Wednesday, September 26, 2012

-ISLAM DI NEGARA PERMATA AFRIKA,NIGERIA-

Islam di Nigeria

Nigeria terletak di belahan Afrika Barat yang mempunyai keunikan luar biasa, antara lain didiami oleh kurang lebih 250 suku, berpenduduk padat dan mempunyai keanekaragaman agama, kepercayaan,  dan budaya. Suku Hausa sebanyak 20% menguasai politik dan militer, suku Yaruba 20% mengontrol pers dan keuangan, suku Ibo 17% menguasi tanah dan minyak, suku Fulani 9% cenderung mengurusi diri sendiri.
Nigeria menyentak perhatian dunia karena pernah menjuarai sepakbola (medali emas) pada arena olimpiade Atlanta, Georgia 1996. Mereka menjadikan kemenangan itu sebagai hari libur nasional.
Di samping itu, Nigeria menjadi sorotan dunia, karena terjadi silih bergantinya kekuasaan dengan cara kudeta, dan ini bermula karena adanya pertentangan yang begitu tajam antara penganut Islam dan Kristen. Penyebab utamanya adalah jumlah penganut Islam dan Kristen yang berimbang, dan kekuasaan militer yang begitu dominan, serta rule of the game yang ditetapkan oleh pemerintah kolonial Inggris dianggap tidak adil bagi kalangan Islam.
Perimbangan kekuatan Islam dan Kristen dimanfaatkan oleh Inggirs ketika menjajah Nigeria pada abad ke-19. Ummat Islam tidak dibenarkan membangun Masjid atau pindah tempat  lain, kecuali atas izin pemerintah kolonial, sebaliknya bagi penganut Kristen bebas. Hal ini berlanjut sampai Jendral  Gowon (seorang Kristen) berkuasa di Nigeria, dan berhasil mengkristenkan sebagian ummat Islam di Nigeria Utara. Ketidakadilan memang menjadi penyebab terjadinya perang agama dan perang saudara di Nigeria.
Geografi dan Penduduk
Nigeria terletak di Afrika Barat, berbatasan dengan Niger, Benin, Chad dan Kamerun, dengan luas wilayah 923.768 km2. Beriklim tropik dan kering. Hasil tambang utama adalah gas alam, minyak, timah, biji besi, batubara, batu kapur dan seng.
Jumlah penduduknya sekitar 133.881.703 orang, dengan angka pertumbuhan rata-rata per-tahun 2,53%, angka kelahiran 38,75 per-1000, sedangkan angka kematian 13,76 per-1000.
Penduduk Nigeria terdiri dari bermacam-macam suku (250 suku), dan yang terbesar adalah suku Hausa dan Fulani 29%, Yoruba 21%, Igbo (Ibo) 18%, Ijaw 10%, Kanuri 4%, Ibibio 3,5%, Tiv 2,5%. Jumlah penganut Islam 50%, Kristen 40% dan Animisme 10%.
Bahasa  nasionalnya adalah Inggris, ditambah dengan bahasa lokal: Hausa, Yoruba, Igbo (Ibo) dan Fulani.
Ekonomi
Perekonomian Nigeria tertolong oleh gas dan miyak bumi. Namun hasil tambang gas dan minyak inilah yang menjadi penyebab utama maraknya korupsi di negeri itu. Gas dan minyak Nigeria menyumbang 20% GDP, 95% devisa negara serta 65% budget nasional.
Angka pertumbuhan rata-rata 3%, dengan inflasi rata-rata 14,2%,  pendapatan per-kapita adalah US $ 875,-. Angkatan kerja sebanyak 66 juta, dan diserap oleh sektor pertanian 70%, industri 10%, serta pelayanan dan jasa 20%.
Hasil industri berkisar pada cude oil, timah, minyak sawit, karet, kayu, cotton, tekstil, produk makanan, bahan kimia, keramik dan besi baja. Sedangkan hasil pertanian unggulan adalah coklat, kacang, kelapa sawit, jagung, beras, sorgum, singkong, karet, domba, babi dan ikan.
Angka eksportnya sebesar US $ 17,30 milyar, dan import sebesar US $ 13,6 milyar. Patner ekspor Nigeria adalah USA, Spanyol, India, Perancis dan Brazil, sedangkan patner import Inggris, USA, Jerman, Perancis dan Cina. Indonesia belum termasuk di dalamnya. Mata uang Nigeria adalah ‘Naira (NGN)’. US $ 1,- equivalent  111.231 naira (NGN).
Sejarah Pemerintahan
Republik Federal Nigeria semula beribukota Lagos, namun pada tanggal 12 Desember 1991 pindah ke ABUJA (Nigeria tengah), terbagi dalam 36 states dan 1 territory., yaitu Abuja (territory), Abia, Adamawa, Akwa Ibom, Anambra, Bauchi, Bayelsa, Borno, Cross River, Delta, Ebonyi, Edo, Ekiti, Enugu, Gombe, Imo, Jigawa, Kaduna, Kano, Katsina, Kebbi, Kogi, Kwara, Lagos, Nassarawa, Niger, Ogun, Ondo, Osun, Oyo, Plateau, Rivers, Sokoto, Taraba, Yobe dan Zamfara.
Memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tanggal 1 Oktober 1960. Presiden saat ini adalah Olusegun OBASANJO, memerintah sejak tanggal 29 Mei 1999, dan terpilih kembali pada tanggal 19 April 2003 untuk jabatan kedua, dan sesuai dengan undang-undang tak boleh dipilih kembali.
Sejarah perjuangan memperoleh kemerdekaan dari Inggris sangat panjang, dimulai dari pemerintahan lokal pada abad ke-10 yang dipelopori Kekaisaran Kanem Borno. Pada abad ke-11 sampai dengan abad ke-14, orang Islam Hausa mengontrol jalur perdagangan Trans Saharan. Lalu pada abad ke-15 muncul Kekaisaran Benin dan Yoruba. Pemerintah kolonial Portugal pada abad ke-15 mulai mengontrol perdangan budak.  Pada abad ke-17, Kerajaan Yoruba berdiri, lalu disusul dengan berdirinya system politik Igbo (Ibo).
Pada tahun 1914, Nigeria menjadi Negara Protektorat Inggris, dan gerakan kemerdekaan dimulai pada tahun 1920. Pada tahun 1922 diberlakukan Clifford Constitution dan pada tahun 1946 diberlakukan Richardson Constitution. Tahun 1951, diadakan revisi konstitusi oleh Gubernur Macpherson. Lalu pada tanggal 1 Oktober 1960, Nigeria memperoleh kemerdekaannya dari Inggris, sekaligus menjadi anggota Commonwealth.
Pada tanggal 1 Oktober 1963, Nigeria menjadi Republik, dan Presiden pertama yang diangkat adalah Dr. Mnamdi Azikiwe, sedangkan Perdana Menterinya adalah Alhaji Abubakar Tafawa Balewa.
Pada tanggal 29 Juli 1966, Letnan Kolonel Yakubu GOWON mengadakan kudeta. Perang saudara terjadi pada tahun 1967 – 1970, dikarenakan Nigeria Timur ingin memisahkan diri dari pemerintahan Federal Nigeria. Perang saudara terkenal dengan ‘Perang Biafra’. Perang saudara ini dapat dipadamkan oleh Jendral Gowon pada tanggal 12 Januari 1970.
Sejak Jendral Gowon melakukan kudeta, keberadaan ummat Islam di utara semakin tidak nyaman dan terjepit, dan banyak ummat Islam yang ‘murtad’. Perilaku ketidakadilan ini akhirnya menimbulkan ketidakpuasan, dan pada akhirnya terjadi kudeta kedua yang dipimpin oleh Jendral Murtala Muhammad pada tanggal 20 Juli 1975. Jendral Murtala Muhammad terbunuh pada tanggal 13 Pebruari 1976, dan digantikan oleh Jendral Olusegun Obasanyo.
Pada tanggal 1 Oktober 1979, diadakan pemilihan presiden secara demokratis, dan akhirnya terpilih Alhaji Shehu Shagari dari Partai Nasional Nigeria. Presiden Shehu Shagari terpilih kembali pada tahun 1983, namun pada tanggal 31 Desember 1983, Shehu Shagari dikudeta oleh Mayor Jendral Muhammadu Buhari. Nasib Muhammadu Buhari juga tak lebih baik, karena pada tanggal 27 Agustus 1985, beliau dikudeta oleh Mayor Jendral Ibrahim Babangida.
Pemerintahan Babangida berakhir pada tanggal 26 Agustus 1993 dan digantikan oleh Chief Ernest Shonekan. Pada tanggal 17 Nopember 1993, Jendral Sani Abacha terpilih sebagai Presiden Nigeria, pada tahun 1993 itu juga diadakan pemilihan umum, dan terpilih Moshood Abiola. Namun kemenangan Moshood Abiola (mantan penerbit dan promotor) tak pernah diakui, malah beliau ditangkap dan dipenjara. Perilaku yang tidak adil tersebut mengundang kritik internasional, apalagi setelah kaum oposisi yang dipelopori oleh Ken Saro-Wiwa (suku Ogon), mantan penulis,  berteriak keras memprotes tindakan Sani Abacha.
Namun pada bulan Juni 1998, sebelum pemerintahan Sabi Abacha berakhir, beliau wafat mendadak, dan kedudukan beliau sebagai Presiden Nigeria digantikan oleh anggota junta militer Jendral Abdulsalam Abubakar.
Kekuasaan militer mutlak selama 10 tahun di Nigeria diakhiri oleh Jendral Abdulsalam Abubakar dengan mengadakan pemilihan umum. Akhirnya pada bulan Pebruari 1999, mantan jendral tahun 1970-an, Olusegun OBASANYO (dari etnis Yoruba), terpilih sebagai presiden Nigeria secara demokratis, dengan mengantongi 2/3 suara. Beliau diusung oleh People’s Democratic Partay (PDP). Ironisnya, kemenangan Obasanjo didukung oleh suku Hausa, yang notabene adalah Muslim, sedangkan suku Yoruba (sebagian Kristen) dari mana Obasanjo berasal kurang memberikan dukungannya.
Berakhirlah masa kediktatoran di Nigeria, namun dengan terpilihnya Olusegun Obasanyo, bukan berarti persoalan telah selesai, karena komunitas Muslim di bagian utara yang menguasai 12 negara bagian menginginkan diberlakukannya Syari’ah.
Sedangkan mengenai hubungan Nigeria dengan negara tetangga masih dalam kategori cukup baik, kecuali masalah perbatasan dengan Kamerun. Masalah perbatasan ini diselesaikan oleh pengadilan internasional di Den Haag (telah dilakukan selama puluhan tahun) dan akhirnya diputuskan (Nopember 2003) agar Nigeria mengembalikan 32 desa yang diakui masuk dalam wilayahnya kepada Kamerun, sedangkan Kamerun mengembalikan 3 (tiga) buah desa kepada Nigeria.
Perkembangan Islam di Nigeria
Islam dianut oleh 50% dari total penduduk Nigeria, dan Islam mempunyai sejarah yang panjang, dan hampir menguasai seluruh Nigeria pada abad ke-11 s/d abad ke-19, sebelum kolonial Inggris menguasai Nigeria, khususnya Nigeria Utara. Penyebaran Islam di Nigeria dibagi dalam tiga periode, yaitu periode Trans Sahara dan Afrika Utara, periode Atlantik dan periode kemerdekaan.
Pada masa Trans Sahara dan Afrika Utara, bermula ketika Uqba ibn-Nafi’, sebagaimana diceriterakan oleh Ibn Abdalhakam pada tahun 667 Masehi datang ke Sahara Tengah, dan membuka rute perdagangan ke Kanem-Borno, Nigeria Utara, termasuk di dalamnya adalah perdagangan budak. Pada saat itu, perdagangan budak Afrika sangat terkenal, dan mengundang orang Barat untuk ikut ‘mencicipinya’. Rute perdagangan ini dilanjutkan oleh anak laki-l;aki Uqba, yaitu Ubaidillah ibn al-Habhab sampai ke Kerajaan Ghana karena adanya perdagangan emas, dan berlanjut sampai dengan abad ke-11. di samping melakukan perdagangan, para pedagang Muslim juga memperkenalkan misi utama ajaran Islam, yaitu mengembangkan perdamaian, keadilan dan kesejahteraan.  Dengan cara demikian, akhirnya Islam dapat berbaur dengan masyarakat setempat.
Islam berkembang sangat pesat di seluruh Afrika Barat, tidak hanya di Nigeria, sehingga bahasa Arab dijadikan sebagai komunikasi internasional di kawasan itu sampai dengan abad ke-15, seiring dengan kemenangan Islam di Andalusia (sekarang Spanyol). Ketika Portugis memasuki Afrika Barat pada abad ke-15, dalam rangka perdagangan budak, maka penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi mulai berkurang. Hal ini berlanjut sampai dengan masuknya Perancis dan Inggris pada abad ke-19. Dua negara terakhir inilah yang akhirnya menguasai sebagian besar wilayah Afrika Barat.
Kerajan Mali dan Songhay mempunyai peran sangat penting dalam mendorong berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nigeria Utara yang dipelopori suku Hausa dan Fulani, antara lain di Kano dan Katsina (abad ke-14 dan 16).
Masa orientasi Atlantic, Maroko menginvasi Kerajaan Mali-Songhay pada tahun 1591, namun jauh sebelum itu, Kerajaan Otoman Turki telah lebih dulu menguasai Mesir dan Aljazair pada tahun 1517 dan 1525.  Pada saat bersamaan, muncul kerajaan baru di Benin, Oyo, Dahomey dan Ashante, disusul kemudian kerajaan Bambara yang masih dikuasai oleh animisme. Komunitas Muslimn di wilayah tersebut mulai mengadakan jihad. Jihad pertama dilakukan oleh Uthman Don Fodiye pada tahun 1804 di Sokoto, yang meminta kepada pemerintah Sokoto yang dikuasai oleh suku Hausa memberlakukan ajaran Islam. Peradagangan budak semakin menipis, dan Eropa menghentikan kebutuhan akan budak, dan akhirnya kerajaan Oyo jatuh.
Namun ketika kolonial Inggris mulai merasuk di Nigeria, kehidupan komunitas Islam di sana mulai terjepit. Dimulai ketika diberlakukan Pax Brittanica yang mengatur agar setiap muslim yang akan bepergian atau membangun masjid harus mendapatkan izin dari pemerintah kolonial. Namun sebaliknya, bagi pemeluk Kristen tidak dikenakan izin serupa. Kerajaan Sokoto dan Borno mulai invalid, namun komunitas muslim menyebar ke Selatan, yaitu ke Etsako, Niger-Benue dan kota-kota wilayah Yoruba, semisal Ogbomoso, Oyo, Ibadan, Sagamu, Ijebu-Ode dan Abeokua. Budak-budak muslim yang berasal dari suku Hausa menyatu secara sosial-politik di kota-kota tersebut dan menjadikan Islam sebagai symbol Yoruba untuk menolak intrusi kebudayaan Inggris.
Pada masa kemerdekaan, seorang tokoh Muslim dari Kekhalifahan Sokoto mendapatkan kesempatan menjadi Perdana Menteri Pertama Nigeria, yaitu Alhaji Tafawa Balewa. Namun sebenarnya tokoh kunci yang sangat berperan dibalik kesuksesan Tafawa Balewa adalah AHMADU BELLO. Tokoh ini mempunyai kedekatan dengan Rabitah Alam Islami (Muslim World League) dan pemerintah Saudi Arabia, sehingga beliau sangat mudah mendapatkan bantuan untuk kemajuan Islam di Nigeria.
Namun kesuksesan Ahmadu Bello membuat berang penganut Kristen di Selatan, sehingga mereka melakukan kudeta berdarah pada tahun 1966 yang dipimpin oleh Jendral Jacubus GOWON, yang mengusung suatu moto tenggelamkan al-Qur’an ke laut. Ketika Gowon berkuasa inilah, timbul kesulitan luar biasa di kalangan Muslim, khususnya Muslim bagian Utara, sehingga banyak di antara mereka yang menjadi ‘murtad’.
Jendral Gowon-lah sebenarnya orang pertama di Nigeria yang melakukan dan membudayakan kudeta, dan akhirnya membuat Nigeria terpecahbelah sampai saat ini. Dia adalah tokoh yang patut dipersalahkan dan dicatat dalam tinta hitam dalam sejarah ketetanegaraan Nigeria. Sehingga pada akhirnya terjadi silih berganti perebutan kekuasaan. Oleh karena banyak jendral-jendral Muslim yang melakukan kudeta, maka akhirnya mereka banyak dikutuk dan dikecam oleh komunitas internasional, dan pada akhirnya Islam dan ummat Islam di Nigeria-lah yang tercoreng. Hal ini terbukti sangat ampuh untuk mengeliminasi kekuatan Muslim, sehingga pada pemilihan Presiden 1999 yang lalu, mantan jendral Olusegun OBASANJO yang terpilih sebagai presiden. Dan sebagaimana pendahulunya Jendral Gowon, Jendral Obasanjo juga mempergunakan cara serupa untuk mengeliminasi kekuatan Muslim, antara lain mengikis militer dari dominasi Islam.
Di Nigeria banyak terdapat ratusan organisasi massa Islam (asosiasi), namun yang sangat terkenal dan sering mewarnai kehidupan beragama di sana adalah:
•    Aufi
Organisasi ini mempunyai pengaruh yang besar di Afrika Barat selama beberapa abad. Misi pokoknya adalah menolak gerakan purifikasi Wahabi. Penyebaran organisasi dilakukan melalui pendekatan sufi (Qadiriyah dan Tijaniyah). Uthman Don Fodiye dari Sokoto adalah tokoh terkenal yang menganut paham ini
•    Izala
Organisasi ini menolak gerakan Aufi, dan tokoh terkenal yang menjadi motor penggeraknya adalah Abubakar Gummi, Grand Qadhi dari Nothern Region Nigeria., sekaligus menjadi simbul dan pemimpin ekstrim yang anti Kristen.
•    Gerakan Maitatsine
Gerakan Maitatsine menganut paham Islam ekstrim dan sangat berpengaruh pada tahun 1960-1970, dan berlanjut pada penindasan brutal pada tahun 1980-an. Pendirinya adalah Muhammad dari Marwa, Kamerun. Pada tahun 1980, 10.000 pengikut Maitatisme membuat kerusuhan di Kano, namun akhirnya dapat diredam. Pada tahun 1982 mengadakan krusuhan serupa di Kaduna, tahun 1984 di Yola, dan 1985 di Gomba, Bauchi State.
•    The Nigerian Muslim Brotherhood (Syi’ah)
Gerakan ini dipimpin oleh Ibrahim Zakzaky dari Zaria. Gerakan ini mendapat inspirasi dari para Ayatullah di Iran, Sayyid Qutb dan Hassan Al-Banna dari Mesir. Oleh karena itu, paham Syi’ah sangat dijiwai oleh gerakan ini. Mereka menghendaki adanya perubahan konstitusi, bendera dan lembaga-lembaga resmi negara sesuai dengan Syari’ah
•    The Muslim Students Society
Organisasi ini didirikan di Lagos oada tahun 1954 oleh Babs Fatunwa. Berkembang menjadi organisasi nasional dan menjadi anggota World Assembly of Muslim Youth (WAMY). Gerakan ini tumbuh menjadi gerakan yang radikal yang menginginkan adanya perubahan konstitusi yang dianggap sekuler.
•    The Jama’atu Nasril Islam (JNI)
Organisasi ini didirikan pada Januari 1962 oleh Prof. Ahmadu Bello dari Sokoto. Beliau menjadi tokoh kunci dan jurubicara Muslim Nigeria. Sampai dengan tahun 1966, beliau aktif mempublikasikan makalah, dan pembangunan masjid.  JNI sering konflik dengan Aufi dan Izala.
•    The Supreme Council for Islamic Affairs (SCIA)
Organisasi ini didirikan di Kaduna pada Januari 1973. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan Islam di seluruh Nigeria, melayani seperti menjadi penghubung komunitas Islam untuk mengadakan kontak dengan pemerintah Nigeria terhadap hal-hal yang berkaitan dengan urusan Islam. Pengaruh politik sangat kental (hebat) di tubuh SCIA, sehingga mereka sangat vokal bersuara tentang Syari’ah, Organisasi Konferensi Islam (OIC) maupun kekerasan yang terjadi antara Islam dan Kristen.
Berlakunya Syari’ah di Nigeria Utara
Sebagaimana telah disinggung, jihad untuk memberlakukannya Syari’ah di Nigeria, khususnya di Nigeria Utara terus menggema, dan tokoh yang paling terkenal untuk memperjuangkannya adalah Ahmadu Bello.
Di Nigeria, ada 36 negara bagian, dan 12 Negara Bagian diantaranya (di sebelah utara) yang  menginginkan diberlakukannya Syariah. Ke-12 negara bagian tersebut adalah: Sokoto, Zamfara, Katsina, Kano, Jigawa, Yobe, Borno, Kebbi, Niger, Kaduna, Bauchi dan Gombe.
Isa Ibdulsalam, seorang ilmuwan muslim yang menjadi penasehat pemerintah negara bagian Kano, mengatakan bahwa diberlakukannya hukum Islam (Syari’ah) yang diadopsi dari berbagai text hukum Islam (al-Qur’an dan Hadits), merupakan suatu keuntungan karena diberlakukannya demokrasi di Nigeria. Islam memang telah berkembang di Nigeria Utara selama 400 tahun, sebelum Columbus memasuki Amerika, dan saat itu para penguasa yang dimotori oleh suku Hausa dan Fulani telah memberlakukan hukum Syari’ah dalam pemerintahannya. Pada penjajahan Inggris, hukum Syari’ah juga masih diberlakukan, namun setelah kemerdekaan hukum Syari’ah hanya diberlakukan pada kasus-kasus sipil.
Sebagian besar penduduk Muslim Nigeria Utara menyatakan bahwa sebelum diberlakukan Hukum Syari’ah di Zamfara, Kano, Sokoto dan negara bagian lainnya di utara Nigeria, keadilan tak pernah ada, penjahat bebas, polisi tak berdaya, namun dengan hukum Syari’ah penjahat-penjahat akan takut.
Walaupun pemerintah negara bagian utara Nigeria, khususnya Gubernur Negara Bagian Zamfara, Alhaji Ahmad Sani dan sebagian besar masyarakatnya setuju dengan diberlakukannya hukum Syari’ah, tak urung tetap menimbulkan tantangan yang hebat dari penganut Kristen dan Barat, sehingga tantangan tersebut menimbulkan tewasnya ratusan penduduk, baik dari kalangan Kristen maupun Islam di Zamfara, Kano dan Sokoto. Dan pada gilirannya, pertikaian merembet pada pembakaran Masjid mauoun Gereja. Inilah yang diinginkan mereka (baca: yang tidak menyukai hukum Syari’ah), karena bila sering terjadi chaos, hukum Syari’ah tak patut diterapkan di Nigeria, bahkan di Nigeria Utara sekalipun.
Kritikan Barat semakin pedas, ketika AMINA LAWAl (30 tahun) dijatuhi hukuman lempar batu sampai mati oleh Pengadilan Syari’ah Bakori, Katsina, pada tanggal 22 Maret 2002 yang lalu. Amina Lawal dituduh melakukan perzinaan yang akhirnya melahirkan seorang anak perempuan bernama Wasila. Namun karena adanya campur tangan internasional berupa tekanan-tekanan yang hebat dari Amnesty Internasional dan Hak Azasi Manusia, maka hukuman rajam tersebut dibatalkan oleh Pengadilan Syari’ah Bakori Katsina pada tanggal 25 September 2003.
Konstitusi Nigeria menyebutkan bahwa Negara Federasi Nigeria melindungi pengadilan di Negara-negara Bagian dari segala bentuk intervensi yang dapat mempengaruhi jalannya persidangan. Oleh karena itu, tekanan internasional itulah yang menjadi penyebab dibatalkannya hukuman terhadap Amina Lawal bukan karena tekanan atau permintaan Pemerintah Federal Nigeria. Dan campur tangan internmasional tersebut memang berbau atau bersifat politis.
Perjuangan 12 negara bagian Nigeria Utara untuk memberlakukan Hukum Syari’ah memang terlalu berat, dan pasti akan menghadapi tantangan dari dunia internasional, khususnya Barat dan sekutunya (baca: Kristen). Namun kelihatannya, 12 negara bagian Nigeria Utara tetap pada pendirian semula, yaitu akan menerapkan hukum Syariah di negara bagiannya, karena memang konstitusi Negera Federal Nigeria melindunginya.
Barat memang tidak akan pernah mengakui atau menerima hukum Islam sampai kapan pun, karena memang Barat menganut system sekuler (negara terpisah dengan agama) dan masyarakatnya sudah terbiasa dengan kehidupan yang sangat bebas.
Hukum Islam diciptakan Allah s.w.t. adalah untuk melindungi individu, masyarakat dan negara dari para penjahat. Hukum Islam mengandung filosofi yang sangat dalam, sebagaimana disebut dalam firman Allah s.w.t. bahwa dalam qishas itu ada kehidupan (al qishashu hayatun). Bila qishash diberlakukan, maka tindak pidana kejahatan, baik itu pembunuhan, pencurian, perzinaan, dan tindak pidana lainnya, dapat dipastikan akan jarang terjadi atau mungkin tidak akan terjadi. Karena orang yang berniat melakukan tindak pidana kejahatan akan berfikir seribukali untuk melaksanakannya, karena hukuman yang akan dijatuhkan sangat berat dan adil.
Perjuangan ummat Islam di Nigeria memang cukup berat, termasuk di dalamnya usaha untuk menerapkan hukum Islam (Syari’ah) pada 12 Negara Bagian di Nigeria Utara. Perjuangan ini semakin berat  seiring terpilihnya Obasanjo (Kristen) sebagai Presiden Nigeria, yang salah satu programnya adalah mengurangi dominasi Muslim dalam dunia kemiliteran. Oleh karena itu dapat dibayangkan, upaya damai di Nigeria akan semakin jauh, bila para pemimpinnya hanya melihat kekuasaan sesaat, tanpa mempertimbangkan kebijakan yang adil dan plural.

No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...