 1676 Dutch protectorate.
25 Oct 1876 - 4 Oct 1879 di kuasai oleh Belanda.
Sejarah Kesultanan Ternate
Kerajaan Gapi atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Kesultanan Ternate (mengikuti nama ibukotanya) adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan pada separuh abad ke -16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan ketenteraannya. Di masa kejayaan kekuasaannya membentang mencakupi wilayah Maluku, Sulawesi utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di pasifik. Asal UsulPulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13, penduduk Ternate awal merupakan warga imigran dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing - masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga), merekalah yang pertama – tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah – rempah. Penduduk Ternate semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas perdagangan yang semakin ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para perompak maka atas prakarsa momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.Tahun 1257 momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai Kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan selanjutnya semakin besar dan ramai sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai “Gam Lamo” atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama). Semakin besar dan popularnya Kota Ternate, sehingga kemudian orang lebih suka mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bahagian timur Indonesia khususnya Maluku. Organisasi kerajaanDi masa – masa awal suku Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut Kolano. Mulai pertengahan abad ke-15, Islam diadaptasikan secara keseluruhannya oleh kerajaan dan penerapan syariat Islam dilakukan. Sultan Zainal Abidin meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan gelaran Sultan. Para ulama menjadi figur penting dalam kerajaan.Setelah Sultan sebagai pemimpin tertinggi, ada jabatan Jogugu (perdana menteri) dan Fala Raha sebagai para penasihat. Fala Raha atau Empat Rumah adalah empat klan bangsawan yang menjadi tulang belakang kesultanan sebagai representasi para momole pada masa lalu, masing – masing dikepalai seorang Kimalaha. Mereka antara lain ; Marasaoli, Tomagola, Tomaito dan Tamadi. Pejabat – pejabat tinggi kesultanan umumnya berasal dari klan – klan ini. Bila seorang sultan tak memiliki pewaris maka penerusnya dipilih dari salah satu klan. Selanjutnya ada jabatan – jabatan lain Bobato Nyagimoi se Tufkange (Dewan 18), Sabua Raha, Kapita Lau, Salahakan, Sangaji dll. Untuk lebih jelasnya lihat Struktur organisasi kesultanan Ternate. Moloku Kie RahaSelain Ternate, di Maluku juga terdapat paling tidak 5 kerajaan lain yang memiliki pengaruh. Tidore, Jailolo, Bacan, Obi dan Loloda. Kerajaan – kerajaan ini merupakan saingan Ternate memperebutkan hegemoni di Maluku. Berkat perdagangan rempah Ternate menikmati pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, dan untuk memperkuat hegemoninya di Maluku, Ternate mulai melakukan perluasan empayar. Hal ini menimbulkan antipati dan memperbesar kecemburuan kerajaan lain di Maluku, mereka memandang Ternate sebagai musuh bersama hingga membibitkan titik terjadinya perang. Demi menghentikan konflik yang berlarutan, raja Ternate ke-7 Kolano Cili Aiya atau disebut juga Kolano Sida Arif Malamo (1322-1331) mengundang raja – raja Maluku yang lain untuk berdamai dan bermusyawarah membentuk persekutuan. Persekutuan ini kemudian dikenal sebagai Persekutan Moti atau Motir Verbond. Butir penting dari pertemuan ini selain terjalinnya persekutuan adalah penyeragaman bentuk perlembagaan kerajaan di Maluku. Oleh kerana pertemuan ini dihadiri 4 raja Maluku yang terkuat maka disebut juga sebagai persekutuan Moloku Kie Raha (Empat Gunung Maluku).Kedatangan IslamTak ada sumber yang jelas mengenai teori awal kedatangan Islam di Maluku khususnya Ternate. Namun diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate masyarakat Ternate telah mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama bernuansa Islam namun kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan. Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate rasmi memeluk Islam pertengahan abad ke-15.Kolano Marhum (1465-1486), penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500). Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan Sultan, Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara keseluruhannya, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalamkan ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di pulau Jawa, disana beliau dikenal sebagai "Sultan Bualawa" (Sultan Cengkih). Kedatangan Portugal dan perang saudaraDi masa pemerintahan Sultan Bayanullah (1500-1521), Ternate semakin berkembang, rakyatnya diwajibkan berpakaian secara islamik, teknik pembuatan perahu dan senjata yang diperoleh dari orang Arab dan Turki digunakan untuk memperkuatkan pasukan Ternate. Di masa ini pula datang orang Eropah pertama di Maluku, Loedwijk de Bartomo (Ludovico Varthema) tahun 1506. Tahun 1512 Portugal untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Ternate dibawah pimpinan Fransisco Serrao, atas persetujuan Sultan, Portugal diizinkan mendirikan pos dagang di Ternate. Portugal datang bukan semata – mata untuk berdagang melainkan untuk menguasai perdagangan rempah – rempah Pala dan Cengkih di Maluku. Untuk itu terlebih dulu mereka harus menaklukkan Ternate. Sultan Bayanullah wafat meninggalkan pewaris - pewaris yang masih sangat muda. Janda sultan, permaisuri Nukila dan Pangeran Taruwese, adik almarhum sultan bertindak sebagai wali. Permaisuri Nukila yang asal Tidore bermaksud menyatukan Ternate dan Tidore dibawah satu mahkota yakni salah satu dari kedua puteranya, pangeran Hidayat (kelak Sultan Dayalu) dan pangeran Abu Hayat (kelak Sultan Abu Hayat II). Sementara pangeran Tarruwese menginginkan tahta bagi dirinya sendiri. Portugal memanfaatkan kesempatan ini dan mengadu domba keduanya hingga pecah perang saudara. Kubu permaisuri Nukila didukung Tidore sedangkan pangeran Taruwese didukung Portugal. Setelah meraih kemenangan pangeran Taruwese justreu dikhianati dan dibunuh Portugal. Gabernor Portugal bertindak sebagai penasihat kerajaan dan dengan pengaruh yang dimiliki berhasil memujuk dewan kerajaan untuk mengangkat pangeran Tabariji sebagai sultan. Tetapi ketika Sultan Tabariji mulai menunjukkan sikap bermusuhan, ia difitnah dan dibuang ke Goa – India. Disana ia dipaksa Portugal untuk menandatangani perjanjian menjadikan Ternate sebagai kerajaan Kristian dan vassal kerajaan Portugal, namun perjanjian itu ditolak mentah-mentah Sultan Khairun (1534-1570).Pengusiran PortugalPerlakuan Portugal terhadap saudara – saudaranya membuat Sultan Khairun geram dan bertekad mengusir Portugal dari Maluku. Tindak – tanduk bangsa barat yang satu ini juga menimbulkan kemarahan rakyat yang akhirnya berdiri di belakang sultan Khairun. Sejak masa sultan Bayanullah, Ternate telah menjadi salah satu dari tiga kesultanan terkuat dan pusat Islam utama di Nusantara abad ke-16 selain Aceh dan Demak setelah kejatuhan kesultanan Malaka tahun 1511. Ketiganya membentuk Aliansi Tiga untuk membendung sepak terjang Portugal di Nusantara.Tak ingin menjadi Melaka kedua, sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran Portugal. Kedudukan Portugal kala itu sudah sangat kuat, selain memiliki benteng dan kekuatan di seluruh Maluku mereka juga memiliki sekutu – sekutu suku pribumi yang bisa dikerahkan untuk menghadang Ternate. Dengan adanya Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugal di Melaka, Portugal di Maluku kesulitan mendapat bala bantuan hingga terpaksa memohon damai kepada sultan Khairun. Secara licik Gabernor Portugal, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan akhirnya dengan kejam membunuh Sultan yang datang tanpa pengawalnya. Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk menyingkirkan Portugal, bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan dan perjuangan Sultan Baabullah (1570-1583), pos-pos Portugal di seluruh Maluku dan wilayah timur Indonesia digempur, setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan Maluku untuk selamanya tahun 1575. Kemenangan rakyat Ternate ini merupakan kemenangan pertama putera-putera nusantara atas kekuatan barat. Dibawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga kepulauan Marshall dibahagian timur, dari Filipina (Selatan) dibahagian utara hingga kepulauan Nusa Tenggara dibahagian selatan. Sultan Baabullah dijoloki “penguasa 72 pulau” yang semuanya berpenghuni (sejarawan Belanda, Valentijn menuturkan secara terperinci nama-nama ke-72 pulau tersebut) hingga menjadikan kesultanan Ternate sebagai kerajaan islam terbesar di Indonesia timur, disamping Aceh dan Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah nusantara kala itu. Periode keemasaan tiga kesultanan ini selama abad 14 dan 15 entah sengaja atau tidak dikesampingkan dalam sejarah bangsa ini padahal mereka adalah tunjang utama yang membendung kolonialisme barat. Kedatangan BelandaSepeninggalan Sultan Baabullah Ternate mulai lemah, Sepanyol yang telah bersatu dengan Portugal tahun 1580 mencuba menguasai kembali Maluku dengan menyerang Ternate. Dengan kekuatan baru Sepanyol memperkuatkan kedudukannya di Filipina, Ternate pun menjalin aliansi dengan Mindanao untuk menghalau Sepanyol namun gagal bahkan sultan Said Barakati berhasil ditawan Sepanyol dan dibuang ke Manila. Kekalahan demi kekalahan yang diderita memaksa Ternate meminta bantuan Belanda tahun 1603. Ternate akhirnya berjaya menahan Sepanyol namun dengan timbalan yang amat mahal. Belanda akhirnya secara perlahan-lahan menguasai Ternate, tanggal 26 Juni 1607 Sultan Ternate menandatangani kontrak monopoli VOC di Maluku sebagai timbalan bantuan Belanda melawan Sepanyol. Pada tahun 1607 pula Belanda membangunkan benteng Oranje di Ternate yang merupakan benteng pertama mereka di nusantara.Sejak awal hubungan yang tidak sihat dan tidak seimbang antara Belanda dan Ternate menimbulkan ketidakpuasan para penguasa dan bangsawan Ternate. Diantaranya adalah pangeran Hidayat (15?? - 1624), Raja muda Ambon yang juga merupakan mantan wali raja Ternate ini memimpin oposisi yang menentang kedudukan sultan dan Belanda. Ia mengabaikan perjanjian monopoli dagang Belanda dengan menjual rempah – rempah kepada pedagang Jawa dan Makassar. Perlawanan rakyat Maluku dan kejatuhan TernateSemakin lama cengkeraman dan pengaruh Belanda pada sultan – sultan Ternate semakin kuat, Belanda dengan berleluasanya mengeluarkan peraturan yang merugikan rakyat dan pemerintah sultan, sikap Belanda yang kurang ajar dan sikap sultan yang cenderung mengikut telunjuk menimbulkan kekecewaan semua kalangan. Sepanjang abad ke-17, setidaknya ada 4 pemberontakan yang dikobarkan bangsawan Ternate dan rakyat Maluku.
Dalam usianya yang kini memasuki usia ke-750 tahun, Kesultanan Ternate masih tetap bertahan meskipun hanya tinggal simbol belaka. Jabatan sultan sebagai pemimpin Ternate ke-49 kini dipegang oleh sultan Drs. H. Mudaffar Sjah, BcHk. (Mudaffar II) yang dinobatkan tahun 1986. Warisan TernateImperium nusantara timur yang dipimpin Ternate memang telah runtuh sejak pertengahan abad ke-17 namun pengaruh Ternate sebagai kerajaan dengan sejarah yang panjang masih terus terasa hingga berabad kemudian. Ternate memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kebudayaan nusantara bagian timur khususnya Sulawesi (utara dan pesisir timur) dan Maluku. Pengaruh itu mencakupi agama, adat istiadat dan bahasa.Sebagai kerajaan pertama yang memeluk Islam Ternate memiliki peranan yang besar dalam upaya pengislaman dan pengenalan syariat-syariat Islam di wilayah timur nusantara dan bahagian selatan Filipina. Bentuk organisasi kesultanan serta penerapan syariat Islam yang diperkenalkan pertama kali oleh sultan Zainal Abidin menjadi standar yang diikuti semua kerajaan di Maluku hampir tanpa perubahan yang bererti. Keberhasilan rakyat Ternate dibawah sultan Baabullah dalam mengusir Portugal tahun 1575 merupakan kemenangan pertama pribumi nusantara atas kekuatan barat, oleh kerananya almarhum Buya Hamka bahkan memuji kemenangan rakyat Ternate ini telah menunda penjajahan barat atas bumi nusantara selama 100 tahun sekaligus memperkokoh kedudukan Islam, dan sekiranya rakyat Ternate gagal nescaya wilayah timur Indonesia akan menjadi pusat kristian seperti halnya Filipina. Kedudukan Ternate sebagai kerajaan yang berpengaruh turut pula mengangkat darjat Bahasa Ternate sebagai bahasa pergaulan di berbagai wilayah yang berada dibawah pengaruhnya. Prof E.K.W. Masinambow dalam tulisannya; “Bahasa Ternate dalam konteks bahasa - bahasa Austronesia dan Non Austronesia” mengemukakan bahwa bahasa Ternate memiliki dampak terbesar terhadap bahasa Melayu yang digunakan masyarakat timur Indonesia. Sebanyak 46% kosakata bahasa Melayu di Manado diambil dari bahasa Ternate. Bahasa Melayu – Ternate ini kini digunakan luas di Indonesia Timur terutama Sulawesi Utara, pesisir timur Sulawesi Tengah dan Selatan, Maluku dan Papua dengan dialek yang berbeda – beda. Dua naskah Melayu tertua di dunia adalah naskah surat sultan Ternate Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27 April dan 8 November 1521 yang saat ini masih tersimpan di muzium Lisbon – Portugal. |
NO | NAMA SULTAN | PERIODE |
---|---|---|
1.
|
CICO | (1257 - 1277) |
2.
|
POIT | (1277 - 1284) |
3.
|
SIALE | (1284 - 1298) |
4.
|
KALABATA | (1298 - 1304) |
5.
|
KOMALO | (1304 - 1317) |
6.
|
PATSARANGA | (1317 - 1322) |
7.
|
SIDANG ARIF | (1322 - 1331) |
8.
|
PAJI MA LAMO | (1331 - 1332) |
9.
|
SYAH ALAM | (1332 - 1343) |
10.
|
TOLU MA LAMO | (1343 - 1347) |
11.
|
BOHEYAT | (1347 - 1350) |
12.
|
NGOLO MA CAYA | (1350 - 1357) |
13.
|
MOMOLE | (1357 - 1359) |
14.
|
GAPI MA LAMO | (1359 - 1372) |
15.
|
GAPI BAGUNA I | (1372 - 1377) |
16.
|
KOMALO PULU | (1377 - 1432) |
17.
|
GAPI BAGUNA II | (1432 - 1465) |
18.
|
MARHUM | (1465 - 1486) |
19.
|
ZAINAL ABIDIN | (1486-1500) |
20.
|
BAYAN SIRULLAH | (1500 - 1521) |
21.
|
BOHEYAT | (1522 - 1529) |
22.
|
DAYAL | (1529 - 1533) |
23.
|
TABARIJI | (1533 - 1535) |
24.
|
HAIRUN JAMILU | (1535 - 1570) |
25.
|
BAAB ULLAH | (1570 - 1583) |
26.
|
SAIDI BARKAT | (1584 - 1606) |
27.
|
MUDAFFAR | (1606 - 1627) |
28.
|
HAMZA | (1627 - 1648) |
29.
|
MANDAR SJAH KAICIL | (1648 - 1675) |
30.
|
SIBORI AMSTERDAM | (1675 - 1690) |
31.
|
SAID FATUDDIN TOLOKO | (1692 - 1714) |
32.
|
SAFIUDDIN KAICIL RAJA LAUT | (1751 - 1752) |
33.
|
OUTHOORN AYAN SJAH | (1752 - 1754) |
34.
|
SYAH MARDAN | (1755 - 1764) |
35.
|
JALALUDDIN KAICIL ZWAARDEKROON | (1765 - 1774) |
36.
|
ARUN SJAH | (1774 - 1781) |
37.
|
AHARAL | (1781 - 1796) |
38.
|
SARKAN | (1796 - 1801) |
39.
|
MUHAMMAD JASIN | (1801 - 1807) |
40.
|
MUHAMMAD ALI | (1807 - 1821) |
41.
|
SARMOLE VAN DER PARRA | (1821 - 1823) |
42.
|
MUHAMMAD ZAIN | (1823 - 1859) |
43.
|
MUHAMMAD ARSAD | (1861 - 1876) |
44.
|
AYANHAR | (1879 - 1900) |
45.
|
MUHAMMAD ILHAM | (1902) |
46.
|
MUHAMMAD USMAN SJAH | (1904 - 1914) |
47.
|
ISKANDAR MUHAMMAD DJABIR SJAH | (1929 - 1975) |
48.
|
MUDAFFAR SJAH | (1975 - SEKARANG) |
No comments:
Post a Comment